Sukaduka dalam Tangan Tuhan

0
338 views
Ilustrasi: Cincin nikah.

Jumat, 19 Februari 2021

Bacaan I: Yes 58:1-9a
Injil: Mat 9:14-15

“KELUARGA minta supaya pernikahan anaknya dilaksanakan di depan jazad bapaknya,” kata Ketua Stasi yang memberi tahu kematian salah satu umat, yang rencananya akan mengadakan pemberkatan pernikahan anaknya Minggu itu.

“Apakah sudah dibicarakan dengan anggota keluarga, serta pihak mempelai?,” tanyaku

“Sudah, dan tidak ada keberatan satu sama lain, bahkan mereka sangat mohon kebijaksanaan pastor untuk itu,” katanya menyakinkan.

“Nanti malam saya ke sana, misa arwah sekaligus pemberkatan pernikahan,” kataku.

Dalam suasana duka, keluarga itu tetap ingin melaksanakan pernikahan. Mereka ingin supaya orangtua yang meninggal tetap hadir dan memberi doa restu meski terbujur kaku dalam peti.

Rasa cinta dan hormat pada orangtua membuat mempelai itu meski dalam duka yang dalam tetap mengikat janji suci.

“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Kebahagiaan mempelai adalah kebahagiaan semua orang, terutama sahabat-sahabatnya. Kebahagiaan itu bisa mengusir dukacita bahkan rasa sedih ditinggal oleh orang yang dicintai.

Mempelai kita yang sejati adalah Tuhan, dalam Tuhan semua duka dan derita akan dihapus oleh-Nya.

Pantang dan puasa kita hendaknya menuntun kita untuk semakin dekat pada-Nya, Sang Mempelai kehidupan.

Adakah dukacita saat ini yang bisa memisahkan kita dengan cinta Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here