Puncta 14.07.21
Rabu Biasa XV
Matius 11:25-27
DI Jalan Sosrowijayan dulu, ada seorang simbok yang jualan gudeg. Ia sering memberi makan gratis kepada orang-orang kecil: tukang becak, pemulung, tukang ngamen jalanan, tukang sapu trotoar, atau orang yang butuh makan.
“Kula menika tiyang mboten gadhah, mboten saged caos menapa-menapa, sagedipun namung nyaosi sekul sepincuk. (Saya ini orang miskin, tidak bisa memberi apa-apa, bisanya hanya memberi nasi sebungkus),” kata simbok.
Ada tukang becak yang cerita; “Ibu nika sae sanget, kula mboten saged mbayar nggih diparingi. Malah kula nate gadhah sambutan, ngendikane; “Rasah disaur ora papa, aku ikhlas kok mas. Wah… kula nggih bingah sanget.”
(Simbok itu baik sekali. Kadang saya tidak bayar, ya tetap diberi makan. Saya pernah hutang duit, katanya, “Gak usah dikembalikan gak papa mas, saya ikhlas. Wah… saya senang sekali).
Kebaikan itu ada di mana-mana dan milik siapa pun juga. Tidak pandang bulu.
Orang miskin, orang kaya, warna kulitnya apa, agamanya apa, suku dan etnisnya apa, semua diberi hati yang mulia.
Tinggal bagaimana kita mengasahnya.
Orang kecil seperti simbok penjual gudeg itu punya hati yang besar. Hati untuk menampung kesusahan banyak orang.
Hanya sepincuk nasi yang diberi, tetapi itu anugerah besar bagi mereka yang lapar dan berkekurangan.
Orang-orang sederhana yang berhati mulia itu banyak dijumpai di sekitar kita.
Yesus bersabda, “Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi. Sebab semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil, itulah yang berkenan di hati-Mu.”
Orang kecil seperti simbok itu lebih mudah pasrah dan mengandalkan Allah. Ia lebih percaya pada kemurahan Tuhan.
Maka tidak segan untuk memberi dan berbagi.
Simbok itu percaya bahwa rejeki sudah diatur oleh Yang Kuasa. Dengan pasrah dan percaya Tuhan Mahamurah, ia tinggal mengalir menjalaninya dengan ikhlas.
Hatinya damai dan tentram dan tidak merasa kehilangan, karena semuanya adalah milik Tuhan.
Sudahkan kita memiliki hati yang mulia seperti simbok yang sederhana itu?
Selalu gembira di masa pandemi,
Badan sehat selalu jaga diri.
Mari kita selalu berbaik hati,
Karena Tuhan telah banyak memberi.
Cawas, ayo sehat dan semangat…