Bacaan 1: Keb 7:7 – 11
Bacaan 2: Ibr 4:12 – 13
Injil: Mrk 10:17 – 30
CINTA kadang bisa melintasi apa saja, relasi dan makhluk. Ada yang mengatakan cinta itu buta karena mau berkorban bagi orang yang bahkan tidak dikenalnya.
Dua ciri utama cinta: Mau mendengarkan dan berkurban.
Pengurbanan telah menjadi bagian formula cinta yang tak terelakkan dan mampu menciptakan kisah cinta yang hebat. Meski ada juga yang menentang sebuah pengorbanan atas dasar cinta.
Sebuah pengurbanan itu rela melepaskan apa yang dimiliki, sukai, butuhkan dan bahkan sesuatu milik yang sangat disayangi, bagi yang dicintai.
Seorang kaya datang kepada Yesus dengan sebuah harapan namun ia pulang dengan kekecewaan. Ia pikir sudah mencintai Allah untuk dapat hidup kekal bersama-Nya. Namun sepertinya ia masih lebih mencintai hartanya.
“Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Demikian ungkapan sedih Tuhan Yesus.
Menjadi kaya tentu saja tidak salah, karena kekayaan juga merupakan berkat Tuhan. Namun saat Tuhan memintanya kembali, mestinya juga rela untuk dikembalikan.
Hidup fokus kepada Tuhan.
Hal itu pula yang dikatakan penulis Kitab Kebijaksanaan, mencintai Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan harta duniawi.
Emas hanya bagaikan pasir, perak hanyalah seperti lumpur, kesehatan, keelokan rupa, cahaya tidaklah berarti apa-apa dihadapan-Nya. Sebab kilau-Nya tak kunjung padam.
Namun beserta-Nya, akan datang pula berkat melimpah dengan sendirinya.
Segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Tuhan sangat mampu membaca ketulusan mata hati setiap orang.
Pesan hari ini
Sanggupkah aku meninggalkan segala sesuatu yang dititipkan padaku untuk pergi datang kepada Tuhan? Kekayaan hanyalah untuk kemuliaan Tuhan.
“Manusia datang ke dunia tidak membawa apa-apa, secara begitu pula ia akan meninggalkan dunia ini. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”
