Selasa, 20 Juli 2021
- Kel. 14: 21-15:1.
- Mat. 12: 46-50.
KAMI, umat paroki di pedalaman, merasa sangat gembira. Karena menerima kedatangan para tamu kehormatan. Yakni, ibu-ibu dari kota yang mengadakan bakti sosial dalam rangka hut organisasinya.
Mereka menempuh perjalanan cukup jauh. Mereka menggunakan pesawat, lalu dilanjutkan perjalanan melalui air dengan naik speedboat ke paroki kami.
Mereka didampingi oleh seorang pastor pembimbing. Para ibu yang dermawan dan baik itu tampil dengan pakaian seragam kebesarannya.
Mereka sangat gembira dan ramah.
Waktu mereka sampai, yang diperhatikan adalah agenda kegiatan mereka dengan susunan acara yang cukup rapi.
Namun yang tidak dilupakan adalah menjaga penampilan mereka.
Tidak dapat disangkal bahwa ada nuansa bahwa bakti sosial akhirnya menjadi ajang show mereka.
“Sudahlah Pastor, biar kami yang menurunkan barang-barang bawaan,” kata umat kepada pastor pembimbing yang sibuk ikut menurunkan barang dan tas-tas milik ibu-ibu.
Sedangkan ibu-ibu langsung menyebar entah kemana.
“Tidak apa, tapi kalau mau membantu terimakasih,” kata pastor dengan ramahnya.
“Siap Pastor, kami bantu,” kata bapak itu disusul oleh umat yang lain.
“Wah jadi cepat selesai, pasukan gerak cepat ya,” sapa pastor dengan senang karena umat terlihat guyub.
“Masak kami membiarkan pastor yang sudah jauh perjalanannya dan masih harus angkat-angkat barang,” jawab salah satu umat.
Terlihat pastor itu cepat menyatu dengan umat, meski baru saja kenal.
Ketika minum bersama, bapak-ibu dan kaum muda-mudi serta anak-anak kecil duduk menemani dan mendengarkan cerita pastor itu.
Pastor itu cepat masuk dan menjadi bagian dari umat di paroki kami.
Sedangkan ibu-ibu yang baik dan dermawan itu tetap hadir sebagai tamu. Mereka tetap punya jarak dengan umat.
Mungkin umat kagum dan memuji penampilan ibu-ibu itu. Tetapi mereka tidak merasa dekat. Tidak merasa menemukan kehangatan seperti yang mereka terima dari pastor itu.
Siapakah saudaraku, siapakah ibuku?
Mereka yang melakukan kehendak Bapa bukan mereka yang pandai bicara dan pandai berdandan untuk sekedar memoles penampilan mereka.
Apakah aku ini pedengar dan pelaksana sabda Tuhan?