Berbagi Meja Makan

0
232 views
Ilustrasi - Menolong membantu sesama. (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Jumat, 4 Juni 2021.

Bacaan:

  • Tb 11: 5-17.
  • Mrk. 12: 35-37.

IMAN dapat terpancar lewat kehidupan sederhana sehari-hari. iman sebagai anugerah yang menyelamatkan dapat pula menjadi tanda syukur dan luhur atas kebaikan Allah.

Lewat orangtua, iman diteruskan sebagai sebuah ungkapan syukur atas tindak kebaikan Allah yang menemani, melindungi, menyertai kehidupan keluarga kepada anak-anak mereka.

“Ulurkanlah tanganmu”

Berjumpa dan mengalami kasih Allah sendiri membuat kebaikan keluar secara spontan tanpa banyak pertimbangan.

Dalam perjalanan saya sebagai seorang imam, banyak berjumpa dengan orang-orang yang tulus mencari Tuhan terus-menerus dan bertahan dalam penderitaan sebagai murid Tuhan.

Dan yang mengagumkan, mereka tidak pernah lupa berbagi “meja makan” kepada orang lain.

“Ekaristi” itu sungguh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam diri banyak umat, saya mengalami sendiri bagaimana mereka berani mempercayakan hidup mereka, keluarga mereka kepada kemurahan kasih Allah yang senantiasa ada.

Banyak sentuhan-sentuhan rohani yang mereka terima dari peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Yang membuat mereka terbuka untuk diubah dan diperbaharui lewat baptisan mereka.

Senyum berbagi

“Mo, ini ada sedikit sumbangan dari kami.”

“Intensi khususkah? Untuk siapa?”

“Untuk orang yang membutuhkan, orang kecil, Mo. Atau terserah Romo saja. Romo lebih tahu siapa yang membutuhkan.”

Wajahnya tenang. Memberi sambil tersenyum. Sederhana dan bersahaja.

“Gimana usahanya?”

“Baik saja Romo masih bisa jalan. Okelah, walau pandemi ini. Memang tidak sebanyak yang dulu, tetapi masih bagus kok. Kemarin memang ada masalah sedikit. Namun dapat diatasi.”

Saya memandang mereka dengan terpana.

Benar, apa yang disyukuri oleh Bunda Maria. “Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang yang takut akan Dia.” (Lk. 1: 50).

Suatu saat saya berkunjung ke rumahnya. Bersih, terpelihara dan rapi. Saat ngopi dan makan pagi bareng, putera-puterinya pun bersama-sama menikmati pagi yang penuh persaudaraan.

Kesan pertama saya adalah ada kestabilan dalam relasi keluarga. Terutama hubungan suami-isteri.

Saya tidak mendengar ada keributan di antara mereka. Saya merasa kasih Allah sendiri hadir di dalam rumahtangga mereka.

Mereka adalah “Injil” yang hidup. Lih Luk. 6: 36-38.

Di masa pandemi Covid-19 ini, beberapa kali sebulan  mereka ikut dalam perayaan ekaristi pagi; lain kali lewat streaming.

Dalam komunitas pun mereka hadir dan terlibat. Dan yang istimewa, rumah mereka terbuka untuk dipakai peribadatan.

Saya percaya keluarga ini pun termasuk keluarga yang beriman kepada Yesus.

Injil melukiskan, “Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat.” ay 37b.

Tuhan, berkatilah keluarga kami. Nama-Mu kami muliakan setiap hari. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here