DUSUN Sengon Kerep yang pekan lalu menjadi hit pemberitaan di banyak media online dan jaringan bbm pekan lalu itu masuk wilayah administrasi Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Namun secara administratif gerejani, Wilayah Sengon Kerep justru masuk Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Umat katolik di Sengon Kerep hingga kini tercatat sebanyak 35 KK.
Hampir semua umat katolik di Wilayah Sengon Kerep punya mata pencaharian sebagai petani. Sebagian dari mereka juga mengenyam bangku sekolah.
Perintis pertama
Orang katolik pertama yang dibabtis di Wilayah Sengon Kerep adalah Pak Broto Atmojo. Karena kuliah di Yogyakarta dan kenal dengan lingkungan katolik di sana, akhirnya Pak Broto minta dibabtis. Berikutnya, Pak Broto lalu mengajak alm. Pak Gitosuwarno yang tak lain adalah ayah kandung saya sendiri.
Mereka mengenal Kristus berkat tangguhnya semangat berkatekese yang diwartakan oleh Pak Sukir dari Wilayah Pesu dan Pak Arjo dari Wilayah Mawen.
Tahun 1970-an, baik Pesu maupun Mawen, masih terhitung masuk dalam satu kring. Seiring dengan makin bertambahnya umat katolik di belahan Wedi bagian selatan ini, kini kedua wilayah gerejani itu sudah mandiri.
Begitu pula dengan Sengon Kerep yang sekarang juga sudah menyandang status sebagai wilayah gerejani yang mandiri.
Pembangunan gua
Yang mengawali pembangunan gua adalah adik kandung saya. Bersama Pak Pambudi dari Stasi Wedi, projek pembuatan gua itu akhirnya terwujud. Yang mereka kerjakan sejatinya adalah sebuah gua mungil untuk mengenang jasa bapak saya yang merintis imannya sebagai orang katolik generasi pertama di Sengon Kerep.
Sejak puluhan tahun, Paroki Wedi boleh dibilang ladang sangat subur untuk panggilan hidup menjadi imam, bruder dan suster. Begitu pula yang terjadi di Wilayah Sengon Kerep dan lingkungan sekitarnya seperti Sendang Sriningsih di Wilayah Jali.
Dari tlatah Sengon Kerep, kini sudah bersemi panggilan hidup religius. Selain saya yang menjadi bruder di Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ), juga ada 2 orang suster dan seorang frater SCJ yang kebetulan adik kandung saya sendiri.
Sekali waktu, Wilayah Sengon Kerep menjadi tempat destinasi banyak romo dan frater-frater. Oleh Romo Riyanto SCJ, ide membuat taman berdoa lalu dikembangkan dan dicarikan saluran donasi.
Banyak orang merespon baik atas ide membuat taman berdoa ini. Sebuah panitia kecil untuk mewujudkan projek pembangunan akhirnya dibentuk. Tak terkecuali tetangga kanan-kiri di sekitar areal projek yang –sekalipun bukan kristiani—juga ikut guyub berpartisipasi karena juga merasa memiliki kawasan ini.
Photo credit: Petrus Cipto
http://www.facebook.com/guamaria.giriwening
Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (2)
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)
Sejarah dan Lokasi Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Wedi (4)
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Hasil Hibah Warga Setempat (5)
Giri Wening: Gunung yang Hening (6)
Mari Berdoa di Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep di Paroki Wedi (8)
SEKALIPUN BUKAN KRISTIANI, JUGA IKUT GUYUB BERPATISIPASI (PEMBANGUNAN PROYEK TAMAN GUA MARIA), KARENA JUGA MERASA (IKUT) MEMILIKI KAWASAN INI…situasi/keadaan yg sangat menarik. Masyarakat disitu sangat guyub, bersatu, bahu membahu….rukun. LHA KOK, sekali lagi LHA KOK ada “masyarakat” diluar yang ribut. INI ANEH ! Tapi bagaimanapun ada sisi positifnya.Berkahnya : tempat ini menjadi terkenal. Manjadi tempat, sumber inspirasi untuk berpikir secara wening..berpikir secara jernih…tidak gedebag – gedebug..waton suloyo