Senyum Kembali Tersungging berkat Bebek dan Cabai

2
2,818 views
Rm Yoseph Suyatno Hadiatmojo Pr

[media-credit id=3 align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]
Rm Yoseph Suyatno Hadiatmojo Pr
PANEN perdana beberapa waktu lalu tak ayal telah mengubah cemberut menjadi senyuman. Ini adalah perjuangan panjang. Tujuannya mencari solusi bagi masyarakat korban erupsi Gunung Merapi yang telah kehilangan mata pencaharian bisa mendapatkan sumber hidupnya kembali.

Awalnya, kami sudah merasa bahagia ketika hasil perjuangan mengubah mentalitas pemetik menjadi masyarakat tanam sudah mulai menampakkan hasilnya. Namun, ternyata itu belum cukup. Berikut ini kami sampaikan beberapa proyek kemanusiaan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat korban erupsi Gunung Merapi.

“Gadhuh gulir”

Kambing Bligon yang kami gadhuh gulirkan kepada warga sudah beranak pinak. Awalnya hanya 16 ekor. Kini sudah menjadi  98 ekor.

Kami menerapkan strategi ini. Masyarakat yang ingin memelihara kambing –entah gembel atau bligon– kami kumpulkan dalam sebuah pertemuan kecil semacam kursus kilat tentang seluk-beluk memelihara dan merawat kambing. Kami menyediakan 8 pasang kambing dan kepada setiap keluarga peminat program ini kami sediakan sepasang induk kambing. Setelah dikawinkan dengan pejantan unggulan hingga akhirnya beranak, kami ajak mereka menyapih anak-anak kambing itu dari induknya.

Berikutnya, induk kambing itu lalu kami gulirkan kepada peminat berikutnya. Anak-anak kambing tersebut menjadi hak pengasuh. Kami juga menggulirkan semacam komitmen bersama yakni cempe-cempe tadi tidak boleh dijual sampai saatnya mereka menjadi kambing dewasa dan beranak. Nah, dalam beberapa bulan kemudian, dari hanya 8 pasang akhirnya beranak pinak menjadi 98 ekor kambing.

Berbagi cerita

Proyek kemanusiaan ini tidak semata-mata urusan perkambingan. Kami juga ingin membangun semangat persaudaraan dan kerjasama. Maka dari itu, setiap tanggal 19 kami sepakat mengadakan pertemuan untuk berbagi cerita dan syering pengalaman. Dalam forum pertemuan ini, kami unggah komitmen untuk menyetor Rp 25 ribu/induk ke posko dengan harapan kambing-kambing yang telah beranak sampai enak kali sebaiknya segera “diremajakan”. Pada kesempatan itu pula, dipromosikan semangat memeriksakan ternak-ternaknya setiap dua bulan sekali ke dokter hewan.

Cabai dan sayur organik

Ternyata tak gampang membujuk mereka untuk bercocok tanam sayur-mayur organik. Pelatihan dan kursus kami sodorkan kepada mereka yang berminat mengikuti proyek penanaman sayur-mayur organik ini. Kepada mereka, kami sediakan mulsa (plastik media tanam), pupuk kompos, bibir sayur dan bibit cabai sebanyak 2.000 batang kepada setiap orang peminat.

Dengan ketersediaan bibit cabai sebanyak 11 ribu batang, kami berhasil mengubah mentalitas pemetik menjadi petani “pengusaha”. Pada tahap pertama ini, kami hanya berhasil “menjaring” 55 orang. Pada tahap kedua, sedikit modifikasi program kami lakukan dengan tetap menyediakan mulsa, pupuk, namun kali ini bibit cabai masih dalam bentuk biji. Kepada mereka, kami juga berikan pelatihan bertani organik dengan panduan ahli.

Petani sayur organik dan cabai kloter pertama telah menorehkan hasil juangnya. Dari lahan pertanian seluas 3.5 ha, mereka berhasil melakukan panen perdananya. Hanya saja, kesulitan teknis dalam penjualan hasil ada di depan mata.

Bebek potong

Tahun-tahun terakhir ini, bebek menjadi semacam primadona menu restoran. Untuk menampung minat mereka yang kurang antusias menggarap lahan pertanian, maka kami tawarkan program lain: memelihara bebek potong. Kepada mereka, kami sediakan paket kursus kilat tentang seluk-beluk memelihara bebek potong.

Ternyata, sambutannya sangat meriah. Mengapa? Gampang saja. Dalam 2 bulan, mereka sudah bisa panen. Maka tak heran, ketika 60 orang menyatakan siap mengikuti program memelihara bebek potong. Kepada mereka, kami sudah membagi tak kurang dari 8.000 “bibit” anak-anak bebek.

Tahap pertama, kami hanya memberi mereka 100 ekor meri (anak bebek). Tiga pekan kemudian, 100 ekor meri kami serahkan lagi. Mengapa harus bertahap seperti ini? Kami memprediksi jangan sampai terjadi ledakan panen bebek potong dalam satu tahapan waktu yang bersamaan. Kami desain agar masa panen bisa bergantian setiap 3-5 hari sekali.

Kesepakatan bersama

Kepada para peternak bebek potong yang menjadi mitra kerja ada semacam kesepakatan bersama. Dari 100 ekor bebek siap potong, mereka wajib menyerahkan kembali 5 ekor kepada posko. Dari setiap peternak yang mendapat subsidi 200 ekor bebek, posko mendapat ganti 10 ekor. Ini kami jadikan modal usaha untuk membeli anakan bebek yang akan kami gulirkan kepada peminat lain.

Panen perdana bebek potong sudah terjadi untuk kedua kalinya. Kami juga menciptakan “pasar” yang siap menampung limpahan bebek asuhan para petani mitra kerja kami ini, termasuk satu restoran yang siap menampung sedikitnya 55 ekor bebek setiap lima hari sekali. Jujur saja, kami sudah mengalami surplus panen bebek potong. Pertanyaannya, siapa yang mau membeli bebek-bebek ini?

Kolam terpal untuk lele

Semula ini proyek coba-coba dan ternyata hasilnya “gurih”. Kami taruh anak-anak itik di sebuah kolam ternak lele. Yang penting, kolam ini masih kena sinar matahari. Hasilnya lumayan bagus, karena meri-meri kecil ini bisa berkembang bagus, sementara lelenya bisa dapat makan gratis dari kotoran bebek.

Proyek percontohan ini kemudian kami praktikkan kepada para peternak mitra kerja kami. Kepada mereka kami bagikan tak kurang 9.800 ekor bibit lele. Sebagai media kolam, kami sediakan terpal-terpal yang kami pasang persis di bawah kandang-kandang bebek.

Dukungan Kanjeng Ratu Hemas

Yang namanya rezeki selalu tidak jauh dari “pohonnya”. Kanjeng Ratu Hemas –permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X–  rupanya menaruh perhatian besar pada proyek kemanusiaan ini. Sekali waktu, kami mengundang beliau untuk “meresmikan” panen perdana bebek potong dan cabai organik. Undangan kilat melalui SMS kepada media dan sejumlah rekan ternyata mendapat respon positif.

12 Juni lalu menjadi hari menyenangkan buat kami. Kanjeng Ratu Hemas berkenan hadir dan membuka dimulainya panen cabai organik dan bebek potong.  Kami menyediakan 45 bebek potong hasil olahan petani sebagai menu santap bersama dan hasilnya memuaskan. Tak hanya awak-awak media, melainkan pejabat pemerintah datang menyemarakkan pesta rakyat ini. Tak ayal,  Posko Somohitan FPUB menjadi lautan manusia. Tumplek bleg.

Belakangan,  dari forum tumpleg bleg dengan tamu istimewa Kanjeng Ratu Hemas itu muncul banyak permintaan. Baik cabai, sayur-mayur organik dan bebek potong kini mulai laku di pasaran. Dalam beberapa bulan ke depan, panen perdana lelel akan kami gelar.

Ini sungguh merupakan hiburan penuh berkah. Kami merasa hepi menyaksikan para korban erupsi Gunung Merapi yang dulu kehilangan mata pencaharian kini sudah bisa tersenyum kembali. Mereka kini telah menemukan senyum lebarnya kembali yang sempat hilang ditelan ganasnya lahar dan abu Merapi.

2 COMMENTS

  1. Romo yth, Salam Sejahtera….
    Romo kami salut dg kegigihan romo utk meringankan beban masyarakat korban merapi yang sekarang sudah bisa terobati dg keberhasilan dlm budidaya bebek, cabai dan lele, dg bantuan romo dan pemerhati rakyat kecil.

    Kamipun saat ini mempunyai misi yg sama romo, utk membantu masyarakat kecil di daerah gunungkidul. Saat ini kami sudah membentuk kelompok ternak bebek potong dg 3 kandang, dg kapasitas 3000 ekor. Sebenarnya banyak yg berminat utk mencoba menambah rejeki dg ikut beternak bebek tetapi belum tercapai karena kendala pemasaran. Kemarin kami sempat rugi +/- 5 juta karena bebek dimainkan para tengkulak. Tetapi kami tetap semangat tidak berputus asa.

    Romo, kalau romo berkenan sudilah membantu kami utk sharing/berbagi pengalaman, atau “nunut” memasarkan bebekpotong kami, agar semangat yg ada saat ini tidak padam.

    Mekaten romo, nyuwun pangapunten menawi ngganggu kesibukan romo.
    Berkah dalem

    Juno/Herjuno Hadiyanto
    HP 08122746863

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here