Renungan Harian Selasa, 30 Maret 2021: Niat

0
927 views
Ilustrasi - Mewujudkan niat menjadi laku. (Ist)


Bacaan I: Yes. 49: 1-6
Injil: Yoh. 13: 21-33. 36-38
 
KETIKA persiapan Retret Agung (retret Latihan Rohani 30 hari), kami para Novis diajak menonton film The Mission, sebuah film yang menggambarkan perjuangan para imam misionaris Jesuit di antara suku indian.

Film yang luar biasa dan amat mengesan bagi saya. Film itu menjadikan semangat yang menggelora dalam diri saya untuk menjalani Retret Agung ini.

Dalam pemahaman saya waktu itu, mereka para Jesuit berani dan bisa menjalani pengutusan yang luar biasa itu karena mereka dididik dan menghidupi Latihan Rohani.
 
Saat menjalani Retret Agung, semangat berkobar selalu mudah dimunculkan karena kesan yang mendalam dari film itu.

Perjalanan Retret Agung yang tidak mudah, pergulatan yang luar biasa dijalani dengan semangat dengan harapan saya bisa menjadi seperti para misionaris itu.
 
Selesai menjalani Retret Agung, selama masa refleksi dan pengendapan muncul semangat yang berkobar untuk memperbarui diri.

Ada banyak niat yang luar biasa untuk menjalani masa formasi (pendidikan) dengan tekun dan setia.

Pokoknya, saya akan menjadi manusia baru.
 
Namun dalam perjalanan, banyak niat yang hilang entah kemana; tidak ada jejak dan bekasnya.

Ada jurang yang luar biasa antara niat menjadi sebuah keputusan dan hadir dalam tindakan.

Hal pertama yang menyebabkan jurang itu adalah suasana dan situasi niat itu muncul tidak selalu dirasakan dan dibangun dengan baik. Akibatnya ada banyak hal yang lebih menarik mengalahkan niat.

Sedang hal yang kedua karena tidak ada keberanian dan kesediaan untuk mengalahkan diri sendiri. Keinginan untuk mendapat kemudahan, kenikmatan dan rasa aman lebih besar.
 
Niat bisa luar biasa dan menggebu-gebu, tetapi sering hanya sampai pada niat saja, karena tidak diolah sampai pada keputusan dan tindakan.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Yohanes, Yesus menegur Petrus yang mempunyai niat luar biasa dan menggebu-gebu, tetapi tidak didukung dengan kesadaran penuh untuk mengolah niat menjadi keputusan dan tindakan.

“Nyawamu akan kauberikan bagiKu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.”
 
Bagaimana dengan aku?

Bagaimana aku mengolah niat menjadi sebuah keputusan dan hadir dalam tindakan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here