Bacaan 1: Kej 1:20 – 2:4a
Injil: Mrk 7:1 – 13
NEGARA Kesatuan Republik Indonesia memiliki dasar negara yang dibuat untuk menciptakan toleransi dan sikap saling mengasihi di antara sesama.
Namun pada kenyataannya banyak sekali penyimpangan-penyimpangan.
Ada ormas yang mengatakan berlandaskan Pancasila, namun dalam kegiatannya justru malah banyak melakukan sikap-sikap intoleran kepada pihak lain. Tidak menghormati keyakinan agama pihak lain.
Menindas atau tidak beradab terhadap sesamanya. Tidak menjaga persatuan negara, mau menang sendiri serta tidak memberi keadilan bagi sesamanya.
Itulah yang disebut “lambe lamis” (bahasa Jawa), artinya hanya di mulut saja.
Tuhan Yesus menegur sikap orang-orang Farisi dan ahli Taurat, yang menyamakan ajaran tradisinya dengan ajaran Tuhan. Tidak menangkap prinsip ajaran Tuhan dan mengkorupsi ajaran-Nya dengan interpretasi pribadi yang keliru.
“Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Penafsiran Hukum Allah “hanya di bibir saja”.
Tuhan Yesus juga memberi contoh kedua, tentang kesalehan palsu mereka. Melakukan tradisi kurban dengan menyangkal kepedulian pada orang tua mereka.
Pada mulanya, Allah menciptakan manusia dengan istilah “sungguh amat baik” karena secitra dengan-Nya.
Manusia diberi kuasa untuk menaklukkan alam namun bukan untuk mengeksploitasi secara membabi buta. Artinya boleh mengambil apa yang ada di alam sesuai kebutuhan saja.
Bahkan manusia diciptakan Allah sebagai vegetarian, dengan memakan biji-bijian saja sehingga bisa berumur ratusan tahun.
Manusia mengaku mengasihi Allah, namun pada kenyataannya malah merusak ciptaan-Nya yang lain.
Bagaimana bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan, jika kepada ciptaan-Nya yang kelihatan saja tidak bisa mengasihi?
Pesan hari ini
Cinta tidak bisa hanya manis di bibir saja, perlu sebuah pembuktian hingga pengorbanan. Orang Jawa mengatakan “lambene lamis”.
Mengasihi sesama makhluk dan alam ciptaan-Nya adalah bukti bahwa seseorang benar mengasihi Allah.
“Mata bisa salah memandang, mulut bisa salah berucap, akan tetapi hati tak pernah salah merasa. Pakailah maskermu dan jaga jarakmu.”