“Yusuf, Kasih Ayah”, Tontonan dan Tuntunan Menarik Besutan Balai Budaya Rejosari

0
235 views
Drama Musikal "Yusuf, Kasih Ayah" produksi Balai Budaya Rejosari Kudus.

DRAMA musikal ini bertajuk Yusuf, Kasih Ayah. Hasil besutan Balai Budaya dan Rumah Khalwat Rejosari (BBRKR) di kawasan Pantura wilayah timur. Tepatnya di wilayah perbatasan Kudus dan Pati di Jateng.

Yusuf, Kasih Ayah ini baru saja tayang perdana secara virtual pada 14 Juli 2021. Digelar dalam rangka upaya penggalangan dana untuk proyek pembangunan Rumah Khalwat yang di kompleks BBRKR.

Sarat makna

Drama yang dikemas kolaborasi seni panggung dan sinematik ini digarap secara rinci dan artistik. Sehingga menjadi suguhan yang enak dinikmati secara visual.

Lagu dan lirik pun digubah sedemikian indah, puitis dan sarat makna. Misalnya, saat Yusuf galau mendengar kabar Maria mengandung tersenandung “ …kayu yang kutatah untuk sebuah rumah, apakah harus kuhancur-leburkan?”

Suatu ekspresi metaforis yang puitis dan bermakna mendalam.

Durasi sekitar satu setengah jam seperti air mengalir –kadang berkelok, menggenang, namun tiba-tiba bisa bergolak.

Sesungguhnya alur cerita tetap konvensional. Jangan harap ada improvisasi kontemporer apalagi kontroversial.

Semua mengikuti narasi Maria-Yosef yang bersumber dari Injil. Juga sudah tidak asing bagi penonton yang pada umumnya sudah sering ditampilkan dalam tablo-tablo Natal.

Namun demikian, alur konvensional yang ibarat tulang itu seperti telah mendapat daging dan darah sehingga menjadi hidup dan menyentuh.

Tontonan dan tuntunan

Ini nilai lebih juga. Cerita klasik dan familier. Tetapi bisa tetap menarik dan aktual.

Kesetiaan kepada pakem ini -maklum yang menggawangi para pastor MSF- membuat drama musikal ini bukan hanya tontonan yang apik. Tapi juga tuntunan yang asyik seperti pagelaran wayang.

Apakah karena salah seorang tokoh di balik gelaran ini seorang dalang wayang kulit yakni  Romo Purnawan “Ipenk” MSF?.

Sebagai tontonan sekaligus tuntunan, tayangan ini layak ditonton sebagai media untuk mendalami peran Yusuf yang krusial dalam sejarah keselamatan.

Secara keseluruhan gelaran BBRKR yang didukung para seniman setempat dan romo-romo MSF ini layak diapresiasi dan acungi jempol. Juga ditunggu karya-karya selanjutnya.

Syukur dengan tema-tema yang universal sehingga misi BBRKR sebagai media srawung budaya bisa lebih jumbuh.

Kalau pun ada “ganjalan” kecil, maka itu terkait dengan label Kasih Ayah.

Sementara dalam tayangan sedikit sekali terekspresi peran ke-ayah-an Yusuf. Tapi lebih menonjol “kasih suami”.

Namun ini pun bisa dipahami. Karena keterbatasan peran ayah yang tersedia pada referensi biblis. Maka sementara tetap harus setia pada pakem itu.

Selamat dan proficiat Balai Budaya Rejosari

Tanah Lot, Bali, 15 Juli 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here