Pelita Hati: 22.10.2021 – Membaca Tanda-tanda Zaman

0
722 views

Bacaan: Rm. 7:18-25a, Lukas 12:54-59

Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Sahabat pelita hati,

PELITA sabda hari ini mengangkat soal “menilai zaman” atau “membaca tanda-tanda Zaman”. Istilah  ini begitu mengemuka pasca Konsili Vatikan II (1962-1965). Ajakan bagi Gereja dan umat Allah untuk peka membaca situasi zaman dan dunia agar bisa mengambil sikap yang tepat dalam hidup beriman dan berkarya di tengah-tengah dunia.  Sebagaimana kita hidup di tengah dunia dan masyarakat maka kita juga harus bisa nemahami situasi, kondisi dan gerak masyarakat tentu dengan memegang teguh panji-panji iman kita.

Sahabat terkasih,

Sebagai anak alam pada waktunitu, orang Yahudi sangat pandai dan cakap merasakan perubahan awan dan angin serta bisa meramalkan cuaca. Seharusnya sebagai bangsa terpilih dan terdidik dalam kitab Taurat, orang-orang Yahudi juga bisa membaca tanda-tanda hadirnya Mesias di balik segala karya dan pewartaan Yesus dengan segala mujizat-Nya. Namun mereka tak mampu atau lebih tepatnya tak mau menerima dan mengakui Yesus sebagai Mesias. Inilah sebentuk sikap yang menutup diri dan tak peduli dari orang-orang Yahudi.

Sahabat terkasih,

Pelita sabda hari ini mengingatkan kita untuk menjadi pribadi yang peka dan peduli terhadap sesama dan lingkungan kita dan juga kasih Allah yang bisa berkarya dengan macam-macam cara. Yang dibutuhkan adalah kesediaan membuka diri dan hati bagi sesama dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Tak mengapa berjalan perlahan,
makin hari makin sedikit isoman.
Jadilah murid-murid Tuhan,
peka terhadap situasi zaman.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istata

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here