Lectio Divina 30.07.2021 – Menyambut atau Menolak-Nya

0
300 views
Ilustrasi.

Jumat. Pekan Biasa XVII (H)

  • Im.23: 1.4-11.15-16.27.34b-37.
  • Mzm.81: 3-6b.10-11b.
  • Mat.13:54-58

Lectio

54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 55  Bukankah Ia ini anak tukang kayu?

Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56  Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”

57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” 58  Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Meditatio-Exegese

Setibanya di tempat asal-Nya

Agak lama rupanya meninggalkan kampung halaman, Nazaret, dan menetap di Kapernaum (Mat 4:13). Sekarang Ia pulang kampung. Tetapi, kepulangan-Nya ke tempat-Nya dibesarkan tidak membawa kegembiraan dan suka cita.

Segala sesuatu telah berubah di Nazaret. Mereka yang dulu bersahabat, bersikap ramah, selalu menerima-Nya, sekarang, sudah berubah.

Karena mengalami penolakan di sana, tidak ada satu pun mukjizat dapat Ia  lakukan di tempat kelahiran-Nya.

Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat itu?

Membandingkan dengan Injil Lukas, rupanya Yesus diminta untuk mengajar di hari Sabat di sinagoga Nazaret.

Kebiasaan ini sangat baik, karena mengundang dan menghormati orang atau anggota komunitas yang lama tidak ambil bagian dalam kegiatan bersama. Menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman.

Pada awalnya mereka menyambut Yesus dengan tangan terbuka dan hangat. Tetapi yang indah itu segera berubah menjadi penolakan, bahkan pelecehan. Mereka tahu apa yang dilakukan Yesus di Kapernaum dari kabar yang merembet melalui mulut ke mulut hingga mencapai Nazaret.

Dan saat Yesus tampil di hadapan mereka, orang-orang yang dikenal Yesus sejak kecil (Mat 2:23), memperlihatkan kemarahan. Mereka tidak mampu melihat karya Allah yang dilakukan melalui tangan orang kecil, saat mereka meminta persetujuan, “Bukankah Ia ini anak tukang kayu?”

Pelecehan dimulai. Mereka merendahkan Yesus yang hanya anak tukang kayu. Memang, profesi itulah yang juga Ia tekuni. Di tambah lagi mereka tidak mau menerima Yesus, karena Ia berasal dari keluarga yang biasa saja, bukan keluarga dari golongan yang perlu mereka hormati. 

Mereka saling bergumam, “Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?” (Mat. 13: 55-56).

Padahal, kalau mereka mau menelisik silsilah Yesus, mereka harus menaruh hormat pada-Nya (bdk. Mat 1:1-16; Luk 3:23-38). Orang-orang Nazaret gagal untuk percaya pada-Nya.

Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya

Yesus tahu dan sadar bahwa tidak ada nabi yang dihormati di tempat asalnya sendiri. Ia mau menekankan bahwa apabila orang tidak mau menerima dan saling mempercayai, bahkan mengimani-Nya, Ia tidak mampu melakukan apa pun juga.

Prasangka buruk menghalangi perbuatan baik, termasuk mukjizat oleh Tuhan sendiri. Maka Ia bersabda (Mat 13:57), “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya”, Non est propheta sine honore nisi in patria et in domo sua.

Katekese

Mukjizat tak terjadi karena ketidak percayaan. Origenes dari Alexandria, 185-254:

“Sepengetahuan saya, cara kerja mukjizat seperti cara kerja alam. Pengolahan lahan melulu tidak memadai untuk menghasilkan panen berlimpah, jika, tanah, atau lebih tepat seluruh lingkungan, tidak ambil bagian untuk menghasilkannya.  

Dan seluruh lingkungan juga tidak memadai untuk menghasilkan penen berlimpah tanpa pengolahan lahan yang baik. Dia yang memenciptakan dunia tidak pernah merancang ciptaan-Nya untuk menghasilkan panenan tanpa pengolahan lahan yang bagus.

Ia melaksanakan rancangan-Nya pada awal mula penciptaan saat bersabda, “Hendaklah daratan menumbuhkan tunas; tumbuh-tumbuhan menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan menghasilkan buah yang berbiji sesuai dengan jenisnya masing-masing di atas bumi.” (Kej. 1:11).

Demikian halnya dengan karya mukjizat. Seluruh karya yang menghasilkan penyembuhan hanya dapat dilakukan dengan mewujud nyatakan iman. Maka, iman, berapa pun kualitasnya, tidak akan menghasilkan buah penyembuhan tanpa kuasa ilahi” (dikutip dari Commentary On Matthew 10.19).

Oratio-Missio

Tuhan, kasihMu mengalahkan tiap ketakutan dan menghancurkan kuasa kencian dan kecurigaan. Siramilah hatiku dengan belas kasih dan pengampunan, agar aku mampu memperlakukan sesama sama dengan kebaikan yang sama dengan apa yang Engkau curahkan padaku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk selalu menyambut Yesus dengan suka cita?

Iesus autem dixit eis, “Non est propheta sine honore nisi in patria et in domo sua” – Matthaeum 13:57

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here