Renungan Harian
Sabtu, 11 September 2021
Bacaan I: 1Tim. 1: 15-17
Injil: Luk. 6: 43-49
BEBERAPA waktu yang lalu, kami akan membuat septic tank untuk menampung air kotor limbah rumahtangga. Telah dirancang bahwa septic tank itu berukuran panjang 5m, lebar 2m dan kedalaman 2m.
Setelah rancangan selesai, kami mencari tukang gali tanah. Dari beberapa tawaran akhirnya kami memutuskan seseorang yang sanggup menggali tanah sesuai ukuran dengan upah yang telah disepakati.
Esok hari setelah kesepakatan itu datang seorang tukang gali yang mulai mengerjakan. Melihat bahwa dia sendirian sebenarnya kami agak heran, betapa akan berat pekerjaannya itu dilakukan sendirian.
Namun menurut tukang itu, ia bisa mengerjakan sendirian. Di samping itu dengan mengerjakan sendirian, seluruh upah berdasarkan kesepakatan itu hanya untuk dirinya sendiri, tidak harus berbagi dengan orang lain.
Setelah 3 hari bekerja, tukang itu menyatakan bahwa pekerjaannya sudah selesai dan dia meminta sisa upah yang belum dibayarkan.
Kami agak terkejut bahwa dia bisa menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat. Saat kami melihat apa yang sudah dikerjakan, kami terkejut dengan hasilnya.
Ternyata tukang gali itu menggali tidak seperti ukuran yang disepakati.
Panjang tidak sampai 5m, lebar hanya 1,5 m dan kedalaman hanya 90 cm.
Tentu saja kami mengatakan bahwa pekerjaan itu belum selesai. Tukang gali itu mengatakan bahwa pekerjaan sudah selesai, maka kami bersama tukang itu mengukur hasil pekerjaannya.
Dan memang tidak seperti kesepakatan yang sudah ada.
Tukang gali itu mengatakan bahwa tanahnya keras, di sana sulit ada ini dan itu, pokoknya banyak alasan.
Ia tidak mau melanjutkan pekerjaannya, tetapi meminta semua upah hasil kesepakatan. Tentu saja kami menolak, dan tetap meminta tukang gali itu untuk menyelesaikannya.
Kami meminta dia untuk mencari teman untuk membantu dan kami yang akan membayarnya.
Setelah pembicaraan yang alot akhirnya dia mau meneruskan pekerjaannya.
Dalam pembicaraan yang alot itu, saya menangkap bahwa tukang gali itu hanya melihat besarnya upah yang akan didapatkan, tanpa berpikir bagaimana kerja keras yang akan dijalani.
Maka yang terjadi dia tidak berpikir panjang, pokoknya mendapatkan upah yang besar hanya untuk dirinya sendiri.
Demikian juga dalam kehidupan sering orang terjebak dengan memikirkan hasilnya, tanpa memikirkan proses yang harus dijalani.
Akibatnya, sering menjadi asal-asalan pokoknya mendapatkan hasil.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, lewat perumpamaan Yesus menegaskan pentingnya orang menjalani proses meski harus dengan kerja keras.
Proses yang disertai kerja keras akan menghasilkan buah baik dan luar biasa.
Peziarahan hidup menuju Allah adalah proses yang harus dijalani dengan kerja keras agar tidak mudah goyah dan tersesat.
Menjalani proses yang benar diumpamakan dengan orang yang mendirikan rumah di atas batu. Butuh kerja keras luar biasa namun rumah menjadi kokoh dan kuat.
Bagaimana dengan aku? Adakah aku orang yang mau berproses dengan baik?