Renungan Harian
Jum’at, 7 Mei 2021
Bacaan I: Kis. 15: 22-31
Injil: Yoh. 15: 12-17
BEBERAPA waktu yang lalu, setelah perayaan misa, ada sepasang suami isteri yang ingin bicara. Setelah berbasa basi sejenak, bapak itu mulai bercerita.
“Romo, kami bukan umat paroki sini. Ini kami sedang liburan. Kami waktu mendengar kotbah romo tadi, kami sungguh tersentuh, maka kami akan sharing pengalaman kami.
Romo, saya mengalami anugerah yang luar biasa, kami sungguh amat bahagia dan penuh syukur. Bahkan saya ngomong ke isteri saya bahwa saya kalau sekarang dipanggil saya sudah siap dan saya pasrah. Anugerah itu kami terima tahun lalu, anugerah besar itu adalah kemurahan dari Gereja bahwa kami boleh menyambut Tubuh Kristus.
Romo, kami mengalami bahwa perkawinan kami yang pertama, gagal. Jadi saya ini duda dan bertemu dengan istri saya ini yang juga sudah menjanda.
Saya mengalami perkawinan yang pertama selama 10 tahun dan kami bercerai karena isteri saya pergi meninggalkan saya.
Demikian juga istri saya sekarang menjalani perkawinan yang pertama selama 7 tahun lalu bercerai suaminya pergi dengan perempuan lain, karena isteri saya sekarang ini tidak bisa memberikan keturunan.
Selama 20 tahun romo kami hidup dalam perkawinan ini dan tidak dapat disahkan oleh Gereja karena perkawinan kami yang pertama.
Meskipun demikian Romo, kami selalu ke gereja mengikuti Perayaan Ekaristi meski kami tidak boleh menyambut Tubuh Kristus.
Ada kerinduan yang besar dalam diri kami agar diperkenankan menyambut tetapi kami tahu diri bahwa kami hidup dalam dosa karena perkawinan kami yang kedua ini.
Kami sering menangis berdua, merindukan kapan kami boleh menyambut dan apakah ada jalan untuk itu.
Puji Tuhan Romo, tahun lalu kami dipanggil oleh Romo Paroki, dan dibantu untuk mendapat kemurahan Gereja agar dapat menyambut Tubuh Kristus.
Romo, saat itu sebuah mukjizat bagi kami, sesuatu yang tidak terbayangkan dapat terjadi.
Betul seperti yang Romo sampaikan dalam kotbah, karya Roh Kudus itu mendamaikan, meringankan beban dan membahagiakan,“ bapak itu mengakhiri sharing-nya.
Saya amat tersentuh dengan pengalaman pasangan suami isteri itu. Saya bisa merasakan betapa berat beban kerinduan untuk menyambut Tubuh Kristus itu harus mereka tanggung sekian lama.
Syukur pada Allah, sekarang ini ada kemurahan untuk menyambut Tubuh Kristus bagi umat Allah yang terhalang tentu dengan pertimbangan yang masak dan baik dari pastor paroki dan Bapak Uskup.
Betul seperti yang dialami pasangan itu, Karya Roh Kudus yang meringankan beban hidup umat beriman.
Sebagaimana sabda Tuhan sejauh diwartakan dalam kisah para Rasul. Keputusan sidang di Yerusalem yang melegakan dan tidak memberi beban pada jemaat.
“Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu.”
Bagaimana dengan aku?
Adakah dalam menghadapi persoalan mencari terang Roh Kudus?