Rabu. Pekan Paskah VII (P)
- Kis. 20: 28-38.
- Mzm. 68:29-30.33-35a.35b.36c.
- Yoh. 17:11b-19
Lectio
11b Ya Bapa yang kudus, peliharalahmereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku;
Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. 13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.
14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. 18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.
Meditatio-Exegese
Peliharalah mereka dalam nama-Mu
Segala sesuatu yang dilakukan Yesus selalu dilakukan dalam Nama Allah. Yesus adalah penyingkapan Nama Allah. Nama Allah adalah Yahwe, YHWH.
Pada zaman-Nya, Yahwe dipanggil dengan nama Adonai, Kyrios, Dominus, Tuhan.
Dalam khotbah Pentakosta, Petrus menyatakan (Kis. 2:36), “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Certissime ergo sciat omnis domus Israel quia et Dominum eum et Christum Deus fecit, hunc Iesum, quem vos crucifixistis.
Paulus, murid Gamaliel dan berasal dari golongan Farisi, menyatakan bahwa Allah telah membuat Yesus sebagai Tuhan, sehingga, “segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa.” (Flp. 2:11).
Dan Nama itu mengatasi segala nama yang telah ada, ada dan akan ada (bdk. Flp. 2:9).
Nama dan wajah YHWH, Yahwe, dapat dijumpai dalam diri Yesus, Anak Maria, Orang Nazaret. Paus Fransiskus mengajar, “Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa… Siapa pun melihat Yesus melihat Bapa (bdk. Yoh. 14:9). Yesus dari Nazaret, dengan kata-kata-Nya, tindakan-tindakan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya mengungkapkan kerahiman Allah.” (dikutip dari Bulla MV, 1).
Yesus menghendaki semua anggota komunitas iman bersatu dalam nama ini, sehingga mereka dipelihara-Nya. “Ya Bapa yang kudus, peliharalahmereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.” (Yoh. 17:11b).
Tetapi juga, mereka saling menyatukan diri. Menyatukan diri dalam satu ikatan kuat memungkinkan tiap anggota mampu bertahan terhadap dunia yang membenci, mengejar-kejar, bahkan, membunuh mereka. Tiap murid harus menyakin siapa pun yang bersatu dalam nama Yesus tidak mungkin terkalahkan.
Dalam waktu singkat Yesus pergi meninggalkan para murid. Mereka harus tetap tinggal di dunia, mengalami kesulitan tak kunjung putus. Yesus tidak menghendaki kesedihan melingkupi hati dan hari-hari masing-masing pribadi.
Ia selalu menghendaki, “penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.” (Yoh. 17:13). Pribadi yang penuh suka cita menjadi ciri khas murid Yesus, walau mereka tinggal di dunia dengan pelbagai corak dan cara penyelenggaraan hidup bersama.
Namun, perlu disadari masing-masing pribadi telah dikuduskan bagi-Nya melalui pelayanan sakramen dan sabda.
Maka, walau harus hidup di dalam pelbagai macam sistem kemasyarakatan, baik Kekaisaran Romawi maupun liberal, para murid harus pandai-pandai mengabdi kepada sesama dan Tuhan, tanpa harus menerima dampak buruk sistem itu.
Sama seperti Yesus masing-masing pribadi menghayati hidup yang berlawanan dengan arus umum yang penuh kebusukan, kepalsuan, dan eksploitatif.
Merekapun dikuduskan dalam kebenaran
Yesus memohon agar Bapa menguduskan tiap pribadi murid-Nya, agar para murid mempersembahkan hidup mereka untuk menjadi saksi-Nya.
Mereka bersaksi bahwa mereka telah berbalik dan berpaut pada Yesus dan Allah Bapa.
Yesus telah menyucikan Diri-Nya sendiri dengan mengasihi Bapa-Nya hingga tuntas dan mengurbankan Diri-Nya sendiri.
Dengan cara ini Ia menyingkapkan wajah Bapa yang berbelas kasih dan penuh kerahiman. Maka setiap pribadi murid-Nya meneladan Dia mengikuti proses pengudusan diri.
Untuk hidup suci, tiap pribadi mengikuti cara hidup Yesus. Santo Paus Leo Agung menulis, “Yesus sungguh-sungguh manusia. Karena hanya Allah yang dapat menjadi manusia.”
Maka tiap murid-Nya ditantang untuk menjumpai-Nya dan hidup melawan arus dunia. Karena arus dunia sering melecehkan martabat hidup manusia dan melawan kehendak Sang Pencipta.
Katekese
Kekudusan tidaklah menjadikan Anda kurang manusiawi. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936 – sekarang:
“Jangan takut untuk menetapkan pandanganmu lebih tinggi, membiarkan dirimu dicintai dan dibebaskan oleh Allah. Jangan takut membiarkan dirimu dibimbing oleh Roh Kudus. Kekudusan tidaklah menjadikan Anda kurang manusiawi, sebab kekudusan merupakan perjumpaan antara kelemahan Anda dan daya rahmat Allah.
Akhirnya, sebagaimana dikatakan León Bloy, dalam hidup “hanya adalah satu kesedihan, yaitu tidak menjadi orang kudus.” (dikutip dari Seruan Apostolik Bersukacita Dan Bergembiralah, Gaudete Et Exultate, 34)
Oratio-Missio
- Ya Yesus yang baik, seandainya saja aku memiliki rahmat untuk benar-benar menyatu denganmu. Di tengah seluruh macam hal duniawi di sekitarku, ya Tuhan, satu-satunya yang kuinginkan adalah bersatu denganMu. Engkaulah kerinduan jiwaku.
Sang Sahabat hatiku, persatukanlah jiwaku yang sangat kecil ini dengan kebaikan hatiMu yang sempurna. Engkaulah milikku; kapan aku akan menjadi milikMu? Yesus, Tuhanku, Kekasih jiwaku, tariklah hatiku ke dalam HatiMu.
Peganglah, genggamlah, dan satukanlah aku dengan Hati KudusMu selama-lamanya. Engkau telah menciptakan aku demi diriMu sendiri; buatlah aku bersatu denganMu. Seraplah setetes kecil hidupku ke dalam samudera kebaikan, yang menjadi tempat asal hidupku. Amin. (Doa Santo Francis de Sales, 1567-1622, terjemahan bebas)
- Apa yang harus kulakukan untuk selalu memilih kekudusan dan bersatu dalam jemaat-Nya?
Sanctifica eos in veritate; sermo tuus veritas est – Ioannem 17: 17