Renungan – Sudah Bosan

0
287 views
Ilustrasi: Emosi marah. (Ist)

Renungan Hari Raya Kenaikan Tuhan.

Rabu, tgl.13 Mei 2021

  • Kis 1: 1-11;
  • Ef 1:17-24;
  • Mrk.16: 15-20.

DAYA imajinasi dan kemampuan menafsirkan sesuatu dapat menjadi sarana untuk semakin memahami; belajar untuk percaya dan berani untuk berserah.

Itulah karya Roh Kudus dalam diri setiap murid Yesus. Tidak hanya mengenang hidup dan karya penebusan Yesus. Dalam liturgi dan devosi gerejani, tetapi juga berani melibatkan diri dalam pengutusan-Nya.

Siap atau tidak. Telah ikut kursus pembekalan atau belum. Punya bahan, buku pegangan atau tidak.Pantas atau tidak. Masih muda atau berumur lebih.

Semua itu bukanlah alasan untuk tidak bersukacita meneruskan warta Yesus. Tidak ada yang pantas, tidak ada yang lebih mampu.

Roh Kudus sendiri yang menggerakkan. Yang memampukan. Juga yang menyelesaikan apa yang kita lakukan dalam karya pewartaan Yesus. Sekalipun harus bersusah payah menanggung derita. Lih. Lk. 12; 11-12.

Menjadi seorang kristiani berarti menjadi seorang utusan. Hidupmu adalah sebuah pengutusan. Titik.

Apa arti dan apa yang penting dari sudut iman kita? Saya sulit membayangkan bagaimana peristiwa itu terjadi. Tidak ada detil di dalam Kitab Suci.

Saya hanya memahami bahwa Yesus pernah turun dari sorga dan kini kembali dalam kemuliaan abadi. Bdk Lk. 24: 51, Kis 1: 9.

Cacat celaku

“Pokoknya, sampai kapan pun, aku tidak pernah melupakan. Apalagi memaafkan. Begitu menyakitkan. Saya menderita dan stres. Badan saya habis. Dan saya tidak mau menderita lagi. Saya ingin senang dan sehat; ingin merawat diri sendiri. Saya ingin memanjakan diri saya. Saya harus hepi.”

“Terus bagaimana dengan keluargamu?”

“Saya berusaha membesarkan anak-anakku. Saya akan tetap tinggal bersama anak-anak. Saya akan bersusah payah, berjerih keringat. Sesulit apa pun bekerja untuk menafkahi anak-anak akan saya lakukan.

Saya hanya berharap dan berdoa, dia yang pergi dari rumah ini; membiarkan saya sama anak-anak sendiri.

Tanpa dia saya bisa. Hadirnya hanya membuat saya luka, marah, temperamental, bawaanya emosi. Sebel dan benci melihatnya. Kasihan anak-anak saya.”

“Masih bisakah hatimu fleksibel?”

“Tidak. Saya tidak mau. Hati saya sudah keras; sudah dingin. Tidak ada kesempatan lagi. Cukup. Kesabaran saya habis. Saya sudah banyak memaafkan. Kelakuannya tetap dan tidak berubah.

Mau tunggu apa lagi, Mo. Mau mengharapkan apa lagi? Kesabaran saya sudah habis. Air mataku mengering.

Hatiku sudah tertutup. Aku anggap dia orang lain. Tak kenal. Terlampau banyak alasan. Kalau ditanya diam, lalu pergi. Pulang malam. Kalau ada makanan makan. Kalau tidak, tidur. Pagi kerja. Begitulah.

Bareng dia seakan-akan dalam neraka. Hanya doa yang menjadi kekuatan saya.

Untuk sekedar bertahan dan mencari uang untuk anak-anak. Kadang ingin mengakhiri hidup ini. Tapi mengingat anak, saya harus tetap survive tak peduli lagi dengan dia”.

“Bagaimana anak-anak?”

“Anak-anak tahu. Saya sudah mengatakan kepada anak-anak dan anak-anak diam. Terserah Mamah”.

“Masih adakah perhatian dan sisa cinta? Kan dulu sudah dilarang orangtua pacaran dan nikah dengan dia?”

“Itu salah saya Rromo. Saya banyak menutupi. Tapi karena saling cinta, saya tidak ragu. Saat itu kupikir lama-lama dalam kebersamaan kami akan berubah. Nyatanya tidak.

Saya tidak pernah menyesal. Saya pernah mencintai. Tetapi saya memutuskan menutup hati untuk dia. Saya hanya memperhatikan anak-anak. Ia sudah dewasa, sudah berumur, sudah banyak pengalaman tetapi tidak mau belajar.”

Hari ini. kita kenang perintah agung yang terakhir Yesus. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” ay 15, 20a.

Dengan kenaikan ke surga, mungkinkah kita berkata, ketika aku katakan aku seorang kristiani, aku tidak ingin mengeraskan hati untuk menjadi sempurna.

Cacat-celaku begitu jelas.

Tetapi Tuhanku berkata, “Kamu begitu berharga bagi-Ku. Aku mencintaimu.”

Tuhan, terimakasih atas hati-Mu untukku. Amin. ???

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here