Puncta 04.12.21
Sabtu Advent 1
Matius 9: 35- 10:1.6-8
MEDAN pelayanan pastoral di Kalimantan sangat luas. Melayani satu paroki seperti menjangkau satu wilayah kabupaten di Jawa.
Wilayah Keuskupan Ketapang itu “hanya” dua kabupaten saja; Kayong Utara dan Ketapang, tetapi luasnya wilayah bisa jauh melebihi Provinsi Jawa Tengah.
Saya pernah melayani paroki yang jarak terjauh ke stasi mencapai 163 km. Paroki itu punya 24 stasi.
Dengan jarak yang jauh-jauh seperti itu, bisa dimaklumi jika pelayanan romo paling sering bisa dilakukan dua bulan sekali. Satu bulan untuk turne ke stasi-stasi. Apalagi kalau perayaan hari raya.
Jangan heran walau sudah Januari masih mendengar lagu Malam Kudus. Begitu pula turne Paskah baru selesai satu bulan setelahnya.
Satu bulan berikut untuk “ngecas tenaga baru”, pembekalan, rapat-rapat atau mengurus administrasi paroki.
Belum lagi kalau ada pembangunan kapel atau gereja.
Juga urusan-urusan hidup sendiri seperti masak memasak, belanja ke pasar, membengkel atau ngurus ternak. Semua harus bisa ditangani sendiri.
Seorang imam juga harus bisa jadi montir perbaiki motor, jadi tukang bangunan, jadi koki di dapur supaya bisa makan. Ya tukang kebun, ya koster.
Pokoknya gelarnya “Hangabehi.” Melayani 24 jam selalu standby, siap setiap saat.
Saya kagum dengan semangat para imam yang tak kenal lelah melayani umat, kendati hujan, banjir, jalan berlumpur dan berdebu.
Namun tetap setia, tekun dan gembira dalam tugas.
Pergi ke stasi untuk menyiapkan katekese calon baptis, komuni atau perkawinan, memberi minyak suci dan mendoakan orang sakit.
Umat sangat merindukan kedatangan seorang imam, karena tidak setiap saat bisa bertemu.
Yesus tergerak oleh belas kasihan melihat orang banyak yang mengikuti-Nya.
Ia berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit. Maka mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Lalu Yesus mengutus mereka melayani domba-domba yang hilang dari umat Israel. “Kalian telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
Ada banyak domba yang hilang, tersesat dan tak terpelihara. Mereka yang sibuk dari hiruk pikuknya belantara kehidupan yang keras sampai lupa tidak ada waktu untuk Tuhan.
Mereka yang jauh-jauh tak terjangkau karena medan yang buruk dan sulit.
Yang repot itu kalau domba-dombanya sudah banyak yang hilang dan tersesat, masih ditambah lagi ada gembala yang mencari jalan sendiri.
Domba dan gembala sama-sama harus dicari.
Yesus mengingatkan ada begitu banyak domba yang harus dipelihara dan diperhatikan. Para gembala sudah diberi semuanya dengan cuma-cuma, maka harus ganti memberi dan melayani dengan sukacita.
Untuk itulah kita semua ditahbiskan.
Musim tanam padi sudah tiba,
Hujan turun gak reda-reda.
Kita telah diberi dengan cuma-cuma,
Jangan pelit memberi pada sesama.
Cawas, melayani dengan sukacita…