SAYA punya idola baru. Namanya Nzuri. Ibu dari empat bayi yang harus berjuang mempertahankan hidup dan mencari makan sendirian, di tengah belantara kekejaman dunia. Tak diceritakan kemana pasangannya.
Nzuri adalah seorang single parent.
Mencari makan adalah satu hal. Melindungi dan membesarkan anak-anaknya adalah hal lain. Dua hal yang tak mudah dijalankannya.
Posturnya gagah, langsing dan kokoh. Geraknya gesit. Nzuri mampu lari dengan kecepatan sekira 100 kilometer per jam. Panjang ekornya 1 meter mempercepat geraknya.
Saya mengenal Nzuri saat menonton film pendek, berdurasi 1 jam di stasiun TV National Geography WILD minggu lalu. Judulnya Serengeti Speed Queen.
Nzuri adalah seekor cheetah (cetah) yang hidup di Taman Nasional Serengeti di daerah Mara dan Simiyu, Tanzania, Afrika.
Serengeti punya cerita yang sangat menarik. Suaka margasatwa dengan luas 1.5 juta hektar dalam rupa savanna, padang rumput yang luas. Tempat berbagai ekosistem berkumpul untuk saling berinteraksi dalam rupa simbiosis dan rantai makanan.
Serengeti menarik karena “pertunjukan” migrasi tahunan dari 1,5 juta wildebeest (rusa kutub) dan 250 ribu zebra. Tak hanya itu. Pesona kehadiran buaya Nil dan musang madu merupakan tontonan istimewa di kalangan pecinta dunia satwa.
Kembali ke Nzuri.
Meski terlihat seram, cetah mempunyai banyak musuh.
Pertama, makanan yang susah payah dia buru, sering direbut oleh predator lain dengan main keroyok. Singa, hyena, anjing hutan dan burung-buas yang hidup bergerombol dan suka tawuran.
Sesaat setelah Nzuri menangkap mangsanya, satu dari mereka langsung mengerubutinya. Jumlahnya bisa belasan. Suara ancaman membuat Nzuri pucat dan beringsut menjauh. Lari meninggalkan bangkai yang dengan susah payah diterkamnya.
Hyena adalah binatang yang licik dan buas. Saat Nzuri sedang mengendap-endap menyeret mangsanya untuk anak-anaknya, hyena mencegat di tengah jalan.
Gagal lagi, gagal lagi. Dengan muka masam dan kecewa, Nzuri mencari mangsa lainnya. Demi anak-anaknya.
Betapa susahnya mempertahankan diri dan mencari makan. Cetah yang begitu perkasa pun harus berkali-kali melepaskan buruannya, padahal tak mudah untuk mendapatkannya.
Setiap 10 hari harus membawa pulang makanan berukuran sedang untuk mereka berlima. Kalau hanya kelinci, 2 hari sekali harus diulanginya.
Seekor impala berhasil diterkamnya. Diseret hampir sampai ke liang persembunyian mereka. Tiba-tiba, serombongan singa menghadangnya. Mereka lebih besar dan kekar plus dalam jumlah lebih banyak.
Terbirit-birit Nzuri lari meninggalkan makanan renyah untuk mengenyangkan bayi-bayinya.
Seekor antilop sedang dinikmati berlima. Tiba-tiba belasan burung-buas menyergap mereka. Kabur adalah jalan terbaik. Safety first.
Makanan bisa dicari. Sekali nyawa terbang, tak mungkin kembali.
Sungguh berat perjuangan Nzuri untuk membesarkan anak-anaknya.
Kedua, meneruskan kehidupan tak juga mudah. Bayi-bayi cetah tak lepas dari incaran predator yang lebih tinggi.
Singa adalah biang keroknya.
Bila induknya cari makan, keempat bayinya disembunyikan di tempat aman. Malang tak dapat ditolak. Suatu saat, anak-anaknya tak lagi di tempat yang sudah “dijanjikan”.
Teriakan Nzuri semakin keras dan melas. Anak-anaknya raib. Ketemu tinggal 2 di tempat yang jauh dari liangnya.
Tangisan Nzuri meraung-raung. Iba hati mendengar auman sedihnya. Sang ibu meninggalkan keluarganya untuk mencari makanan buat mereka. Tapi dua bayi cetah tewas berdarah-darah dikremus singa, si raja hutan.
Menurut statistik, hanya tak lebih dari 10% bayi cetah yang berhasil menjadi dewasa.
Hukum rimba berlaku. Di atas gunung masih ada awan. Di atas awan masih ada langit. Di atas langit masih ada yang lain lagi.
Cerita nyata Nzuri dan keempat anaknya membuat miris. Tapi jangan keliru. Dalam skala dan skop yang berbeda, proses kehidupan manusia mirip Nzuri.
Ketidakadilan terjadi di mana-mana. Banting tulang untuk hidup kemudian hasilnya dirampas oleh mereka sambil leyeh-leyeh menunggu bola muntah.
Nzuri atau seseorang hanya satu dari berjuta-juta atau bermilyar-milyar mata rantai kehidupan alam. Kadang menjadi mangsa, sering menjadi predator. Kadang menjadi makanan, sering menjadi pemakan.
Begitulah proses itu sambung-menyambung menjadi satu, bak rantai yang tak berujung pangkal.
Jangan lupa, Nzuri mampu bertahan hidup karena pengorbanan kelinci, antilop atau impala. Mereka tewas untuk “membesarkan” bangsa cetah.
Adil kah?.
“Keadilan sejati yang sesungguhnya hanya dinikmati di alam nanti. Makhluk hidup bertugas mengusahakannya”.
Drama Nzuri menjadi cermin bagi manusia bahwa siapa pun, sehebat, segagah, sekaya, sepandai, seberkuasa apa pun, hanya satu noktah (sangat) kecil dalam rantai kehidupan alam raya.
Tak apa bila seorang penari dalam suatu opera cidera kaki. Ia hanya satu lapisan “kerak” dari rantai kehidupan, yang dengan mudah digantikan.
“When you’re a dancer who is injured, you are at the bottom of the food chain. We are so replaceable”. (Bebe Neuwirth – Aktris terkenal Amerika, penerima penghargaan Emmy Awards)
@pmsusbandono
4 Februari 2021