Renungan Harian 8 Maret 2021: Angkuh

1
926 views
Ilustrasi. (ist)


Bacaan I: 2Raj. 5: 1-15a
Injil: Luk. 4: 24-30
 
DALAM sebuah persiapan perayaan perkawinan, seorang imam meminta diadakan latihan dengan pengantin dan keluarga. Ini dengan harapan pada saat nanti perayaan ekaristi, pemberkatan perkawinan dapat berjalan dengan lancar.

Namun pengantin merasa tidak perlu latihan, karena mereka sudah sering melihat upacara pemberkatan perkawinan. Tentu saja pastor tidak keberatan bahwa pengantin tidak perlu latihan karena sudah tahu.

Pastor hanya memastikan apakah buku dan para petugas sudah disiapkan. Pengantin memastikan bahwa semua sudah beres. Pokoknya pastor tinggal melayani pemberkatan, semua sudah diurus oleh pengantin.
 
Satu hari sebelum hari H, buku perayaan ekaristi yang diminta pastor belum dikirim. Bahkan pastor menanyakan bacaan untuk perayaan ekaristi pun belum mendapatkan. Sudah barang  tentu hal itu menyulitkan pastor untuk mempersiapkan kotbah.
 
Pada hari H, saat pengantin sudah siap dan akan mulai perayaan ekaristi pemberkatan perkawinan, buku tidak ada. Maka pastor meminta karyawan gereja untuk menyiapkan buku yang biasa dipakai.

Pada saat perayaan ekaristi mulai, pengantin bingung tidak tahu harus melakukan apa. Bahkan untuk menempatkan diri pun bingung. Belum lagi saat pembacaan sabda, ternyata tidak ada petugas yang ditunjuk. Akibatnya, ada kekacauan dan terasa suasana menjadi tidak khidmat.
 
Seandainya waktu itu pengantin mau latihan barang sebentar kiranya hal-hal yang menimbulkan kekacauan pada saat perayaan ekaristi tidak terjadi.

Keangkuhan pengantin bahwa sudah merasa tahu dan mengerti justru menimbulkan kekacauan yang merugikan mereka sendiri. Banyak orang mempertanyakan mengapa hal itu terjadi, karena suasana upacara pemberkatan perkawinan menjadi tidak khidmat.
 
Sikap angkuh merasa  bisa, merasa sudah mengerti dan menganggap gampang serta sepele akan sesuatu menimbulkan kerugian yang besar bagi diri sendiri.

Keangkuhan memunculkan resistensi dalam diri yang berakibat banyak tawaran rahmat yang hilang sia-sia.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam kKtab Raja-Raja, sikap Naaman yang angkuh berakibat bahwa dia tidak sembuh dari penyakit kusta.

Untunglah Naaman mau mendengarkan pegawai-pegawainya sehingga dia mengalami rahmat kesembuhan. “Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana  dan menjadi tahir?”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku mampu merendahkan diri dan terbuka pada tawaran rahmat?
 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here