MEMBACA perjalanan karya para Bruder MTB di Belanda dari awal berdirinya pada tahun 1854 sampai awal tahun 2.000-an sepertinya tampak sia-sia. Dalam artian, awalnya menunjukkan grafik meningkat dan berkembang. Namun, kemudian terasa tiba-tiba hilang, timbul perasaan sedih dan kecewa; terutama oleh para bruder yang langsung terlibat di dalamnya.
Rob Wolf (2004:137) dalam bukunya Huijbergen dan Ujung-ujung Dunia mengungkapkannya dengan kalimat berikut ini: ”Teringat saat-saat suka dan duka. Kongregasi kehilangan sebagian dirinya”.
Atau pada kalimat lain berbunyi: ”… maju selangkah lagi mendekati akhirnya… merekahlah sakitnya hidup tanpa generasi penerus.”
Walaupun demikian, semangat mereka tetap kuat sampai akhir, jauh dari pikiran “Mengapa susah-susah, toh nanti akan tutup.”
Beberapa sekolah atau asrama yang didirikan atau dikelola oleh para bruder di Singkawang, Pontianak, dan di Banjarmasin pada awal kedatangannya memang diperuntukkan bagi mereka yang miskin. Misalnya Sekolah Hoy Sen dan Sekolah St. Mikael di Pontianak, Sekolah Fang Tsi di Singkawang. Atau, para bruder perintis misi itu sejak awal memang mau menyediakan tempat di asrama untuk segenap anak miskin yang disebutnya sebagai ‘anak-anak misi’.
Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB)
Semangat dan perhatian kepada kaum muda dan kepada mereka yang miskin masih tetap dilanjutkan oleh Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) sampai saat ini. Antara lain dengan menerima siswa–siswi tanpa pilih kasih; kaya atau miskin, bahkan menerima siswa yang berkebutuhan khusus.
Dalam perjalanan waktu, YPSB juga memberi berbagai bentuk bantuan. Antara lain pengurangan biaya sekolah atau bagi siswa–siswi yang sungguh memerlukan perlunya bisa dibebaskan dari biaya sekolah.
Lebih dari itu, semua personil yang terlibat dalam karya pendidikan diarahkan untuk mampu berkomunikasi dengan mereka yang datang; baik orangtua atau wali siswa dengan mengedepankan komunikasi hati dan ramah.
Inilah kebutuhan zaman, sehingga YPSB perlu membuka mata dan hati untuk menjawabnya.
Guru dan pendidik
Akhir tahun 1.800-an dan awal tahun 1.900-an, para bruder yang berkarya di sekolah formal mendapat nama harum sebagai “guru dan pendidik” ini disebabkan banyak bruder yang belajar di Sekolah Guru (Normaalschool dan Kweekschool) milik kongregasi dan menghasilkan banyak bruder-guru muda dan mendapat tugas mengajar di banyak SD, SMP dan Sekolah Luar Biasa (Rob Wolf, Huijbergen dan Ujung-ujung Dunia, 2004: 21).
Di Indonesia pada awal kehadirannya, para bruder yang datang sebagai misionaris juga berusaha mencerdaskan kaum muda melalui pendidikan formal. Sebut saja beberapa bruder pendahulu yang setia menekuni tugasnya sebagai guru atau Kepala Sekolah.
Tahun 1937, Br. Bruno dan para bruder lainnya sudah mengelola Sekolah Dagang (Handelschool). Sebelumnya, pada tahun 1934, Br. Canisius mendirikan sekolah Hoy Sen (Bintang Laut) di daerah Siantan, Pontianak.
Sekolah ini sekarang dikenal dengan nama SD Bruder Kanisius.
Tahun 1951-1952, Br. Emmanuel Compiet mendapat izin mendirikan Sekolah Menengah Umum (SMU) di Pontianak di mana Br. Libertus menjadi Kepala Sekolah. Sedangkan bruder lain yakni Br. Emmanuel, Br. Bertrandus, dan Br. Ansfridus menjadi guru di sekolah itu.
14 bulan kemudian, sekolah ini lalu diambil alih oleh pemerintah. Saat ini, sekolah milik bruder itu sudah ganti nama menjadi SMA Negeri I Pontianak.
Meskipun sekolah yang pernah dirintis oleh bruder-bruder pendahulu pengelolaannya telah diambil oleh pemerintah, namun melihat bahwa masih banyak tamatan SMP yang tidak mendapat tempat untuk melanjutkan pendidikannya di SMU. Karena itu, Br. Bernulfus Bosman MTB dan Br. Bruno MTB merasa prihatin dan kemudian tergerak hatinya untuk tetap membantu mereka bisa memperoleh pendidikan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Kehendak mau mendirikan SMU baru mereka pikirkan kembali. Setelah mampu melalui berbagai rintangan, akhirnya pada tanggal 1 September 1963, berkat dukungan dan kerjasama dengan tokoh-tokoh di Pontianak antara lain Dr. Gandawijaya, Kongregasi Bruder MTB berhasil mendirikan SMU yang saat ini bernama SMA Santo Paulus Pontianak dengan Br. Bernulfus Bosman sebagai Kepala Sekolah.
Perhatian kepada kaum muda juga dilakukan oleh para bruder di luar jam sekolah seperti kelompok koor, musik harmoni dan kepramukaan.
Br. Longinus dan Br. Valentinus Moonen tercatat sebagai pembina atau pendiri kelompok musik harmoni yang terkenal di Pontianak di zaman itu: tahun 1934.
Demi kemuliaan Allah dalam persaudaraan injili
Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) adalah lembaga pendidikan Katolik yang menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal yang bersifat keagamaan, sosial dan kemanusiaan. Yakni dengan memberi pelayanan yang memberdayakan kepada mereka yang miskin dan lemah; khususnya pembinaan kaum muda yang berkesinambungan dan sesuai arah dan tujuan karya Yayasan Sekolah Bruder.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk partisipasi yayasan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Kegiatan partisipasi ini menjunjung tinggi tiga hal pokok sebagai acuan pengelolaan pendidikan sesuai dengan Nota Pastoral Tentang Pendidikan sebagai kekhasan dan inti pendidikan Katolik, yaitu:
- Setia pada usaha mencerdaskan kehidupan bangsa;
- Setia pada ketentuan dan ajaran Gereja;
- Setia pada semangat luhur (spiritualitas) Pendiri.
Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. (Nota Pastoral 2008:7-8).
Dalam karya kerasulan, YPSB dijiwai oleh semangat “Menjadi Hamba Tuhan demi Kemuliaan Allah dalam Persaudaraan Injili dan dalam kesederhanaan, kepercayaan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.”
YPSB memberi pelayanan yang memberdayakan yang miskin dan lemah; khususnya kaum muda.
Menjaga semangat dan keutamaan Bruder MTB
Semangat dan nilai–nilai keutamaan bruder MTB, menjadi pedoman arah YPSB dalam mengelola karya-karyanya.
Para bruder yang bekerja di bidang pendidikan formal dan non formal (sekolah, LKP, dan asrama) berusaha untuk mendalami semangat dan keutamaan Bruder MTB.
Ini dengan maksud agar menjadi jelas apa “roh” yang harus dihidupi di sekolah, asrama atau karya-karya kongregasi lainnya.
Upaya itu ditindaklanjuti dengan pertemuan para bruder yang bekerja di sekolah formal, asrama, dan di pengembangan lingkungan, pada tanggal 22-23 April 2017 di Sepakat, Pontianak. Br. Petrus H, MTB mendampingi peserta pertemuan.
Para peserta pertemuan berusaha mempertegas kembali (karena sejak awal telah dihayati, dihidupi para pendahulu) semangat keutamaan Bruder MTB, dengan menelaah Anggaran Dasar (AD) Ordo III, Konstitusi, semangat pendiri (sejarah bruder MTB, riwayat Mgr. Van Hooydonk, riwayat Romo Adrianus Nelen, riwayat para pendahulu, latar belakang masyarakat dan Gereja, ajaran Gereja tentang hidup bakti – Kanon 577 dan sifat khas tarekat – Kanon 578).
Empat nilai semangat
Dalam pertemuan itu disepakati bahwa ada empat nilai utama sebagai “semangat dan keutamaan Bruder MTB”, yaitu:
- Simpliciter – melayani, belarasa, kerendahan hati, keramahan, anti kekerasan.
- Confidenter – bersandar pada iman akan Allah, rasa hormat terhadap tata ciptaan, transformasi diri, estetika.
- Competency – tangguh, kreatif, jujur, bertanggung jawab, menjunjung kebenaran/logika.
- Community – persaudaraan egaliter, relasional, komunikatif, universal, etika/kebaikan.
Untuk selanjutnya, empat nilai dasar tersebut menjadi nilai yang akan dikembangkan menjadi: ”Pedoman Pendidikan Karakter Berdasarkan Nilai-Nilai Spiritualitas Kongregasi Bruder MTB”, dalam buku Pendidikan Karakter Sekolah Bruder.
Intisari pergulatan hidup para bruder sejak awal sampai saat ini pada dasarnya adalah meneladani semangat hamba Bunda Maria serta sikap kesederhanaan (Simpliciter) dan kepercayaan (Confidenter) Santo Fransiskus Assisi.
Secara garis besar yayasan yang didirikan pada hari Senin, 10 Oktober 1966 (Akta Notaris Mochamad Damiri No. 10 tahun 1966) ini menangani pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan lingkungan.
Dalam pendidikan formal, YPSB saat ini mengelola:
- Sekolah formal sebanyak 18 unit.
- TK/PAUD: 7 unit.
- SD: 6 (enam) unit.
- SMP 3 unit.
- SMA: 2 unit).
Sekolah-sekolah itu berada di Pontianak, Singkawang, dan Putussibau.
Sedangkan pendidikan non formal, seperti asrama ada enam tempat; Putussibau, Sekadau, Kualadua, Singkawang, dan Pontianak; semuanya ada di Kalimantan Barat. Dan ada dua LKP – Lembaga Kursus dan Pelatihan di Pati, Jawa Tengah dan di Merauke, Irian Jaya.
Logo YPSB
Cita-cita luhur ini dilambangkan dalam logo YPSB, seperti tertera di bawah ini:
Logo YPSB ini mau mengungkapkan nilai–nilai keutamaan dan semangat bruder MTB yang ingin dihidupi dalam karya–yang dikelola oleh Yayasan PSB.
Secara umum, logo di atas diartikan sebagai berikut:
“Dengan bimbingan Roh Allah (burung merpati), kita para saudara (Tau) berusaha membangun ikatan persaudaraan sejati dengan siapapun yang berkehendak baik; mengembangkan ‘Kerajaan Allah’ (rantai) dengan cara mau dan berani berbagi – karunia – untuk keselamatan hidup dan kesejahteraan bersama (Hosti dipecah).”
Demikian semoga kita semua yang terlibat baik langsung maupun yang tidak langsung, sebagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder dalam karya dan tugasnya yang sedang dihadapi dan digumuli d terarah kepada tujuan-tujuan mulia, semata–mata demi Kemuliaan Allah.
Tujuan ini setiap kali memang harus selalu ada pembaharuan, sebagaimana dialami oleh para bruder pendahulu yang jatuh bangun dalam menapaki panggilan hidup dan karya-karyanya.
Pontianak, 21 Januari 2021
100 Tahun Keberangkatan Bruder MTB Menuju Indonesia
Br. B. Sukasta MTB