KESAN positif apa yang paling menonjol dalam diri almarhum Romo Thomas “Tom” M. Fix SCJ di hati umat katolik dan para imam SCJ yang mengenalnya bertahun-tahun? Atas jawaban itu, semua orang sepakat mengatakan: santun, sopan, ramah, murah senyum dan tentu saja juga sangat baik hati.
Romo Suyoto SCJ –superior komunitas SCJ di Jakarta—malah menambahkan: “Beliau terbilang tipe pribadi yang sulit berkata ‘tidak’ kepada orang setiap kali dimintai tolong”.
Sebagai seminaris muda di Seminari St. Paulus Palembang tahun 1965-an, karakter dan perilaku istimewa Romo Fix SCJ itu sudah dia rasakan setiap kali mengantar mendiang Romo Fix melakukan pelayanan ke stasi-stasi jauh dari pusat kota di Palembang. “Ciri khas pribadi yang menawan itu sampai keterusan hingga akhir hayatnya: selalu siap sedia menolong orang lain; siapa pun dia orangnya,” kata Romo Suyoto SCJ, konselebran utama dalam misa requiem di Gereja St. Stefanus Cilandak, Minggu (22/4) malam.
Tentu, kesan itu tidak berlebihan. Banyak orang di Paroki Cilandak –tempat Romo Fix sempat berkarya selama 11 tahun—juga mempunyai kesan sama. “Dia adalah pribadi pastur istimewa. Disayang umat karena tidak pernah membeda-bedakan orang dan selalu siap menolong: kapan saja dan dimana saja,” tutur seorang umat Paroki Cilandak.
Singkat kata, Romo Fix adalah tipikal seorang romo yang rendah hati, suci, setia pada panggilan imamat, dan sangat sosial. “Karena itu, hadirnya banyak orang pada misa requiem ini menandakan bahwa dia dicintai umatnya,” kata Romo Suyoto.
Tentang sosok pribadi almarhum Romo Fix SCJ, Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI Romo Guido Suprapto Pr juga punya kesan tersendiri. Sekalipun bukan warga anggota imam-imam Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) Provinsi Indonesia, namun dia cukup mengenal romo misionaris asal Milwaukee, AS ini.
“Kehidupannya yang kelihatan ceria dan gembira, menurut saya, jelas merupakan tanda kebahagian yang mendalam dan rasa cintanya kepada umat yang selama ini beliu layakni kebutuhan reksa rohaninya. Sebagai misionaris, beliau telah memberikan diri sepenuhnya. Maka secara pribadi, saya mengucapkan terima kasih kepada beliau sebagai imam misionaris yang pernah berkarya di Keuskupan Agung Palembang,” tulis romo diosesan (praja) Keuskupan Agung Palembang ini kepada Redaksi Sesawi.Net, Minggu siang.
53 th imamat dan 50 th di Indonesia
Dalam situs resmi Kongregasi Imam-imam SCJ Amerika Serikat, almarhum Romo Thomas M. Fix tercatat mencatat rekor hidup sebagai anggota SCJ selama kurang lebih 60 tahun. Tahun 2008 lalu, almarhum merayakan pesta imamatnya yang ke-50 dan tahun 2012 ini genap berkarya sebagai misionaris di Indonesia selama 50 tahun.
Ia tiba di Indonesia tahun 1962, lima tahun setelah mendapat tahbisan imamat di Milwaukee tahun 1958. Sedari kecil pada usia sangat muda dan masih anak-anak, beliau sudah memiliki cita-cita “mulia” yakni ingin menjadi misionaris. Mimpi menjadi seorang misionaris itu muncul, ketika seorang imam SCJ Amerika bernama Romo Jim Alexander SCJ yang menjadi imam misionaris di Jepang pulang mudik ke AS. Sekali waktu, dia bertandang masuk kelas Romo Fix yang saat itu masih duduk di bangku Grade 3 Primary dan berkisah tentang suka-duka hidup menjadi seorang imam misionaris di Jepang.
Cintanya kepada Indonesia yang dia sebut sebagai “tanah airnya yang kedua” setelah Milwaukee dia nyatakan dengan keberaniannya melepas kewarganegaraan AS tahun 1991 dan kemudian memeluk paspor RI. Kepergiannya ke India sebagai misionaris tahun 2003 terjadi, setelah Pater Superior General di Roma minta sukarelawan untuk memulai karya misi di India.
Almarhum Romo Fix langsung angkat tangan: “Ya, saya bersedia pergi ke sana menjadi misionaris lagi di tanah asing: India”
“Syukurlah Provinsial SCJ Provinsi Indonesia mengizinkan saya menawarkan diri dan itu diterima. Saya merasa bahagia bisa mengikuti suara hati saya sejak kecil yakni menjadi seorang misionaris di tanah misi,” kenangnya sebagaimana dikutip oleh situs resmi SCJ Amerika Serikat.
Cita-cita ingin menjadi imam misionaris itu sudah membakar hatinya sejak Romo Thomas Fix duduk di bangku sekolah dasar kelas 3. Cita-citanya ingin menjadi imam SCJ rupanya tumbuh karena “pertemuan” kecil di sebuah sekolah dasar di Milwaukee ini.
Beberapa tahun kemudian, Romo Fix masuk seminari menengah Divine Heart di Donaldson, Indiana, AS. Mengucapkan kaul religius pertamanya sebagai SCJ tahun 1951, akhirnya Romo Fix ditahbiskan imam di AS tahun 1958. Beberapa tahun sebelum berangkat ke Indonesia, Romo Fix mendapat tugas sebagai formator.
Ketika beredar tawaran menjadi misionaris di Indonesia, tanpa banyak pikir dia langsung angkat tangan: “Saya siap berangkat!”
Menginjak kakinya di Indonesia tahun 1962 dalam sebuah rombongan kecil misionaris AS, ternyata Romo Fix masuk barisan “paling akhir” dari kelompok kecil itu yang masih bertahan di Indonesia. “Indonesia menjadi tanahairku sekarang,” ungkapnya sebelum meninggal.
Karena itu, masuk akal ketika semua tawaran berobat ke LN –termasuk pulang ke AS—ditolaknya, karena –seperti kata Romo Suyoto SCJ– “Saya ingin meninggal di Indonesia”
Dari Milwaukee dan Sheyboygan di Wisconsin, sejumlah kerabat dekat almarhum Romo Fix menulis email kepada Redaksi Sesawi.net, acara memorial service mengenang paman, kakak, kakek mereka akan segera diadakan di Sacred Heart Monastery, 7335 S. Lovers Lane Road, Hales Corners, Wisconsin, hari Kamis tanggal 26 April 2012 mendatang pukul 10.30 waktu setempat. (Bersambung)
Source: Official website of the American Sacred Heart Congregation (http://www.sacredheartusa.org/category/news-events/)
Photo credit: The Fix family document as shared by Paul J. Hancock
Artikel terkait:
RIP: Pastur Thomas “Tom” Fix SCJ (1)
Romo Thomas “Tom” Fix SCJ: Tipikal Seorang Pastur yang Baik, Ramah, dan Selalu Murah Senyum (2)
Romo Thomas “Tom” Fix SCJ: Dari Seminari ke Paroki (3)
Romo Thomas “Tom” Fix SCJ: Misionaris dari Milwaukee ke Indonesia, lalu ke India (4)
Requiem untuk Romo Thomas “Tom” M. Fix SCJ: “Pertandingan Sudah Selesai” (5)