Bersyukur dan Peduli, Cara Merayakan 25 Tahun Kongregasi SFS Mandiri

0
441 views
Seiring dengan perayaan HUT ke-25 kemandirian tarekat, maka para Suster SFS di Komunitas Sragen memperbarui kaulnya saat berlangsung misa syukur di Gereja St. Maria di Fatima Paroki Sragen, Jateng. (Dok. Kongregasi SFS)

PERAYAAN syukur kemandiran Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) di masa pandemi ini justru menjadi sarana untuk merefleksikan kasih Allah. Juga merealisasikan kasih dalam kreatifitas dan inovasi kasih.

Pandemi Covid-19 sampai sekarang masih saja terus melanda Indonesia. Namun hal itu tidak menjadi penghalang untuk merealisasikan ungkapan syukur atas kemandirian Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi di berbagai komunitas di seluruh Indonesia dan lokasi-lokasi karya kerasulan.

Masih tetap dengan koordinasi prokes dan dilakukan dengan cara sederhana.

Kasih dan semangat perak yang menggerakkan rekan kerja para suster -baik tenaga kesehatan, pendidik serta karyawan lainnya- untuk senantiasa mendukung karya kerasulan bidang pendidikan dan kesehatan.

Kali ini, kami merayakannya dengan aneka kegiatan bertema ungkapan syukur di unit: “Bersyukur dan Saling Peduli”.

Poster HUT ke-25 kemandirian Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS).

Komunitas SFS di Sragen

Salah satu kegiatan karya kerasulan bidang layanan kesehatan yang dikelola oleh Komunitas SFS di Sragen, Jateng, adalah Rumah Sakit Umum Mardi Lestari.

Ini sudah menjadi wujud pelayanan kami di bidang kesehatan sejak lama.

Karena itu, kami pun selalu termotivasi untuk terus-menerus mengupayakan mutu pelayanan kesehatan.

Antara lain didasari rasa asih asuh bersemangat misi kemanusiaan. Dengan menghadirkan RSU Mardi Lestari sebagai tempat “pengungsian” dan lokasi penyembuh bagi mereka yang tengah menderita sakit dan membutuhkan sentuhan pelayanan jasmani dan rohani.

Para suster misionaris BOZ dan Staf RS St. Lidwina Sukabumi di Jabar yang kini sudah berubah nama dan menjadi milik Pemda. (Dok. Kongregasi Suster SFS)

Sejarah Kongregasi SFS

Perayaan HUT ke-25 kemandirian Kongregasi SFS tahun 2021 ini sungguh menjadi salah satu kesempatan istimewa untuk kembali menyapa masyarakat. Caranya dengan menyelenggarakan aksi belas kasih yang nyata.

Mengapa demikian? Karena Kongregasi SFS sebagai pengampu karya kesehatan dalam hal ini keberadaan Rumah Sakit Umum Mardi Lestari memiliki sejarah yang khas.

Konggregasi SFS hadir di Indonesia mulai tahun 1933; tepatnya di Sukabumi, Jawa Barat.

Pada tahun 1996, Kongregasi SFS memisahkan diri dari Biara Pusat di Belanda dan kemudian menjadi mandiri.

Momen peringatan peristiwa kemandirian inilah yang mau dirayakan melalui berbagai kegiatan di Unit Karya Kesehatan Rumah Sakit Umum Mardi Lestari dan Unit Pendidikan Yayasan Mardi Lestari Sragen, Jawa Tengah.

Karya kerasulan kesehatan Rumah Sakit Umum Mardi Lestari melakukan serangkaian acara guna menandai ungkapan rasa syukur dan saling peduli pada pasien, masyarakat, nakes, dan non nakes yang telah purnakarya.

Para suster Kongregasi SFS perintis karya kesehatan di Sragen.
RSB Mardi Lestari zaman dulu yang sekarang menjadi Gedung Maria saat ini. (Dok. Kongregasi SFS)

Dikemas dengan ungkapan kepedulian sebagai berikut:

  • Misa syukur dan rekoleksi;
  • Kegiatan peduli kasih;
  • Diskon pelayanan dalam penunjang medis serba 25;
  • Sapaan kasih dan pemberian bingkisan kepada pasien rawat inap, rawat jalan dan pasien isolasi;
  • Menyambut para lansia penerima program vaksinasi di Unit Pelayanan RSU Mardi Lestari;
  • Memberi bingkisan kepada para karyawan purnabakti;
  • Pertemuan dengan para pemangku kepentingan;
  • Aneka lomba antar unit dengan edukasi medsos Tiktok.
Rekoleksi bersama tenaga kesehatan dan non nakes RSU Mardi Lestari Sragen.
Gerakan peduli kasih dan ungkapan perhatian dan rasa terima kasih kepada teman sejawat dalam karya kesehatan di RSU Mardi Lestari Sragen.
Bersyukur dan berterimakasih kepada para tenaga purna bakti atas pengabdian mereka pernah berkarya bersama para Suster SFS pengampu karya kesehatan di RSU Mardi Lestari dan karya pendidikan Yayasan Mardi Lestari di Sragen. (Dok SFS)

Yayasan Mardi Lestari Sragen bersama organ yayasan dan guru, dokter serta karyawan merefleksikan Pesta Perak Kemandirian dengan persembahan koor virtual. Yakni dengan menyanyikan mars Ibu Rosa de Bie yang adalah Ibu Pendiri Kongregasi SFS.

Dinyanyikan dengan semangat kasih Yesus Kristus yang -sesuai semangat Injil- model pelayanannya dijuluki “malaikat penghapus airmata kesedihan” bagi pasien dan siapa saja yang dia layani.

Menyanyikan lagu mars Ibu Rosa de Bie secara virtual.

Gerakan kasih tersebut menjadi persembahan sederhana para suster SFS dan rekan kerjanya dalam karya kerasulan.

Ini terungkap dalam misa syukur kemandirian 25 tahun Kongregasi SFS di Indonesia yang dilaksanakan bersama segenap umat di Gereja Santa Perawan Maria di Fatima Paroki Sragen tanggal 14 April 2021 lalu.

Misa syukur ini dipimpin oleh Pastor Paroki Romo Medardus Sapta Margana Pr. Pada kesempatan sama,  para suster SFS juga membaharui kaul dalam Keluarga Fransiskan.

Syukur atas kasih melimpah bagi siapa saja yang mendukung karya kerasulan Kongregasi SFS dan para donatur yang senantiasa berbagi kasih dan peduli.

Proficiat Perak Kemandirian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here