Renungan Harian Sabtu 20 Maret 2021: Tidak Bersih

0
1,052 views
Ilustrasi - Menjadi petani. (ist)


Bacaan I: Yer. 11: 18-20
Injil: Yoh. 7: 40-53
 
KETIKA saya sedang rapat dengan bapak-bapak warga dan pengurus stasi, saya terkejut dan kagum dengan usulan salah satu bapak warga stasi itu. Usulannya amat bagus dan disampaikan dengan runtut.

Saya terkejut karena di stasi itu semua warganya adalah petani dan (maaf) pendidikannya tidak tinggi. Sehingga ketika ada usulan yang terstruktur dan bagus, saya menjadi terkejut.
 
Ketika saya mengatakan bahwa usulannya amat bagus dan meminta beliau untuk menjelaskan langkah-langkah yang harus kami jalani, beliau menerangkan dengan cermat seperti seorang guru yang mengajar.

Bahasa yang digunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti oleh semua peserta rapat. Bahkan beliau langsung membagi kelompok kerja di antara umat.
 
Setelah selesai rapat, saya sengaja mampir ke rumah bapak itu dengan alasan ingin mendengarkan lebih lagi usulan bapak itu. Dalam pembicaraan, ia nampaknya menangkap rasa penasaran saya tentang dirinya.

Kemudian beliau cerita tentang dirinya.
 
“Romo, sebenarnya saya bukan orang asli di desa ini. Saya sengaja pindah ke desa ini untuk menenangkan diri dari kemarahan saya. Setelah saya menyelesaikan kuliah pertanian di Universitas Negeri terkenal di negeri ini, saya bekerja di perusahaan negara. Saya dipercaya oleh pimpinan untuk menangani beberapa proyek pertanian dan berhasil, sehingga karir saya pun naik dengan cepat.
 
Apa yang saya alami ini nampaknya menjadikan banyak teman di kantor tidak suka romo. Kemudian berhembus bahwa seharusnya saya tidak boleh bekerja di perusahaan negara, karena saya bukan orang yang bersih lingkungan.

Dan benar Romo, saya kemudian dipanggil ke kantor Kodim untuk menjalani screening dan saya dinyatakan sebagai orang yang tidak bersih lingkungan, maka saya diberhentikan dengan tidak hormat.

Padahal masalahnya adalah besan dari adik kakek saya tersangkut PKI.

Romo, saya tidak kenal dengan yang disebut itu, bahkan orangtua saya pun tidak kenal dengan yang disebut itu. Tetapi saya tetap dinyatakan tidak bersih lingkungan.
 
Saya marah. Saya berontak karena saya merasa diperlakukan tidak adil. Tetapi saya bisa apa menghadapi kekuatan yang sedemikian besar.

Maka saya putuskan untuk pergi dan memilih tinggal di tempat ini untuk menenangkan diri. Saya menjadi petani di sini dan oleh warga di sini saya diterima dengan baik, maka saya seolah-olah jadi orang asli sini.
 
Setiap malam saya berdoa berserah pada Tuhan, saya yakin Dia tidak akan meninggalkan saya dan dengan cara-Nya sendiri, Dia akan memberikan berkat bagi saya.

Dan betul Romo, itulah yang saya alami.

Saya bisa hidup mapan di sini dan puji Tuhan sekarang kami sudah menikmati kedamaian tidak lagi dibayang-bayangi oleh teror karena tidak bersih lingkungan.
 
Dan yang memprihatinkan teman-teman, yang dulu menghembuskan saya tidak bersih lingkungan sekarang dipenjara karena korupsi.

Dalam hati saya bersyukur seandainya saya masih di sana mungkin saya juga menghuni penjara,” bapak itu menutup ceritanya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam kitab Nabi Yeremia: “Tetapi Tuhan semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.”
 
Bagaimana dengan aku?

Dengan cara apakah aku mengolah luka dan dendam dalam diriku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here