Tukar Guling Secara Murah Hati

1
483 views
Ilustrasi -- Sukses membangun dari awal by ist

Selasa, 13 Juli 2021

Kel.2:1-15a.
Mat. 11:20-24.

“KESUNGGUHAN hati dalam mengabdi. Inilah yang ditunjukkan bapakku di usia senjanya,” kata seorang ibu memulai syeringnya.

“Sejak saya muda, Gereja satu-satunya tempat saya hidup. Dan merasa dibutuhkan oleh orang lain,” kata bapakku.

“Di usia senjanya, bapak menghidupi dirinya dengan menganyam tikar dari rotan. Ia pilih tinggal di kampung daripada ikut kami anaknya di kota,” tutur ibu itu.

“Suatu hari, dia memanggil kami anak-anaknya. Ia menyampaikan niatnya untuk memberi sebagian tanah miliknya untuk bangunan gereja stasi,” tuturnya.

“Bapak ingin menukar tanah kebun yang luasnya hampir tiga ribu meter persegi itu dengan bangunan kapel yang tua dan sangat sederhana,” lanjutnya.

“Sudah lama gereja stasi mau direnovasi, tetapi karena tanahnya tidak cukup luas maka pengurus gereja masih mencari lahan baru. Kayaknya sangat kesulitan. Maka bapak ingin merelakan tanahnya, dan supaya tidak membebani anggaran paroki untuk pengadaan tanah. Bapak menawari model tukar guling,” kisahnya.

“Kami anak-anaknya tentu menyetujui niat bapak tersebut, karena kami pun sangat mencintai kampung kami dan gereja kami,” katanya.

“Mengapa tidak dihibahkan saja, Pak?,” tanya kakak kami yang paling sulung.

“Tidak. Kalau dihibahkan, umat tidak akan memandang kebaikan Tuhan. Nanti hanya berpikir bahwa keluarga kita yang baik kepada Gereja,” sahut bapak.

“Saya ingin umat di sini semakin percaya pada kebaikan Tuhan,” lanjutnya.

“Usia bapak sudah 85 tahun, dan ini akan sekali lagi menjadi persembahan bapak bagi Gereja. Setelah sejak masa muda selalu menjadi teman pastor mengunjungi umat, menjadi pemimpin umat, lalu menjadi pemimpin ibadat di kampung,” tutur ibu itu.

“Kami bangga akan pengabdian bapak, dan kencintaan bapak terhadap gereja,” tuturnya

Cinta yang dihidupi itu menjadi pewartaan yang sangat efektif.

Kesetiaan dan pengorbanan bapak tadi dalam mencintai dan mengabdi Gereja telah mendorong anak-anaknya berbuat yang sama.

Bagaimana dengan kita?

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here