Misteri di Balik Duka

0
363 views
Ilustrasi: Menghibur teman. (Ist)

Selasa, 23 Maret 2021

Bacaan I : Bilangan 21:4-9
Injil : Yohanes 8:21-30

“MOHON diperjuangkan untuk bisa membawa pulang jenazah suami saya,” kata seorang ibu lirih sambil menutup telpon.

“Suami saya yang sedang bertugas di perbatasan. Pesawatnya mengalami kecelakaan, dan semua awak serta penumpang tidak ada yang selamat,” kata ibu itu.

“Saya berharap masih bisa merawat jenazahnya atau memakamkannya dengan layak,” katanya.

“Kesatuannya sedang berusaha mengevakuasi para korban,” kata ibu itu.

“Bapak orangnya sangat baik, hidupnya tercurah untuk pengabdian kepada bangsa dan kebahagiaan keluarga,” kata ibu itu.

“Peristiwa Minggu yang lalu, dia mengajak saya dan anak-anak berkunjung saudara yang telah bersikap curang kepada kami sekeluarga,” kata ibu itu.

“Suami saya selalu berusaha tidak mendendam, dan tidak membalas perbuatan jahat. Malah dia ajak kami semua datang untuk menjalin persaudaraan orang yang telah berbuat curang kepada kami,” kata ibu itu.

“Tidak usah diperpanjang masalahnya, jangan sampai tali persaudaraan rusak hanya karena kita tidak bisa saling mengampuni, katanya waktu itu,” kata ibu itu.

“Kami benar-benar kehilangan seorang suami, sekaligus ayah yang begitu baik,” kata ibu itu.

Kenangan ibu itu terhadap suaminya begitu dalam dan begitu baik, serta indah.

Setelah orang yang kita cintai pergi untuk selamanya, barulah kita bisa merasakan tulus dan dalamnya cinta orang tersebut lebih daripada ketika orang itu masih bersama kita.

Segala perbuatan dan kata-katanya seperti mutiara kehidupan yang sarat makna dan penuh pesan. Bukan hanya bagi kenangan terhadap orang tersebut, namun juga pelajaran untuk kita dalam perjuangan hidup selanjutnya.

Demikian juga, orang Yahudi baru akan tahu sebenarnya siapa Yesus, setelah mereka menyalibkan Yesus.

“Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.”

Kita baru bisa memahami berbagai peristiwa setelah peristiwa itu berlalu.

Mata dan hati kita begitu lamban untuk memahami aneka makna peristiwa kehidupan ini. Apalagi jika makna itu dibungkus dalam kegagalan, kekecewaan, kesedihan, luka, serta pengkhianatan.

Bagaimana saya memahami peristiwa salib dalam hidup ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here