Renungan – Kasih yang Menyatukan

0
522 views
Ilustrasi Bapak by ist

Renungan Harian
Minggu, 30 Mei 2021
Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Bacaan I: Ul. 4: 32-34. 39-40
Bacaan II: Rom. 8: 14-17
Injil: Mat. 28: 16-20
 
BEBERAPA tahun yang lalu, suatu sore, saya diminta memberi Sakramen Pengurapan Orang Sakit kepada seorang bapak yang sudah lanjut usianya.

Bapak itu tinggal di rumahnya yang cukup besar ditemani isterinya yang sudah lanjut usia pula, dengan seorang asisten rumah tangga.

Ketika saya datang untuk memberikan Sakramen Pengurapan, saya disambut ibu sepuh dengan amat ramah.

Kami mengadakan ibadat bertiga, bapak yang sakit, istrinya dan saya. Kelima anaknya semua sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota.
 
Setelah ibadat, saya ngobrol dengan bapak dan ibu yang sudah sepuh itu.

Saya bertanya apakah anak-anaknya tidak ada yang datang. Ibu itu bercerita bahwa anak-anaknya bergantian datang mengunjungi beliau.

Saya mengatakan bahwa anak-anaknya bisa berbagi waktu sehingga orang tuanya selalu ada yang mengunjungi.

Ketika saya selesai mengatakan itu, bapak sepuh itu berkata:

“Romo, sesungguhnya satu keinginan dan kerinduan saya, dan yang selalu menjadi permohonan dalam doa saya adalah anak-anak bisa datang dan berkumpul. Mereka tidak pernah mau datang berkumpul, kalau yang satu datang yang lain tidak akan datang.”

“Mungkin karena kesibukan masing-masing Pak, sehingga mereka mengatur bergantian, biar ada yang selalu mengunjungi,” kata saya.
 
“Romo, mereka itu tidak akur satu dengan yang lain. Saya sendiri tidak mengerti apa yang membuat mereka saling bermusuhan satu dengan yang lain.

Saya sedih romo, lima orang anak yang dibesarkan dengan kasih yang sama tetapi bisa tidak rukun.

Selama ini kami yang selalu menyapa mereka dan meminta mereka mau pulang. Kalau setelah ditelpon mereka ada yang pulang, tetapi ya itu Romo, kalau mendengar ada satu yang pulang yang lain tidak mau pulang.

Saya sering ngomong dengan ibunya, apa iya, mereka bisa kumpul nunggu saya mati,” kata bapak itu dengan kesedihan yang mendalam.
 
“Bapak, ibu, ayo kita bikin acara misa di rumah ini, dan bapak ibu mengundang anak-anak, mantu dan cucu-cucu berkumpul. Siapa tahu dengan bikin acara dan misa mereka mau datang. Nanti misa hanya untuk keluarga saja,” saya mengusulkan.

“Pak, kita adakan acara ulang tahun bapak saja, bulan depan kan bapak ulang tahun ke 80,” ibu itu berkata kepada suaminya menanggapi usul saya.

Bapak itu mengangguk setuju dengan wajah yang berbinar.
 
Pada hari ulang tahun bapak sepuh itu saya mempersembahkan misa di rumah bapak itu.

Rumah itu penuh, karena semua anak-anaknya, menantu dan cucu-cucunya datang. Namun demikian ada suasana yang tidak nyaman, karena kelihatan anak-anak bapak itu serta menantu-menantunya canggung dan saling diam.

Pada saat kotbah, saya meminta bapak untuk syering tentang pengalamannya sampai usia 80 tahun. Ternyata bapak itu mengungkapkan kerinduannya yang mendalam akan anak-anaknya beserta keluarganya berkumpul seperti saat ini.

Dan satu hal yang masih menjadi kerinduannya adalah anak-anaknya bisa rukun dan damai satu sama lain.

Ia berharap bahwa mereka bisa merasakan menjadi satu saudara, yang lahir dari rahim yang sama dan darah yang sama.

Dan kalau itu bisa terjadi mereka juga bisa bersaudara dengan orang-orang lain.
 
Saya melihat anak-anaknya dan menantunya berurai air mata. Setelah bapak itu syering, saya mempersilahkan putera-puteranya atau menantunya yang ingin syering.

Mereka meminta maaf satu sama lain dan berpelukan satu sama lain. Saat itu penuh dengan air mata suka cita, karena keluarga yang terpecah-pecah itu saling mengampuni dan bersatu kembali.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, para murid yang terpisah-pisah mencari selamat ketika Yesus disalib, kini berkumpul menjadi satu kembali di Galilea. Itu karena kesetiaan Yesus yang mencintai dan selalu menyapa mereka.

Para murid dapat bersatu kembali dalam kasih karena kasih Yesus yang tidak pernah hilang meski para murid menolak dan meninggalkanNya.

“Kesebelas murid berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada Mereka.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah dalam diriku selalu ada kehendak untuk bersatu dalam kasih dengan saudara-saudaraku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here