BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.
Selasa, 10 Agustus 2021.
Tema: Kekuatan hidup
- Bacaan2 Kor. 9: 6-10.
- Yoh. 12: 24-26.
SEPASANG calon orangtua muda menyiapkan diri saat-saat kebahagiaan, kelahiran buah hati yang pertama. Semua harapan, kerinduan, keinginan yang terbaik dimohonkan kepada Tuhan.
Mereka berusaha semaksimal mungkin. Juga berharap sang bayi lahir dengan selamat, baik, sehat, dan sempurna.
“Sudah berapa bulan usia kandungannya?”
“Sudah enam bulan, Romo.”
“Syukurlah. Jaga kesehatan ya. Tuhan pun turut menenunnya dengan sempurna.”
“Iya, Mo. Saya percaya. Kami setiap malam berdoa agar anak tumbuh menjadi anak Tuhan.”
“Wow hebat. Sebuah persiapan mengagumkan dalam Tuhan. Bagaimana rencananya?”
Dunia memanjakan
“Suami pernah berkata, inginnya operasi Caesar aja. Saya setuju Mo.
“Kenapa setuju?”
“Ya, suami menginginkan dan telah menyediakan segala-galanya. Saya ikut suami saja, nurut, Mo. Semuanya sudah serba dimudahkan,” jawabnya.
Suatu saat, kami pun bercakap-cakap.
“Bagaimana perasaan dan persiapan kalian menunggu sang buah hati dari Tuhan?”
“Saya bersyukur, Mo. Kami siap. Keluarga besar juga akan memudahkan. Ini cucu laki-laki pertama. Cucu dalam, Mo.”
Cucu dalam adalah putera atau puteri anak lelaki. Mereka inilah -yang putera- akan meneruskan nama marga keluarga besarnya.
“Wah masih memperhitungkan begitu ya? Tidak apa-apa. Nanti toh perlakuan sama dengan yang lain, kalau ada yang puteri.”
“Iya sih Mo. Melanjutkan kebiasaan saja, Romo. Kami sudah mencari hari baik. Caesar saja, supaya isteri tidak kesakitan. Kedua memang ada alasan estetika, Mo. Seperti yang kami dengar selama ini,” jelas sang suami.
“Oh begitu ya? Bisakah dipikirkan kembali pilihan inikah?” tanyaku super kepo.
Berapa pekan kemudian, kami bertemu.
“Sudah dimantapkan rencananya, Mo. Isteri setuju. Keluarga besar tidak sabar menanti,” jawab suami.
“Baiklah,” aku menanggguk setuju.
Sisi yang dilupakan dunia
“Romo mendengar kalau operasi caesar maksimal hanya boleh tiga anak. Keluarga besarmu berada. Mempunyai buah hati lebih dari itu pun, kalian pasti juga masih sanggup menyekolahkan sampai setinggi-tingginya di luar negeri. Kalian terberkati loh,” kataku sekali lagi.
Gereja percaya, imam-imam baru muncul dari keluarga-keluarga Kristiani.
Bukankah keluarga adalah penerus iman; asal hadirnya imam-imam yang melayani umat Allah.
“Siapa tahu nanti, kalau anakmu lebih ada yang menjadi imam. Pasti keluarga besarmu tidak keberatan. Kalian sungguh dari keluarga Katolik yang taat, takut akan Tuhan, dan dermawan,” selaku.
Menyiapkan anak untuk masa depannya.
“Romo pernah membaca hasil sebuah penelitian. Ada perbedaan bagaimana anak dapat survive menghadapi tantangan hidup. Anak yang lahir karena operai caesar, kurang berdaya juang dan tangguh mengatasi kesulitan. Karena proses lahir dipermudah.
Sementara anak yang lahir secara alami, normal, sebaliknya. Ketika lahir, dia sudah berjuang mati-matian. Ia keluar sebagai pemenang. Dan hidup. Survive.
Tentu dibantu oleh ibunya. Banyak kisah yang mengharukan. Dibantu “ngeden” sekuat tenaga dan sakit, anak lahir, sang ibu sangat merasa lega dan plong.
Ketika tangis bayi terdengar, ibu meneteskan ai mata.
Air mata kebahagiaan. Sentuhan ilahi. Kasih dan pengurbanan tak ternilai. Tak tergantikan dengan apa pun.
Penderitaanku memberikan engkau kehidupan, nak. Demi hidupmu, ibumu rela menderita, sakit dan perih. Tapi itu sesaat.
Bersamamu kita akan bersukacita; mengarungi badai kehidupan. Ibu mencintaimu. Tetaplah hidup, anakku.
Mereka terharu dan meneteskan air mata.
Hari ini kita merayakan pesta Santo Laurensius yang rela menumpahkan darahnya bagi kemuliaan Tuhan.
Salib, karena kelelahan dan penderitaan kita menghidupi Injil dan kasih merupakan pendewasaan iman dan pengudusan.
“Jika biji gandum jatuh ke tanah dan mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” ay 24.
Dunia memang serba memudahkan, memanjakan. Tetapi salib adalah iman kita, jalan pengudusan.
Tuhan, terangilah jalanku, agar keputusanku tepat bagi Kemuliaan-Mu. Amin.