BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Selasa, 7 Desember 2021.
Tema: Kelegaan.
Bacaan
- Yes. 40: 1-11.
- Mat. 18: 12-14.
BAHU dan dada adalah tempat yang istimewa dari tubuh kita bagi sesama. Ia melindungi organ vital, jantung dan paru-paru.
Tetapi juga tempat yang cukup kuat, aman dan nyaman untuk bersandar. Terasa tenang dan damai seakan-akan hidup dikuatkan, diteguhkan dan diterima dengan cinta.
Berhenti sejenak dari kelelahan dan menyadarkan diri di bahu dan dada yang dikasihi merupakan sebuah kedamaian yang menguatkan. Kekuatan untuk kembali bergerak, bertumbuh dan menjadi berkat bagi yang lain.
Saat persalinan selesai, seorang ibu yang lelah dan bagi yang lemah menyatu dalam pelukan. Di dadalah sang bayi diletakkan. Degupan kegembiraan nemyambut hangat sang bayi lemah.
Bersandar dapat juga merupakan ungkapan kesadaran, aku tidak dapat berjalan sendiri
Adaku mengandaikan dan membutuhkan ada yang lain.
Tubuh ini renta. Ia bukan hanya menjadi milik pribadi. Ia perlu topangan yang lain agar fapat menjadi berkat bagi yang lain.
“Mo doakan anak saya, ya.”
“Baiklah. Doa apa yang dibutuhkan Bu?”
“Anak saya beranjak dewasa. Ia tidak kuat lama berdiri dan otot kepalanya agak lemah. Ia sedang dalam pengobatan baik secara medis maupun alternatif. Hasilnya masih menunggu waktu yang lebih lama rupanya.”
“Apakah perpaduan antara medis dan alternatif tidak mengganggu kesehatannya?”
“Rasanya tidak. Ada jeda waktu yang diatur. Ia juga sedang terapi otot-otot lehernya. Ada kemajuan. Lebih kuat.”
“Sudah lamakah?”
“Sejak umur 15 tahun. Sekarang ia umur 18 tahun. Padahal ketika bayi sehat. Normal. Tidak ada apa-apa.
Menurut teman-temannya, ketika dia harus menerima lemparan basket yang cukup keras, dia tidak sanggup menahan lalu kena muka dan jatuh kepalanya kebentur lantai.
Ia terkulai dan otot kepalanya sakit tidak bisa digerakkan. Gerak sedikit, kesakitan.
Sejak itu di bagian leher belakang sering terasa sakit. Tidak bisa duduk lama. Ia harus bersandar. Dan ia senang bersandar di bahu saya. Mungkin karena saya ibunya, dia merasa aman dan nyaman. Dan itulah yang sering saya ya lakukan untuk dia. Membiarkan bahu saya ditopangi kepalanya dan dia merasa damai.
Kemanapun ia pergi, saya mengikutinya. Untung suami dan adik-adiknya mengerti. Sekarang seperti anak berkebutuhan khusus. Secara fisik normal, tetapi otot kepalanya tidak kuat untuk tegak berdiri lama.”
“Kan ada penyangga leher atau bantal yang mungkin dapat membantu.”
“Sudah. Alat itu selalu dibawa kemana-mana. Tapi juga yang namanya anak. kadang dia lebih suka bersandar pada bahu saya ibunya. Saya tidak tega melihatnya
Dia anak yang pertama. Saya meminta dalam doa supaya Tuhan memberi buah hati. Perkawinan kami terlambat.
Tuhan baik. Menakjubkan. Setelah satu setengah tahun kemudian kami dianugerahi dia. Kelahirannya yang sempurna dan normal. Betapa bahagianya kami sebagai pasangan tua. Tetapi kebahagiaan kami sekarang disempurnakan dengan harus merawat anak lebih teliti, dan lebih banyak berdoa.
Ia anak yang penuh dengan doa. Setiap doa kami selalu menyebut namanya dan memohon berkat dari Tuhan. Mungkin kami sedang dilatih belajar percaya dan berserah. Ia jarang mengeluh tapi kalau sudah terlalu lama, baru ia berkata, “Ma, sakit.”
Saat-saat itulah dia ingin rebahan di bahu saya. Saya membiarkan serepot apa pun saya pada waktu itu. Saya meninggalkan segala-galanya untuk buah hati kami.
Demikian juga papanya kalau pulang dari kantor, itulah yang dilakukannya, sambil duduk di teras belakang.
Begitulah keadaan kami. Bantu doa ya. Semoga otot-otot kepalanya semakin kuat. Sudah banyak kemajuan kok. Masih butuh waktu untuk seperti biasa.
“Pasti.”
Doa yang tulus dalam Roh Kudus pasti berkenan kepada Allah dan dalam Yesus, Sang penyembuh. Percayalah.”
“Iya, Romo kami percaya.”
Yesaya mewartakan, “Seperti seorang gembala Ia mengembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” ay 11.
Tuhan, kepadamu aku percaya. Amin.
Berdoa terus menerus, karena doa mengubah segalanya.