Puncta 01.12.21
PW. Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan dan Martir di Indonesia
Matius 15: 29-37
ORANG Jawa mengartikan angka tujuh itu sebagai “pitulungan.”
Tujuh dalam bahasa Jawa disebut “Pitu.”
Dari kata itu dimaknai sebagai pitulungan atau pertolongan.
Ada berbagai peristiwa hidup dihubungkan dengan angka tujuh.
Misalnya orang mensyukuri kehamilan dirayakan pada tujuh bulan atau “Mitoni.” Saat itu ada upacaya “tingkepan.”
Anak yang berumur tujuh bulan diberi upacara turun tanah atau “tedhak siti.“
Orang yang meninggal juga “dislameti” atau didoakan pada hari ketujuhnya.
Dalam tradisi Yahudi, angka tujuh sarat dengan makna. Tuhan menciptakan alam semesta secara sempurna pada tujuh hari.
Hari ketujuh Tuhan beristirahat, maka hari ketujuh itu disucikan bagi Allah.
Orang-orang Yahudi mempunyai tujuh kebiasaan hari raya atau pesta; Hari Raya Paskah, Pesta roti tak beragi, Pesta buah pertama, Pesta hari Minggu, Pesta Terompet, Pesta Yom Kippur, Pesta Tabernakel atau Pondok Daun.
Dalam Injil hari ini Yesus mempergandakan tujuh roti untuk orang banyak. Sisa roti itu berjumlah tujuh bakul.
Dengan tujuh potong roti Yesus memberi makan bagi orang banyak.
Selain merasakan mukjijat tujuh roti, mereka juga mengalami disembuhkan dari berbagai penyakit.
Dalam Gereja Katolik, angka tujuh melambangkan sakramen-sakramen gereja; Sakramen baptis, Ekaristi, Krisma, Sakramen tobat, sakramen perkawinan, Sakramen Imamat, dan sakramen pengurapan orang sakit.
Sakramen-sakramen itu adalah tanda dan sarana Allah yang berbelaskasih kepada manusia.
Melalui sakramen-sakramen itu Allah ingin hadir menyelamatkan kita.
Puncak dari seluruh sakramen itu adalah Ekaristi, pemberian diri Yesus yang penuh dalam wafat dan kebangkitan-Nya.
Sebagaimana Yesus mengambil tujuh roti itu, lalu Ia mengucap syukur, membagi-bagikannya kepada orang banyak, demikian juga kematian-Nya di salib adalah pemberian hidup Yesus yang berkorban agar manusia selamat.
Ekaristi adalah sakramen yang menghadirkan pengorbanan Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari kematian.
Sebagaimana orang banyak makan dan hidup dari tujuh roti, demikian juga jemaat Kristen hidup dari tujuh sakramen yang diwariskan Kristus dalam Gereja.
Tujuh sakramen itu disalurkan kepada kita agar manusia memperoleh kepenuhan hidup.
Sudahkah anda menghayati sakramen-sakramen Gereja sebagai berkat yang menyelamatkan?
Bagaimana anda menghidupi diri anda dari sakramen yang telah diterima?
Angka pitu adalah pitulungan,
Yang datang dari berkat Tuhan.
Kita hidup karena pertolongan,
Berkat kasih Tuhan yang menyelamatkan.
Cawas, syukur atas Sakramen Ekaristi.