Sabtu. Pekan Biasa XXXIII (H)
- 1Mak. 6:1-13
- Mzm. 9:2-3.4-6.16b.19
- Luk. 20:27-40
Lectio
27 Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: 28 “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
29 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. 30 Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, 31 dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.
32 Akhirnya perempuan itupun mati. 33 Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”
34 Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, 35 tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
36 Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. 37 Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
38 Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” 39 Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” 40 Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Meditatio-Exegese
Orang Saduki tidak mengakui adanya kebangkitan
Menghadapi akal licik dan dalih keagamaan tidak selalu mudah. Tersaji kelicikan kaum Saduki yang hanya percaya pada apa yang tertulis dalam lima kitab Taurat Musa.
Mereka juga tidak menerima hukum-hukum lain yang diturunkan dari perintah pokok, seperti kaum Farisi. Dan, karena kebangkitan badan tidak ditulis dalam kelima kitab itu, mereka percaya bahwa jiwa mati bersama dengan kematian badan (bdk. Flavius Josephus, Antiquities of the Jews, 18.11-17).
Santo Lukas juga melukiskan kaum Saduki dengan pernyataan “tidak mengakui adanya kebangkitan” (Luk. 20: 27). Kaum ini berasal dari kaum berpunya Yahudi – para imam, tuan tanah, dan pedagang.
Pengaruh mereka di Bait Allah dan Mahkamah Agama Yahudi amat besar. Jabatan imam agung selalu jatuh pada kaum kolot ini.
Anak turun Imam Zadok (2Sam. 8:17; 15:35; 1Taw. 15:11; 16:39) disebut kaum konservatif atau kolot. Karena tidak percaya akan kebangkitan, mereka percaya ajaran tentang hukum pembalasan.
Allah akan mengganjar orang yang setia melakukan perintahNya dengan kekayaan dan kemakmuran. Terlebih, Ia akan menghukum mereka yang berbuat jahat dengan kemiskinan dan penderitaan.
Oleh sebab itu, dapat dimengerti bahwa kaum Saduki tidak pernah mau menerima pembaharuan dalam tata hidup kemasyarakatan. Praktik keagamaan harus dipertahankan seperti apa adanya, tidak perlu berubah, karena Allah juga tidak berubah.
Kisah perempuan yang bersuami tujuh orang bersaudara ini secara fiktif dan kreatif diciptakan untuk mendukung kepercayaan mereka.
Kalau kehidupan setelah kematian sejajar dengan apa yang dialami sekarang – orang kawin-mawin, lalu siapa yang menjadi suami perempuan itu?
Inilah cara pandang mereka ketika harus mencari pembenaran atas hukum perkawinan ipar (Ul. 25: 5-6).
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub
Menggunakan kitab yang sama dengan yang diyakini kaum Saduki, Yesus mematahkan pemahaman mereka yang keliru.
Saat Allah menyatakan diri-Nya pada Musa, Ia bersabda (Kel. 3:6), “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.”, Ego sum Deus patris tui, Deus Abraham, Deus Isaac et Deus Iacob.
Ia adalah Allah bapa leluhur Musa – Abraham, Ishak dan Yakub. Ia menjadi sahabat para bapa bangsa yang wafat ratusan tahun lalu, tetapi masih terus hidup bersama-Nya. Persahabatan antara Allah dengan para bapa bangsa – Abraham, Ishak dan Yakub – tidak pernah terputus, kendatipun terhalang oleh kematian.
Pemazmur bermadah (Mzm. 73:23-24), “Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.”, Ego autem semper tecum; tenuisti manum dexteram meam. In consilio tuo deduces me et postea cum gloria suscipies me.
Yesus bersabda, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:25-26)
Katekese
Yesus mengutip perkataan Musa untuk membenarkan ajaran tentang kebangkitan badan. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444:
“Sang Juru Selamat kita juga menunjukkan kebodohan kaum Saduki dengan menunjukkan pemimpin mereka sendiri, Musa, yang dengan jelas mengakui kebangkitan orang mati. Ia bersimpuh di hadapan Allah yang bersabda di semak terbakar, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub” (Kel. 3:6).
Inilah landasan iman kepada Allah. Maka jika menuruti alasan-alasan orang Saduki, berarti mereka sudah tak memiliki hidup sama sekali, bukan? Dia adalah Allah dari orang hidup.
Mereka akan bangkit ketika tangan kanan-Nya yang penuh kuasa membangkitkan mereka dan semua orang yang ada di atas bumi yang hadir di hadapan-Nya. Karena orang yang tidak percaya bahwa kebangkitan akan terjadi barang kali layak disebut sama bodohnya dengan kaum Saduki.
Tetapi hal itu tidak pantas disematkan pada mereka yang mengasihi Kristus. Kita percaya pada-Nya, yang bersabda, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25).
Ia akan segera membangkitan orang mati, dalam dalam sekejap mata, dan pada saat nafiri terakhir dibunyikan.
Saat nafiri berbunyi, orang yang mati dalam Kristus akan bangkit dengan tubuh utuh, dan kita akan diubah (1Kor. 15:52). Karena Kristus, Sang Juruselamat kita akan mengubah hidup kita menjadi hidup yang tak binasa, mulia dan abadi.” (Commentary On Luke, Homily 136).
Oratio-Missio
Semoga Tuhan Yesus meletakkan tangan-Nya di bola matamu juga, agar kami tak hanya melihat apa yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga yang tak dapat dilihat oleh mata.
Semoga Ia membuka mata agar kami memperhatikan tidak hanya perkara yang terjadi saat ini, tetapi juga perkara yang akan terjadi kelak.
Semoga Ia membuka membuka mata hati, agar kami memandang Allah dalam Roh. Demi Tuhan Yesus Kristus, yang mulia dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.” (Doa dari Origenes, bapa Gereja, 185-254, terjemahan bebas)
- Apa yang perlu aku lakukan untuk memperoleh anugerah hidup bersama dengan Allah?
Deus autem non est mortuorum sed vivorum; omnes enim vivunt ei – Lucam 20: 38