PANGGILAN hidup menjadi imam tidak terlepas dari namanya perempuan.
Perempuan dapat diartikan sebagai teman hidup bagi manusia, yang hakikatnya merupakan manusia sosial, bukan individualis.
Oleh karena itu, perempuan bukan sebagai penghalang panggilan bagi setiap orang yang menjalani panggilan khusus.
Melainkan perempuan menjadi dukungan dan sepirit bagi orang yang menjalani panggilan khusus.
Setiap manusia tidak mungkin terlepas dari cinta terdap hawa nafsu, romantis (eros). Karena secara sadar, pribadi tidak mungkin seorang insan tidak merasakan indahnya jatuh cinta yang katanya semanis buah segar di terik matahari.
Anggapan keliru
Selama menjalani panggilan selama empat tahun di Seminari Menengah, hingga saat ini penulis tidak pernah menganggap perempuan sebagai penghalang panggilan.
Banyak orang yang menjalani panggilan suci selalu mengatakan bahwa tantangan terberat yang mereka alami selama menjalani panggilan suci adalah perempuan.
Hal ini tidak benar karena dapat dilihat bahwa Allah menciptakan manusia itu dengan pasanganya.
Dengan demikian manusia jangan samapai menafsirkan secara lurus karena Allah mencipta pasangan mempunyai tujuan khusus yaitu sebagai pendamping untuk menuju pada Allah sendiri.
Kata pendamping bukan berarti sebagai kepemilikan, tetapi kata pendaping adalah partner dalam perziarahan hidup.
Dari sini dapat dimengerti bahwa partner adalah sahabat seperjalanan yang mendukung satu sama lain dalam menggapai apa yang diharapakan dalam perziarahan hidup.
Setiap individu memiliki harapan masing-masing, di dalam harapan ini individu tidak dapat menggapainya secara individualis, tetapi membutuhkan partner yang menguatkan dan membantu dalam penggapaian harapan.
Apakah partner harus perempuan? Tidak karena ada juga individu yang mempunyai partner laki-laki tergantung pada pribadi individu ingin memiliki partner perempuan atau laki-laki.
Banyak orang mengatakan bahwa pendidikan untuk menjadi imam atau bruder tidak boleh mengenal perempuan. Dari argumen ini muncul pertanyaan, apakah dalam menjalani panggilan Tuhan harus terlepas dari nanya perempuan?
Apakah jika menjadi imam atau bruder tidak boleh mengenal dan mencintai perempuan? Dari pertanyaan ini dapat dijawab bahwa mengenal dan mencintai boleh, tetapi tidak memiliki.
Kodrat perempuan
Perempuan pada dasarnya adalah setia. Maka perempuan sangat andal mengelola emosi hati atau sebuah masalah.
Maka dari itu, setiap perempuan jika dalam permasalahan hati perempuan selalu menjadi orang yang selalu mempunyai solusi.
Kesetian perempuan dapat dilihat dari Bunda Maria yang setia mengikuti jalan salib Yesus di mana Bunda Maria tidak hanya mengikuti, tetapi juga ikut serta mengalami seperi Yesus alami.
Perempuan selalu ikut serta menyelesaikan masalah, walaupun masalah itu bukan urusan mereka.
Dari sini terdapat sebuah pertanyaan yang menjadikan penghalang itu apakah si individu yang menjalani panggilan atau perempuan sebagai penghalang?
Maka jangan pernah menganggap perempuan sebagai penghalang, karena perempuan tidak mengerti apa-apa dengan panggilan menjadi imam atau bruder.
Itu semua tergantung pada individu yang menjalani panggilan dan orang yang menjalani panggilan tidak boleh mengangap perempuan tidak ada karena perempuan merupakan partner yang setia dalam semudah masalah.