Bahagianya Punya Anak Adopsi Wajahnya Bisa Mirip-mirip

0
794 views
Ilustrasi - Orangtua mengajak anaknya jalan-jalan. (Parenting)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 20 Juli 2021.

Tema: Jaring kemanusiaan

  • Bacaan Kel. 14: 21-15:1
  • Mat. 12: 46-50.

SAUDARA-saudari. Pernyataan ini merupakan sebuah ajakan kemanusiaan universal. Menerima dan mengakui yang lain sebagai yang lain, sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Ada kesadaran dan ikatan satu dengan yang lain. Ada harapan mengembangkan hal-hal yang baik dalam kebersamaan.

Langkah awal terciptanya perdamaian.

Saudara-saudari yang terkasih. Pengakuan ini didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa satu sama lain saling membutuhkan dan tidak bisa hidup sendiri.

No man is an island. Kita saling membutuhkan satu sama lain. Kemudian menyempurnakannya dalam ikatan kasih.

Ada hasrat hidup dalam cinta; kerinduan tinggal bersama berdasarkan kasih yang khusus dan istimewa.

Langkah awal untuk jalani hidup berkeluarga.

Saudara-saudari dalam Tuhan kita, Yesus Kristus.

Sebuah kenyataan syukur bahwa Tuhan sendiri yang menghimpun mereka menjadi sebuah Gereja. Mereka dengan sadar dan terbuka berbagi pengalaman akan kasih Allah, Firman Allah yang mereka percayai, dan terang-Nya yang menuntun perjalanan hidup mereka bersama.

Manusia terkait satu sama lain. Ia adalah mahkluk relasional.

Yesus memperluas cakrawala ikatan kemanusiaan, “Inilah ibu-Ku dan saudara- saudara-Ku. Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudaraku laki-laki, dialah saudaraku perempuan dan dialah ibu-Ku.” ay 50.

Sebuah jaringan kemanusiaan tercipta

Setelah masa kesedihan ditinggal almarhum suaminya berakhir, seorang ibu berceritera.

Ia merasa bahagia. Tetap menjalankan tugas sebagai orangtua atas tiga anaknya: dua laki-laki dan satu perempuan.

Dua berhasil menjadi dokter dan satu melanjutkan usaha keluarga.

“Romo, Tuhan itu baik. Saya tidak mampu memahaminya. Saya percaya. Tuhan mengubah segalanya menjadi indah dan tidak membiarkan saya kesepian.”

“Kami pasangan suami-isteri seperti pada umumnya. Belum memiliki anak kendati sudah delapan tahun  berkeluarga,” begitu isi syeringnya sekali waktu di pagi hari.

“Oh ya?”

“Begini romo, setelah 10 tahun menikah dan belum mempunyai tanda-tanda memiliki buah hati, kami berziarah ke Yerusalem. Di sana terbesit untuk mengadopsi, tetapi bukan dari lingkup keluarga sendiri,” lanjutnya.

“Mengapa?”

“Kami ingin anak orang lain. Anak dari keluarga tidak mampu. Dalam peziarahan rohani kami ada satu ayat yang sangat menggetarkan; sekaligus menyadarkan sejarah hidup apa yang akan kami bangun sepanjang hidup ini. ‘Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini kamu telah melakukannya untuk Aku.’ (Mat. 25: 40).

Lalu, kami mengadopsi dua anak, laki dan perempuan, dari dua yayasan yang berbeda. Kami menyatakan kepada yayasan, bila suatu saat orangtuanya ingin mengetahui di mana anaknya, silakan berhubungan dengan kami.

Sampai saat ini tidak ada seorang pun yang menghubungi, kendati anak-anak kami sudah berkeluarga dua-duanya,” terangnya jadi lebih jelas.

Kelembutan hati

“Kami merawat dan memperlakukan sebagai anak sendiri. Kami bahagia. Kami lebih bahagia setelah merawat kedua anak itu selama dua tahun, kami dikaruniai seorang putri. Tuhan sungguh ajaib, Ia mendengar kerinduan hati kami. Kami tidak membeda-bedakan antara ketiganya,” lanjutnya.

“Apakah mereka tahu?”

“Tidak Romo. Sudah menjadi keputusan keluarga besar kami untuk tidak mengatakan apa-apa. Sampai saat ini pun semua terjaga dengan baik.

“Dosa ya Romo?”

Spontan saya menjawab bukan soal dosa atau tidak. Tetapi suatu saat kalau itu terjadi,  ya kita mesti mengatakan sebenarnya.

Mereka  berhak mengenal orangtuanya secara fisik. Malah mungkin bisa menjadi sebuah keindahan hidup; menyatukan; bahkan menjadi sarana rekonsiliasi batin lebih-lebih orangtua asli mereka yang telah “membuang” anak mereka yang tak berdosa.

“Saya siap Romo kalau itu terjadi. Bahkan kalau kedua anak adopsi kami itu nantinya akan jadi lebih dekat kepada orang ua mereka. Saya telah diberi Tuhan seorang anak perempuan, darah daging kami sendiri. Hitung-hitung menebar kehidupan.

Yang saya kagum kedua anak adopsi itu kok bisa-bisanya wajahnya mirip dengan kami. Orang tidak akan menyangka” katanya penuh riang.

Tuhan, Engkaulah penyelenggara kehidupan. Ajaib perbuatan-Mu. Tuntunlah hidup dan iman kami Lebih dekat pada-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here