BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN
Jumat, 22 Oktober 2021.
Tema: Menemukan lagi.
- Rm. 7: 18-25a.
- Luk. 12: 54-59.
KESEDIHAN panjang memperpendek keindahan hidup. Kedukaan akut dan berlarut-larut bisa mengaburkan makna. Manusia lunglai, terombang-ambing tak berkesudahan dalam badai kehidupan.
Keep strong, you’re not the only one.
Ketika telah menemukan tujuan dan arti hidupnya di dunia ini, di tengah-tengah dan bersama-sama dengan yang lain, ia jadi tak gampang bisa diombang-ambingkan oleh keadaan. Bahkan oleh pengalaman pahit sekali pun.
Seandainya ia mampu berjarak di dalam setiap peristiwa hidupnya; mampu menemukan arti di balik semua peristiwa hidup sekali pun pahit dan gagal -bahkan keliru- ia tetap memperkaya batinnya dengan hal-hal yang mengagumkan.
Hidup itu sebuah tamasya jiwa.
Paulus terberkati. Ia menyadari diri sebagai manusia yang tercipta.
Ia berkata, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” ay 19.
“Romo, terima kasih atas sakramennya. Karena boleh menerima Sakramen Rekonsiliasi,” kata seorang umat paroki.
“Sama-sama Pak. Itulah keistimewaan Allah kita. Allah memberi kuasa kasih dan hati-Nya di dalam Gereja, Sakramen Rekonsiliasi. Tanda kasih dan karunia Allah yang mendamaikan diri kita dengan diri sendiri, dan dengan diri Allah sebagai Bapa kehidupan.
“Rasanya lega Romo. Saya diberi banyak inspirasi untuk memulai hidup saya lagi. Ia memberi kekuatan baru untuk melangkah lagi di dalam kesadaran iman,” jawabanya mantap.
Itulah dorongan suci dari Tuhan. Dosa terbesar manusia adalah bahwa manusia lupa bahwa dia dicipta sebagai manusia dengan segala keterbatasannya; kurang menghargai, memperlakukan, mencintai dirinya sebagai makhluk yang dicinta.
Bergelisah dengan tidak menerima diri apa adanya, menutupi kekeliruan -bahkan dosa- itulah yang paling menyedihkan. Merusak kehidupan. Memberi peluang dan menjadi pintu masuk kuasa setan, memburamkan dan tidak mengacuhkan hidup.
Bertaruh dan kalah
“Iya Romo. Saya pernah keliru. Harusnya tidak melakukan. Saya tidak mendengarkan suara hati saya yang begitu keras telah mengingatkan. Saya malah mengabaikan apa yang pernah saya dengar selama ini.
Ketika itu, saya bertindak hanya dengan kekuatan akal saya. Saya mengabaikan semua nasihat; bahkan hati kecil saya. Saya nekat main taruhan. Dan jatuh.
Saya jadi merasa kehilangan arah hidup. Saya menjadi temperamental, emosional.
Rumah, kendaraan dan apa pun yang kami miliki terjual habis untuk menebus kesalahan. Stres berat. Sangat, Romo,” jelasnya akan kisah masa lalu yang kelam.
Isteri dan anak-anak dua orang terpaksa pulang kampung dan kembali ke rumah orangtuanya.
Saya berjanji kepada mereka untuk kembali, mengusahakan seperti yang kita miliki sebelumnya. Saya berkelana dan berusaha di luar kota.
Dunia malam
Hidup saya pernah hancur, berantakan.
Saya terjebak dalam kehidupan di sekitar dunia malam. Saya “ider” menjual rokok kentengan dan minuman kecil. Sejarah pribadi terjerat dalam suasana itu. Saya tidak tahu lagi apa yang baik yang harus saya lakukan. Gila uang menjadi orientasi hidup. Apa pun yang mendatangkan uang, saya lakukan.
Saat itu, uang gampang datang gampang pergi. Saya kehilangan diri sendiri. Saya hanya menjadi orang suruhan. Saya lupa dengan keluarga di kampung.
Nenek tua anonim
Malam itu saya bertemu dengan seorang ibu tua. Ia berjalan linglung di tengah-tengah gang, tempat kehidupan malam menggeliat.
Tidak tahu atas dorongan apa, saya bertanya, ‘Mak mau kemana?’
Diam. Berlalu begitu saja.
Sekali lagi saya menghampiri. ‘Tinggal di mana Mak? Mau ke mana?
Ia hanya menoleh. Tak berkata sepatah kata pun.
Ada dorongan dalam hati, saya segera membeli nasi dan minum.
Saat ia menerima dan makan, saat itu saya langsung ingat keluarga di kampung. Saya lalu menangis. Saya tersadarkan, Mo.”
“Setahun saya bergulat mengubah hidup. Kerja lebih keras, tidak macam-macam lagi, bergumul antara yang baik atau tidak,” kisahnya berakhir di sini.
Panggilan hidup kita adalah pergumulan antara baik dan yang lebih baik. Apa yang mendatangkan rahmat dan yang membuat diri kita lebih memanusiawikan dan Kristiani.
Yesus berkata, “Putuskanlah sendiri apa yang benar.” ay 57.
Bapa, Roh Kudus-Mu mengurapi aku. Bimbing aku selalu seturut rancangan kasih-Mu yang semula. Amin.