Minggu, 11 April 2021
Bacaan I: Kis 4:32-35
Bacaan II: 1Yoh 5:1-6
Injil: Yoh 20:19-31
“SAYA akan berhenti berjudi mulai detik ini,” kata seorang bapak kepada isterinya.
“Saya diam saja; tidak menjawab janjinya. Namun, air mataku tidak berhenti mengucur di pipiku. Kesedihan bukan hanya karena suamiku tidak membawa pulang uang gajinya. Namun baru saja suamiku menamparku. Suamiku menamparku, ketika aku tanya gajinya yang ternyata habis untuk judi. Sejak pernikahan, baru sekali ini suamiku menamparku. Ini sungguh menyakitkan,” kata ibu itu.
“Saya tidak ingin anak-anak jadi penjudi sepertiku. Aku benar-benar akan berhenti, maafkan aku,” kata suami itu.
“Selama ini, aku mau bekerja keras supaya hidup kita baik dan tidak berkekurangan. Namun kamu benar-benar sembrono dan tidak bertanggungjawab,” kata ibu itu.
“Saya awalnya hanya ingin rileks dan kumpul dengan teman-teman,” kata bapak itu.
“Sudah banyak kisah dan kejadian bagaimana rumah tangga hancur karena judi, mengapa kamu masih mau coba-coba,” kata ibu itu.
“Saya ingin mendapatkan uang tambahan untuk keluarga kita,” kata bapak itu.
“Tidak usah bermimpi. Tidak ada orang kaya, karena judi,” kata ibu itu.
Begitu banyak contoh kehancuran ekonomi sebuah keluarga karena terjerat judi. Namun begitu banyak orang yang masih ingin coba-coba mencari keuntungan dari permainan ini.
Seakan tidak cukup bukti bahwa judi bisa membawa malapetaka dan nestapa.
Orang hanya melihat satu orang yang menang. Tetapi banyak orang yang kalah dan menderita tidak pernah dilihat dan menjadi bahan pertimbangan mereka.
Syukurlah banyak orang juga yang terselamatkan dari kehancuran, karena mau belajar dari orang-orang yang kalah dan hancur lantaran judi.
Firman Allah mengatakan: “Karena engkau telah melihat Aku. maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.”
Apakah kita percaya karena kita melihat, ataukah kita percaya walau tidak melihat?
