Bacaan I : Yesaya 49:8-15
Injil: Yohanes 5:17-30
“TANGAN dingin, apa pun yang dia tanam akan tumbuh dengan subur,” kata Pak Dukuh memberitahu rombongan para frater yang sedang live in perihal anaknya yang pandai bercocok tanam.
“Semua ini tanaman anak bapak?” tanya salah satu frater sambil menunjuk bedeng-bedeng tanaman palawija.
“Iya, sejak memutuskan hidup bertani, dia banyak belajar. Ia beli buku-buku bagaimana cara menanam, merawat, memanen bahkan menjual hasil panenan,” kata Pak Dukuh.
“Dari mana greget atau keinginan menjadi petani bisa muncul di zaman sekarang ini?,” tanya salah satu frater.
“Dari kecil, dia paling senang membantu saya di sawah. Ia sangat rajin bertanya kepada siapa saja, jika ada hama atau hasil kurang baik,” kata Pak Dukuh.
“Apakah anak bapak tidak sekolah?,” tanya frater yang lain.
“Dia sekolah sampai SMA, bahkan selalu masuk rangking tiga besar, tetapi dia tidak mau kuliah, mau fokus bertani,” jawab Pak Dukuh.
“Jadi memang menjadi petani adalah pilihan hidup anak bapak, bukan pelarian?,” sambung salah satu frater.
“Hidup ini harus dijalani dengan hati gembira dan penuh harapan tidak perlu cepat-cepat atau lari, karena kenyataan kehidupan ini adalah perjalanan bukan pelarian,” kata Pak Dukuh.
“Kalau begitu gairah dan komitmen anak bapak menjadi petani ini mengalir dari kecintaan bapak dalam bidang pertanian,” kata frater mencoba menyimpulkan
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”
Yesus menghidupi kasih dan bertindak dengan penuh kasih kepada kita meski kita ini berdosa, karena Dia melihat dan belajar dari Bapa-Nya yang penuh kasih kepada manusia.
Gairah kasih itu tidak muncul tiba-tiba tetapi ada dalam proses pembatinan yang berjalan sejak dini.
Seperti anak Pak Dukuh, yang sejak kecil hidupnya diwarnai dengan dunia pertanian, dekat dengan alam, bertanggung jawab merawat kehidupan dan menghasilkan buah serta panenan. Maka ketika dia beranjak dewasa, pilihan menjadi petani menjadi sebuah panggilan jiwanya.
Apa yang kita pelajari dan hidupi dari bapak kita?