Tidak Pernah Selesai

0
285 views
Doa ibu untuk tak pernah selesai.

Renungan Harian
Sabtu, 9 Oktober 2021
Bacaan I: Yl. 3: 12-21
Injil: Luk. 11: 27-28
 
DALAM sebuah kunjungan keluarga, saya mengunjungi seorang ibu yang sudah sepuh. Meskipun sudah sepuh, tetapi ibu masih kelihatan segar dan sehat.

Aku diterima di ruang tamu beliau yang cukup nyaman. Dinding ruang tamu itu penuh dengan foto-foto keluarga.

Saat saya melihat-lihat foto-foto itu, ibu menjelaskan satu persatu putera puterinya. Ibu itu menjelaskan mulai dari puteranya yang pertama sampai yang kelima.

Beliau detail menjelaskan satu persatu, pueranya lulus kuliah dari mana, kerja di mana, menantunya berasal dari mana, cucu-cucunya sekolah d imana.

Semua lengkap. Ada rona kebahagiaan dalam diri ibu itu, ketika menjelaskan tentang putera-puterinya.
 
“Wah luar biasa ya ibu, semua putera-puterinya sudah sukses, sekarang ibu tinggal menikmati keberhasilan putera-puetri dan mendampingi mereka,” kata saya membuka percakapan.

“Betul Romo, saya sekarang setiap hari bersyukur untuk semua yang telah saya terima dan alami. Saya setiap hari masih juga berdoa untuk anak, mantu dan cucu saya agar mereka selalu dalam lindungan-Nya.

Saya bangga dengan mereka, karena mereka semua itu anak-anak yang mau prihatin. Bapaknya dipanggil Tuhan, saat mereka masih kecil-kecil yang paling besar baru SMA dan paling kecil masih TK kalau tidak salah.

Mereka tidak pernah menyusahkan, mereka anak-anak yang “nrimo” (rela menerima apa adanya) tidak pernah menuntut dan bahkan mereka tidak malu untuk mengantar makanan yang kami jual,” ibu itu bercerita.
 
“Luar biasa ibu. Sekarang ibu sudah lega ya, semua sudah mentas, sudah mandiri, sudah sukses,” kata saya.

“Ya lega, tidak lega Romo.

Satu sisi saya sudah lega mereka sudah mentas dan berhasil dalam hidup mereka. Tetapi sebagai ibu, tugas saya belum selesai, dan mungkin tidak pernah selesai.

Meskipun mereka sudah dewasa, tetapi sebagai ibu selalu ada rasa was-was penuh harapan, agar anak-anak, menantu dan cucu tetap hidup rukun, tenteram dan tidak kekurangan suatu apa pun.

Maka saya tidak pernah berhenti berdoa untuk mereka. Saya sudah tidak lagi bisa mengatakan ini atau itu seperti dulu waktu mereka masih tinggal bersama saya. Maka dengan doa saya menemani dan menjaga mereka.
 
Saat mereka menelpon menyampaikan kabar semua baik-baik saja, bagi saya sudah suatu kebahagiaan dan syukur. Meski untuk itu, amat jarang karena kesibukan mereka.

Kadang saya mau menelpon mereka atau minta mereka pulang; tetapi tidak pernah saya lakukan, karena mereka sudah punya keluarga dan kesibukan masing-masing.

Maka ya itu Romo hanya doa dan doa yang saya lakukan.

Saya masih selalu memohon agar pada saat nanti saya dipanggil Tuhan tetap selalu menjaga dan melindungi anak-anak saya,” ibu itu menjelaskan.
 
“Itulah ibu,” kataku dalam hati.

Sosok yang telah memberikan dirinya, memberikan cintanya sehabis-habisnya pada putera dan puterinya.

Kehebatan seorang ibu bukan pertama-tama pada keberhasilan putera-puterinya tetapi pada kesetiaannya menerima panggilan dan pengutusan sebagai ibu dengan sepenuh hati dan sepenuh dirinya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Yesus memuji ibuNya karena kesetiaannya dalam panggilan dan pengutusan-Nya sebagai ibu.

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here