DI pusat kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, terdapat sebuah seminari. Tempat persemaian para calon imam dan bruder MSF Provinsi Kalimantan.
Lokasinya tepat berhadapan dengan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Namanya Seminari Johaninum. Beralamat di Jl. A. Yani, Km. 36, Gang MuSaFir.
Nama Bapa Pendiri
Nama Johaninum diambil dari nama pendiri tarekat MSF: Pater Jean Baptiste Berthier MS menurut tulisan berbahasa Latin.
- Jean Baptiste adalah nama tulisan berbahasa Perancis.
- Bahasa Indonesia: Yohanes Pembaptis.
- Pater Berthier adalah imam keturunan Perancis.
- Namun, beliau mendirikan Tarekat MSF di Grave, Negeri Belanda, tanggal 28 September 1895.
MSF Provinsi Jawa dan Provinsi Kalimantan
Sebelumnya, MSF Provinsi Jawa sudah mempunyai Seminari Berthinianum di Salatiga, Jawa Tengah.
Nama seminari ini diambil dari nama diri dari Pater pendiri: Berthier.
Maka ketika Seminari Johaninum diresmikan, oleh Pastor Herman Stahlhacke MSF -Propinsial MSF Kalimantan waktu itu sekaligus pendiri Seminari Johaninum- lalu diumumkanlah sebutan identitas yang diambil dari nama baptis sang pendiri tarekat.
Tarekat MSF (Missionariorum a Sacra Familia) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan para Misionaris Keluarga Kudus.
Ada dua Propinsi MSF di Indonesia.
- MSF Propinsi Jawa berpusat di Semarang.
- MSF Propinsi Kalimantan berpusat di Banjarbaru, Kalimantan Selatan –sedikit di luar kota Banjarmasin.
Dukungan besar dari Superior Jenderal MSF
Suatu sore, awal tahun 1996, Provinsial MSF Kalimantan Pastor Herman Stahlhacke MSF tenga berjalan-jalan santai bersama Pastor Egon Farber, Pater Jenderal MSF. Waktu itu, beliau sedang mengadakan kunjungan di Indonesia dan mengunjungi MSF Provinsi Kalimantan.
Tentu Pastor Provinsial MSF Kalimantan lalu bercerita banyak hal. Apalagi ini kunjungan resmi dari seorang Pemimpin Umum tarekat.
Jauh sebelum kunjungan tersebut, sebenarnya sudah terbersit sebuah harapan besar dalam diri Pastor Herman, begitu ia disapa.
“Saya merasa pentingnya bagi MSF Provinsi Kalimantan bisa mempunyai sebuah Postulat atau Seminari Kelas Persiapan Atas (KPA) sendiri untuk kalangan internal MSF sendiri,” ungkapnya waktu itu.
Untuk meyakinkan harapannya tersebut, ia pernah berbagi pendapat dengan Pastor Diete Knoche MSF, Propinsial MSF Jerman.
Pastor tersebut sangat mendukung rencana pembangunan. “Kalau suatu Provinsi belum punya satu tempat pendidikan sendiri, itu dapat dikatakan belum layak menjadi Provinsi,” ujar Pastor Knoche MSF.
Pendapat Pastor Knoche memacu semangat Pastor yang baru saja merayakan 60 tahun imamat, tahun 2021 ini.
“Perlu ada tempat pendidikan sendiri agar Propinsi bertanggungjawab terhadap kelangsungan keanggotaan,” tegasnya.
Rumah Panjang
Kedua imam dari Eropa ini –Pastor Herman dan Pastor Egon tersebut- lalu berjalan-jalan di sekitar Gereja Bunda Maria Banjarbaru. Lokasinya berhadapan langsung dengan Universitas Lambung Mangkurat.
Di situ terdapat sebuah pekarangan kosong milik Bapak Mulyono, seorang umat Katolik. Luas pekarangan tersebut sekitar 30 x 300 meter.
Lokasi yang strategis di pusat kota dan beberapa lembaga pendidikan menjadi daya tarik. Di pekarangan tersebut, berdiri sebuah rumah panjang. Kira-kira ada sembilan kamar.
Semula rumah ini, oleh pemilik, dijadikan sebagai rumah kos. Lambat laun, Bapak Mulyono berubah pikiran. Ia ingin menjual tanah beserta rumah tersebut.
Pastor Herman mengarahkan telunjuk ke pekarangan itu. Harapan besar mendirikan seminari lalu dia ajukan ke pimpinan.
Berbagai pertimbangan dan syering dari para Provinsial lainnya telah membulatkan tekadnya.
Untuk segera mewujudkan harapan besar. Mendirikan sebuah seminari internal MSF.
Tanpa pikir panjang, Pastor Jenderal mengatakan pada saat itu: “Beli saja.”
Superior Jenderal MSF sendiri berjanji mau membantu mencarikan dana untuk modal bisa membeli tanah tersebut.
Pastor Herman segera mengadakan rapat Dewan Propinsi (bersama para asistennya) untuk memastikan pembelian tanah tersebut atas dukungan Pater Jenderal. Kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang.
Begitulah prinsip yang memompa semangat.
Demi kemandirian Provinsi MSF Kalimantan
Sementara, beberapa calon seminaris sudah mulai mengutarakan niat mau bergabung masuk menjadi MSF Kalimantan.
Tahun-tahun sebelumnya, para calon imam dan bruder MSF dari Tanah Borneo ini selalu harus dikirim ke Seminari MSF “Berthinianum” di Salatiga, Jateng.
Namun kali ini, harapan besar semakin menguatkan nyali untuk berani memulai sesuatu yang baru.
Ini semua demi kemandirian Propinsi MSF Kalimantan.
Tapi, belum ada bangunan untuk para seminaris. Pastor Herman lalu bergerak cepat, membenahi dan menambah bangunan.
Dibangunlah bangunan dua lantai, agar memadai. Fasilitas segera dilengkapi. Lalu, seorang imam formator dibenum dengan tugas pembinaan di Seminari MSF ini.
Diberkati Superior Jenderal MSF
Sejak saat itu, tahun 1996, MSF Propinsi Kalimantan mempunyai sebuah rumah pendidikan untuk para Postulan di Bumi Kalimantan.
Pemberkatan Seminari Johaninum dilakukan oleh Pater Jenderal MSF waktu itu, Pastor Wim van der Weiden MSF –imam misionaris dari Negeri Belanda ke Indonesia dan dosen Kitab Suci selama beberapa dekade di Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peristiwa ini terjadi tanggal 4 Agustus 1996. Bertepatan dengan Peringatan Santo Yohanes Maria Vianey, pelindung para imam diosesan di Indonesia.
Awal tersulit
Delapan Postulan angkatan pertama langsung bisa mendiami Rumah Panjang. Sambil menunggu selesainya pembangunan dua lantai.
Sarana dan prasarana sangat minim. Mereka membersihkan lahan, menanam pepohonan, dan bunga-bunga.
“Selain pelajaran di kelas, kami mencangkul dan menanam pohon agar rindang. Kami menanam bunga, sayur-sayuran. Kami betul-betul bekerja keras dari awal,” ungkap Br. Dominukus Danan Susilo MSF, seminaris angkatan pertama yang kini bertugas di Kalimantan Tengah.
Pastor Yohanes Tuan Kopong MSF adalah imam angkatan pertama. Ia terlambat beberapa pekan dari jadwal pembukaan seminari.
“Saya masih menunggu jadwal kapal dari Flores ke Kalimantan,” ujar Pastor MSF yang kini bertugas di Manila, Filipina.
Tugas masak
Awal memang selalu yang tersulit.
Pastor Kopong bercerita, ternyata usaha awal tidak selalu mulus. “Kami menanam sayur dengan harapan untuk panen. Namun gagal total. Tidak ada sayur yang bisa dipanen,” ujarnya.
Para seminaris awal belajar memproduksi minyak kelapa. Banyak buah kelapa yang jatuh, tapi tidak diolah dengan baik.
Mereka juga belajar banyak hal. Mulai dari dapur, ruang kelas, taman, pasar hingga ilmu pengetahuan lainnya yang menjadi standar pendidikan di seminari.
Penulis sendiri terbilang Postulan angkatan kelima. Suasana perjuangan awal masih terasa. Pada pekan kedua, kami mendapat giliran tugas memasak.
Prinsip yang kami pegang bersama, “Enak tidak enak, tetap dimakan.”
Sepekan dua kali, kami memotong rumput. Sisa waktu kami habiskan waktu sore hari dengan berolahraga. Di lapangan voli, tenis meja, bulu tangkis, dan sepak bola.
Rupanya, tidak ada pelajaran yang sia-sia. Selalu ada hasil. Selalu ada wujud. Dan tentu selalu ada harapan untuk terus menyejarah di tengah arus tantangan zaman.
Seminari Johaninum menjadi tempat pertama untuk menyiapkan diri sebagai seorang imam MSF Kalimantan. Di tengah arus perubahan dan tantangan zaman, seminari terus membenahi diri agar menjadi lahan yang subur bagi panggilan.
Meski demikian, harus saya amini sabda Yesus, “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” (Mat 22:14.
Selalu pasrah dan berserah kepada Tuhan
Sebagai ungkapan syukur, Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Bodeng Timang, memimpin misa syukur 25 tahun Seminari Johaninum, Minggu (8/8/21) di Gereja Bunda Maria Banjarbaru.
Perayaan ini dilaksanakan bertepatan juga dengan peringatan 95 tahun MSF berkarya di Kalimantan dan penerimaan Postulan Johaninum dan PraNovis MSF.
Tentu perayaan diadakan secara sederhana, mengingat pandemi Covid-19.
Dalam homilinya, Mgr. Petrus mengingatkan para anggota MSF maupun para calonnya untuk selalu berserah dan berharap pada Tuhan.
“Datang, serahkan diri pada Yesus, Sang Roti Hidup. Dialah ‘imun’ dalam peziarahan hidup dan panggilan kita,” ungkap Uskup.
Selalu ada saja para calon MSF
Setiap tahun selalu saja ada seminaris yang masuk ke Johaninum. Hasilnya juga nyata.
Menjangkau 25 tahun umurnya tahun 2021 ini, Seminari Johaninum sudah berhasil membesut 20 alumninya. Hingga masing-masing telah menerima Sakramen Imamat dan ditahbiskan menjadi imam.
Juga berhasil “melahirkan” lima bruder dan puluhan frater MSF yang telah dan masih belajar filsafat dan teologi di STFT Widya Sasana di Malang, Jatim.
Dirgahayu Postulat Seminari Johaninum MSF Kalimantan.
Harus tetap hidup menyejarah di tengah arus tantangan zaman.