Komunitas yang Hidup

0
621 views
Ilustrasi - Yesus teman seperjalananku. (Ist)

Kamis, 8 Juli 2021

  • Kej.44: 18-21.23b-29;45:1-5.
  • Mat. 10: 7-15.

MENDAPATKAN teman kerja dalam satu komunitas yang cocok itu merupakan sebuah anugerah.

Kita tidak bisa memilih teman, dan hanya menerimanya. Maka bersyukur atas kehadiran teman yang ditempatkan bersama kita merupakan langkah awal dalam membangun sebuah komunitas.

Kekompakan dan kegembiraan serta kedamaian dalam komunitas itu akan membawa dampak sangat besar dalam pelayanan dan reksa pastoral.

“Menurut saya, komunitas itu tidak harus diisi oleh orang yang sempurna, pintar dan banyak bakat,” kata seorang imam mulai syeringnya di depan para frater yang akan menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP).

“Yang diharapkan hanyalah orang-orang yang mau mendengar, mau peduli, dan mau saling belajar,” lanjutnya.

“Tidak harus dengan watak yang sama dan hobi yang sama pula. Tetapi orang yang bisa mengungkapkan perasaan dengan tepat. Kapan bersikap keras dan tegas, dan kapan bersikap lembut bersahabat,” tuturnya.

“Sikap ini sangat penting untuk saling memgimbangi dalam penggembalaan umat. Jika yang satu tegas hingga membuat umat tersinggung, yang satu bisa menemani umat supaya tidak mutung,” lanjutnya.

“Senantiasa satu bahasa dalam komunikasi dengan umat. Jangan yang satu bicara A, yang lain bicara B. Satu kata supaya umat tidak dipolarisasi. Jangan sampai menciptakan fans club untuk diri sendiri, hingga punya pengikut masing-masing,” imbuhnya.

“Kenyamanan, kekompakan dalam komunitas itu kita yang menciptakan bukan umat atau orang lain. Komunitas itu ada untuk pelayanan umat bukan untuk memenuhi keinginan pribadi,” tuturnya

Komunitas akan menjadi tempat yang sulit manakala muncul kesombongan karena otoritas yang dipegang, apalagi jika muncul mental senioritas.

Bisa dipastikan akan muncul kesulitan, jika ada anggota komunitas yang merasa lebih hebat, lebih populer, lebih pintar, karena punya ketreampilan dan bakat yang lebih daripada yang lain.

Anggota komunitas lalu mencari kesenangan sendiri dan berusaha melarikan diri dalam tugas pelayanan yang mungkin tercipta karena keinginan kita daripada kebutuhan umat.

Rindu komunitas yang hidup, baik dan menyenangkan. Hargai dan terimalah rekan sekomunitas sebagaimana adanya.

Apakah aku menjadi subyek yang membuat komunitas berdayapikat?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here