Selasa, 12 Oktober 2021
Rm. 1:16-25.
Mzm.19:2-5.
Luk.11:37-41
ADA orang suka membicarakan kelemahan orang lain. Selalu mencari kekurangan dan kesalahan yang mungkin kita lakukan.
Terkadang orang-orang itu bisa merupakan orang terdekat kita.
Maka, perlu kita sadari bahwa bukan tugas kita untuk menghentikan mereka berbicara nyinyir tentang diri kita. Tetapi tugas kita adalah untuk tidak membiarkan apa yang dikatakannya itu mempengaruhi hidup kita.
Sangat disayangkan, jika ketenangan hidup kita tergoncang hanya gara-gara nyinyiran orang-orang yang kurang kerjaan dan yang tidak suka dengan kita.
“Rasanya berat sekali ikut pertemuan wilayah karena terlalu banyak gosip. Banyak teman yang seringkali sangat tajam menilai orang lain,” kata seorang ibu.
“Pertemuan wilayah kadang menjadi sarang hoaks terhadap masalah anggotanya. Banyak orang lebih suka membicarakan masalah orang lain,” katanya.
“Waktu suamiku kerja di luar pulau, mereka suka menyebar gosip tentang diriku dan pekerjaannku di kantor, mereka tanpa tanya memberi penilaian secara sepihak terhadapku,” ujarnya
“Terlalu kejam gunjingan mereka terhadapku,” lanjutnya.
“Hingga ketika suamiku mendengarnya, ikut terbawa emosi, untung teman sekantorku mau menolongku dan memberikan penjelasan pada suamiku, soal pekerjaan dan situasi di kantor,” katanya lagi.
“Banyak orang yang merasa lebih baik dan lebih hebat, hingga mereka menganggap diri sebagai penjaga moral dan aturan,” ujarnya
“Inilah kesombongan orang yang katanya aktif dan banyak kegiatan di Gereja. Mereka seakan penjaga Gereja dan ajarannya hingga dengan bangganya berperan sebagai polisi dan hakim atas perilaku umat lainnya,” ujarnya lagi
Dalam bacaan injil kita dengar demikian,” Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”
Santo Lukas ingin menjelaskan kepada semua murid Kristus akan pentingnya kesucian hati, pikiran dan perbuatan.
Kadang tingkah laku, perbuatan, tutur kata yang diekspresikan tidak sesuai dengan apa yang dirasakan hingga muncul kemunafikan dan kepalsuan.
Sifat-sifat inilah yang harus dibenahi dari dalam diri, karena karakter-karakter seperti ini ibarat kuman yang menyebabkan penyakit dalam hidup bersama.
Tuhan Yesus ingin kita ini tidak menjadi orang yang munafik. Semoga bagian luar dan dalam hati kita sama bersihnya; lahiriah dan batiniah sama bersihnya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku termasuk orang yang munafik?