AKU tidak tahu berapa lama aku pingsan. Ketika akhirnya aku bisa sadar lagi, yang kurasakan seluruh tubuhku menjadi serba sakit luar biasa. Aku tidak mampu menggerakkan tubuhku. Aku merasakan sakit yang luar biasa ketika petugas ambulans datang mengangkat aku ke tandunya.
Selama perjalanan dengan ambulans menuju RS, aku ditemani Sr. Felisitas. Aku hanya bisa berbaring tidak berdaya menahan rasa sakit di seluruh tubuhku, terutama ketika mobil ambulans yang membawaku berjalan turun naik di jalanan bergelombang. Setiap kali kali ada goncangan dalam mobil ambulans, aku merasa tubuhku sudah hampir tidak bisa bertahan lagi. Dalam perjalanan inilah aku kehilangan kesadaran sekali lagi.
Opname
Aku masuk rumah sakit St. Antonius Pontianak dalam keadaan koma tak sadarkan diri. Seluruh keluargaku sangat mengkhawatirkan aku. Menurut cerita kakakku, dokter tidak memperkenankan keluarga menggerakkan tubuhku selama masa kritis. Terutama tidak boleh menggerakan bagian kepalaku.
Aku dibaringkan merata tanpa bantal dan diinfus. Waktu itu keluargaku hanya bisa pasrah, Dokter bilang ini masa kritis buat aku. Dokter juga tidak bisa melakukan apa apa. Harapan hanya menanti masa kritis ini berlalu. Begitulah semuanya terjadi dan ternyata aku dalam keadaan koma terbaring kaku tanpa daya selama 3 hari. Aku opname di RS Antonius Pontianak selama kurang lebih 2 pekan.
Pada saat aku sadar dari koma, yang pertama tama bisa aku gerakkan adalah jari jari tanganku. Aku mulai bisa gerakkan jari kaki dan kelopak mata juga. Dokter tetap tidak mengizinkan aku melakukan banyak gerakan. Aku diminta menggerakkan secara perlahan sembari memberi waktu bagi tubuhku untuk beradaptasi. Aku menghabiskan hari-hariku di atas ranjang. Seakan aku juga bisa menghitung tiap tetes infus yang masuk ke dalam tubuhku dengan doa yang tidak putus putusnya.
Berangsur baik
Setelah beberapa hari kemudian, menurut dokter keadaanku berangsur menjadi lebih baik. Karena itu, aku lalu diizinkan bangun secara perlahan dan kemudian duduk di tepi bed dengan disangga bantal mengganjal di belakangku. Kemudian secara perlahan pula aku pun mulai merasakan ada proses pemulihan.
Perawat begitu sabar membantu aku bangun, membantuku bereksperimen berdiri dan berjalan. Aku begitu kagetnya ketika aku menyadari bahwa aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi. Aku harus belajar berjalan dan berdiri seperti waktu kecil. Aku sering kehilangan keseimbangan.
Dengan jelas aku memerintahkan kakiku melangkah tapi perintah tidak di terima dengan baik oleh kakiku. Aku menyadari, mungkin aku akan lumpuh. Dengan tekad bulat aku berdoa dan berdoa. Dengan penuh iman dan pasrah, aku mohon kepada Tuhan untuk memberiku kekuatan dan kembali bisa berjalan seperti dulu.
Kemudian berkat tekad dan usaha keras dariku serta bantuan keluarga dan para perawat, aku hari demi hari semakin kuat. Dokter pun kemudian mengizinkan aku pulang istirahat di rumah. Waktu itu kakak iparku datang menjemputku pulang dari RS t St. Antonius.
Aku merasa sungguh tak berdaya harus duduk di atas kursi roda, didorong melewati sepanjang lorong koridor rumah sakit. Begitu berat kenyataan ini dimana aku hanya berumur 20 tahun harus duduk di atas kursi roda. Hanya imanku yang selalu memberiku semangat untuk bangun dan untuk sembuh kembali dan bisa berjalan lagi.
Setelah keluar dari rumah sakit ini, aku tetap berobat jalan, aku rutin mengunjungi dokter syaraf dan tetap minum obat obat secara rutin. (Bersambung)
Artikel terkait:
Aku Jatuh Kecelakaan, Sempoyongan, Lalu Koma (1)
Aku Jatuh Kecelakaan, Sempoyongan, Lalu Koma (3)