Ketekunan Ubah Keadaan

0
586 views
Menjadi mungkin berkat kesabaran by Romo Suhud SX.

Sabtu, 13 November 2021

  • Keb. 18:14-16;19:6-9.
  • Mzm.105:2-3.36-37.42-43.
  • Luk. 18:1-8

KADANG ketika kita ingin mencapai sebuah cita-cita, kita berharap bahwa kita akan mencapainya dalam waktu singkat.

Kita berdoa supaya besok malam ada keajaiban yang membuat cita-cita tersebut jadi cepat tercapai.

Kita berharap ada perubahan yang secepat kilat dalam hidup ini. Tentu saja, jika bercermin dari para tokoh Kitab Suci, itu mungkin. Namun kenyataanm kita harus menjalani proses yang lama.

Ada peribahasa yang mengatakan, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.”

Artinya usaha atau upaya kecil yang kita lakukan secara terus-menerus lambat-laun akan menghasilkan hasil.

“Saya harus melalui jalan panjang untuk bisa berdamai dengan bapakku,” kata seorang ibu.

“Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, di usia senja, kini bapak mau tinggal bersamaku,” lanjutnya.

“Bapak dulu begitu keras dan tidak merestui pernikahanku, bahkan beliau tidak hadir di Gereja waktu kami menikah,” ujarnya.

“Namun, itu semua tidak membuat kami marah atau sakit hati. Saya dan suami tetap hormat dan berusaha menyapa dan menghargai bapak,” lanjutnya.

“Walau kadang rasanya sedih, jika saya bawakan makanan dan sayuran, tidak pernah dimakan. Bahkan pernah di depan kami, makanan yang kami bawa diberikan pada anjing,” ujarnya

“Meski demikian, kami tidak pernah mendendam. Saya tetap datang dan membawakan apa yang menjadi kesukaan bapak,” katanya.

“Bertahun-tahun kata-kata bapak sering kali menyakitkan hati. Namun saya dan suami sering kali pura-pura tidak mendengar saja,” katanya.

“Saya bisa saja tidak datang menemui bapak yang tinggal seorang diri. Namun saya tidak tega, Juga tidak ingin bapak terlantar. Serta jika terjadi apa-apa dengan bapak, tidak ada seorang pun yang tahu,” katanya

“Maka setiap dua hari sekali, saya datang, masakan, scucikan bajunya, bersih-bersih rumah,” katanya lagi.

“Hingga ketika bapak sakit, dia sendiri minta suami saya untuk ikut tinggal di rumah saya. ‘Hanya kamu dan dan isterimu yang peduli dan mau merawat saya, kalau kalian tidak keberatan saya ikut tinggal di rumah kalian saja’,” kata bapak waktu itu.

“Bapak telah berubah. Saya kini telah menemukan bapakku yang dulu yang penuh kasih kepadaku,” kata ibu itu.

“Tuhan menjawab doaku, untuk bisa berdamai dengan bapak,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.

Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. 

Namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia. Supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.”

Tuhan menghendaki agar kita berdoa dengan tidak jemu-jemu apa pun keadaan kita.

Tuhan berkuasa penuh atas doa kita. Kita tidak bisa mendikte Tuhan dengan doa kita.

Itulah sebabnya, Alkitab mengajarkan kita tentang ”jadilah kehendak-Mu” di dalam doa Bapa Kami.

Artinya, sekalipun kita menyampaikan permohonan kita, namun permohonan itu harus kita letakkan di bawah kehendak dan rencana-Nya.

Maksudnya, pertama kita disadarkan bahwa kita ini mahluk ciptaan Tuhan.

Tuhan adalah pencipta dan kita ciptaan-Nya.

Kita tidak berkuasa atas Tuhan, namun Tuhan berkuasa atas diri kita. 

Kedua, melalui doa seperti itu, kita diyakinkan bahwa kehendak Tuhan dan rencana-Nya jauh lebih indah dari rencana kita manusia.

Apakah aku berdoa dengan tekun?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here