BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN
Rabu, 9 Juni 2021
- 2 kor 3: 4-11.
- Mt. 5: 17-19.
KETEGUHAN dan kesabaran akan menghasilkan kegembiraan. Juga hal-hal yang menakjubkan.
Tuhan punya rencana untuk setiap orang. Rancangan-Nya abadi. Kasih-Nya kekal.
Ia memberi yang terbaik bagi yang percaya. Ia tahu dan sanggup membuat kita bahagia; dan hidup di jalan kebenaran-Nya.
Hidup manusia adalah milik-Nya. Dirancang untuk menjadi bait-Nya yang kudus. Disertai dengan kuasa kasih-Nya. Dilingkupi dengan darah-Nya yang kudus.
Setiap pribadi berharga di hadapan-Nya.
Pemazmur terpesona dengan apa yang ia lihat, alami dan imani.
“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatkan-Nya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Mz 8: 4-5.
Awakku dewe kok
Sebuah keluarga yang bahagia dan sederhana. Mereka telah memiliki tiga anak laki-laki. Mereka saling mencintai dengan tulus hati.
Kendati ayah dari perempuan tidak begitu setuju dengan calon menantu, namun cinta yang tulus membawa mereka kepada sebuah kebahagiaan.
Ketiga anak laki-lakinya tumbuh sehat. Dirawat dengan kasih. Lengkaplah kebahagian mereka.
Suatu saat, tanpa disadari ibu ini hamil.
Enggan ke dokter. Sang suami memaksa dan takut kalau kehamilannya mengganggu kesehatan. Mungkin hamil anggur atau kosong.
Dengan berbagai alasan diminta untuk periksa ke dokter.
“Moh, emoh, rak gelem. Awak ya awakku dewe. Kok mekso-mekso to. Rak usah mekso. Rak gelem kok mekso. (Gak mau, gak mau. Ini badanku sendiri. Kok masih mau paksa-pasa. Ini badanku sendiri. Gak usah maksa-maksa lagi)”
Ia melakukan pekerjaan seperti biasa. Santai dan hepi. Tuhan pasti memberikan yang terbaik. Ia yakin dan percaya karena hidupnya tidak neko-neko.
Ia takut akan Tuhan. Ia tetap melayani suami dan anak-anak. Tiada putus “meringankan beban” saudara-saudarinya.
Suatu saat periksa dan dokter mengatakan bahwa kemungkinan hamil anggur dan harus dibuang.
Suami mendukung.
Tetap ibu ini tidak mau dengan kata imannya, “emoh”. Ia percaya Tuhan memberikan yang terbaik. Ia telah mengalami kasih dan penyertaan Tuhan.
Seorang papa yang kendati keras, namun disiplin agar anak-anaknya sungguh menjadi anak yang baik dalam “ukuran” saat itu.
Seorang mama yang sederhana dan berjasa. Mengasihi dan mencintai anak-anak dengan luar biasa.
Hidupnya hanya berkutat di dapur. Ia punya kakak dan adik yang baik juga.
Hati baik dan polos, mudah kasihan dan tersentuh, riang membantu sudah sejak kecil dihayati. Ia dekat dan sayang kepada mamanya.
Selalu ringan tangan membantu kesibukan mama.
Ia memutuskan untuk tidak sekolah tinggi-tinggi, tetapi bekerja. Ia ingin membantu meringankan beban orangtua dan membantu kakak-adiknya.
Kebiasaan memberi dan berkorban, memberikan yang terbaik disadari sebagai ungkapan syukur dan terimakasih.
Akhirnya ibu ini melahirkan.
Seorang putri yang begitu menggagumkan dihadirkan dalam keluarga. Betapa senang dan bahagia.
Allah sendiri melengkapi kebahagiaan keluarga ini dengan kehadiran seorang putri.
Keteguhan, kesabaran dan imannya berbuah indah.
Ibu ini tidak pernah menyesal. Ia sadar dan lega, bangga bisa berkata dan berani mempertanggungjawabkan hidup imannya dengan kata “moh”.
Sebuah kata yang muncul dari prinsip tegas sekaligus berserah pada Tuhan. Sebuah kata yang mengandung keyakinan, ia hidup dari Tuhan, bagi Tuhan dalam keluarga.
Hidupnya diabdikan untuk Tuhan dan hanya untuk keluarga. Ia takut akan Tuhan. Ia berjalan dalam iman dan kasih.
Tidak neko-neko.
Yesus berkata, “Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.” ay 19b.
uhan, terima kasih atas pemberian orangtua. Kan kurawat dan kusayangi sepanjang umurnya. Amin.