[media-credit name=”google | SESAWI.NET” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]HARI Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah kenangan Tuhan yang memberikan dirinya sebagai kurban. Darah adalah tempat nyawa berada dan tubuh melambangkan seluruh kemanusiaan.
Jadi memberikan tubuh sebagai makanan dan memberikan darah sebagai minuman adalah ungkapan penyerahan diri seutuhnya. Makanan dan minuman adalah tanda pemeliharaan hidup. Jadi, Tuhan Yesus menyerahkan diriNya untuk memelihara hidup kita.
Tubuh dan darah, dalam bahasa Indonesia juga dikenal sebagai ungkapan darah-daging; bagian dari keluarga, keturunan. Jadi Tuhan Yesus menyerahkan tubuh dan darahNya, berarti Allah Bapa menyerahkan darah-dagingNya sendiri, AnakNya, sebagai pemeliharaan hidup bagi kita, yang juga menjadi darah-daging Allah sendiri, anak-anak Allah.
Jadi setiap kali kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus, kita meneguhkan iman kita, Allah mengurbankan PutraNya sendiri agar kita diselamatkan dan dijadikan anak-anak Allah.
Pesta Tubuh dan Darah Kristus bukan hanya mengenangkan dan menegaskan iman dan pengalaman kita akan kemahabaikan Allah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merenungkan ulang tentang sikap kita akan kemahabaikan Allah itu.
Paulus menegaskan dalam 1Kor: karena roti yang kita bagi-bagikan itu satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Karena itu, pesta Tubuh dan Darah Kristus adalah suatu perjamuan makan; kita diundang sebagai anak-anak Allah untuk berbagi makanan keselamatan dari meja makan Allah Bapa sendiri.
“Anda rajin hadir secara teratur dalam Perayaan Ekaristi pada hari Minggu bersama anak Anda, juga ikut hadir dalam pertemuan-pertemuan umat di Lingkungan atau Basis. Itu lah bentuk minimal keikutsertaan kita dalam tubuh Kristus.”
Kisah Pengorbanan Si Kecil
Pada saat perang di Korea, sebuah rumah penampungan anak yatim piatu terkena pecahan mortir. Ada banyak anak terluka. Segera Rumah Sakit Internasional diminta bantuan tenaga medis dan obat-obatan untuk menolong anak-anak yang terluka.
Para dokter dan perawat yang datang, segera menolong anak-anak itu. Ada seorang anak perempuan yang terluka parah. Dokter yang merawatnya melihat, anak ini membutuhkan darah segera. Segera seorang perawat yang dapat berbicara bahasa Korea diminta untuk mencari anak-anak yang dapat menjadi donor darah bagi gadis kecil itu.
Ada beberapa anak yang sudah agak besar yang punya tipe darah yang sama dengan gadis itu. “Apakah ada diantara kalian yang bersedia mendonorkan darah bagi gadis ini?” Semua anak membelalak ketakutan, tidak ada yang menjawab. “Tolong, siapa yang bersedia? Kalau tidak, anak ini akan mati kehabisan darah.” Akhirnya seorang anak laki-laki menyatakan diri bersedia.
Segera perawat mempersiapkan dia untuk diambil darahnya. Ketika lengannya akan disuntik untuk diambil darahnya, anak itu merintih. “Jangan takut, tidak sakit, kok.” Kata perawat itu. Ketika jarum suntik ditusukkan untuk mengambil darahnya, dia mulai menangis. Perawat itu mencoba menghiburnya, anak itu malah menangis semakin keras. Akhirnya proses pengambilan darah selesai dan darah itu segera ditransfusikan ke anak perempuan itu.
Anak gadis itu tertolong, tapi anak laki-laki itu masih terus menangis. Dokter memanggil perawat yang dapat berbahasa Korea itu untuk menanyai anak itu. “Apa kamu kesakitan sekali?”
Anak itu menjawab: “Tidak sakit sama sekali.”
Dokter itu bertanya: “Mengapa kamu terus menangis?”
Anak itu bertanya: “Kapan saya mati, dokter?” Dokter itu terkejut sekali. “Mengapa kamu pikir kamu akan mati?”
Anak itu menjawab: “Karena untuk menyelamatkan anak gadis itu, dokter harus mengambil darah saya semua.”
Dokter itu termenung. Lalu ia bertanya lagi: “Kalau kamu kira kamu akan mati dan kamu takut, mengapa kamu mau menjadi donor darah untuk dia?”
Anak itu menjawab: “Karena dia itu teman saya dan saya sayang sama dia.”#
Anak laki-laki itu, meski ketakutan akan mati, tetap berani berkurban untuk teman yang disayanginya.
Kita tidak tahu apakah anak ini percaya kepada Kristus atau tidak. Tetapi keberaniah dan kasihnya yang besar, merupakan contoh tanggapan yang baik bagi kita, yang sudah menerima tawaran kasih Allah Bapa, yang memberikan PuteraNya sebagai kurban dan bekal kekuatan bagi kita.
Bertemu Yesus
Bagi anak-anak penerima Komuni Pertama, sekarang kalian sudah dianggap cukup besar untuk boleh ikut secara penuh dalam Perjamuan, makan bersama Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Ikut misa di Gereja, bukan hanya makan hosti kecil saja, menerima Tuhan Yesus, tetapi juga ikut makan bersama dalam Perjamuan bersama Tuhan Yesus di surga. Apa artinya?
Kalau kita diajak bertamu ke orang yang tidak kita kenal, kita biasanya hanya duduk di kamar tamu, disuguh minum teh dan sedikit makanan kecil. Tapi kalau kita diajak ke rumah saudara atau teman akrab yang sudah dikenal baik, kita tidak harus duduk manis di kamar tamu.
Kita boleh ikut masuk ke dalam rumah, ikut main bersama saudara atau teman di dalam rumah. Tapi kita tentu tetap tidak boleh nakal, merusak dan mengganggu. Kalau kita diundang makan sama yang punya rumah, kita senang, karena dapat makanan enak. Tapi kita tentu tidak boleh lari-lari atau bikin kacau di meja makan, kan? Boleh ikut makan artinya kita diterima sebagai anggota keluarga yang sudah dianggap bisa ikut tanggung jawab.
Boleh terima komuni artinya boleh bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi. Waktu kita mengaku dosa, kita juga bertemu dengan Tuhan Yesus yang mengampuni dosa kita. Tetapi waktu komuni nanti, kita boleh bertemu dengan Tuhan Yesus yang sangat sayang kepada kita.
Kalau kita ingin minta sesuatu yang ekstra kepada mama-papa, kita tidak nyelonong waktu mereka sibuk, tapi kita menunggu waktu mereka sendirian; atau kalau mereka sibuk, kita bisik-bisik di telinga mereka. Sekarang ini waktu kita boleh bisik-bisik sama Tuhan Yesus, yang senang sekali karena kita mau datang kepadaNya.
Bagi orang tua dan saudara-saudari sekalian; momen yang paling membahagiakan pada saat Komuni Pertama adalah melihat ada orang tua yang ikut tumbuh dalam iman bersama anak-anak mereka. Yang dahulu jauh, tidak aktip atau acuh kepada Gereja, sekarang mendampingi anak-anak mereka; bahkan juga ikut ambil bagian dalam kegiatan Gereja.
Itu adalah wujud nyata dari pesan Paulus: kita, karena menyantap roti yang satu itu, mejadi bagian dari satu tubuh Gereja. Anda rajin hadir secara teratur dalam Perayaan Ekaristi pada hari Minggu bersama anak Anda, juga ikut hadir dalam pertemuan-pertemuan umat di Lingkungan atau Basis. Itu lah bentuk minimal keikutsertaan kita dalam tubuh Kristus.
Pada Pesta Tubuh dan Darah Kristus hari ini, kita diajak kembali mengalami kasih Allah, yang secara paling nyata ditunjukkan dalam bentuk hosti dan anggur yang sudah diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Karena itu kita juga diajak merenungkan kembali tanggapan dan jawaban kita pada kurnia kasih itu; mengungkapkan kasih itu dalam kebersamaan hidup menggereja sebagai satu tubuh. Amin.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus , A, 26 Juni 2011 (Komuni I)
Ul. 8:2-3.14b-16a; 1Kor. 10:16-17; Yoh. 6:51-5