Pastor Jadi Penengah Konflik Keluarga

0
395 views
Ilustrasi: Konflik antara suami-isteri dalam keluarga muda. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Senin, 13 Desember 2021.

Tema: Mencobai.

Bacaan

  • Bil. 24; 1, 2-7, 15-17a.
  • Mat. 21: 23-27.

Keluar dari diri dan menjumpai orang lain adalah awal persaudaraan. Mendengar orang lain dengan hati dan pikiran terbuka, penting dalam kebersamaan.

Setiap orang sebenarnya ingin orang lain mengetahui tentang dirinya. Ada sisi baik dalam dirinya. Kebaikan mendukung persahabatan.

Masalahnya, apakah aku menerima dengan terbuka. Menghargai sepenuh hati. Mengampuni dengan tulus.

Salah satu yang sering terjadi, saat kita mendengarkan orang lain, kita siap-siap merakit jawaban.

Dengarkanlah dulu. Sabar memberi tanggapan. Tidak tergesa-gesa. Pahamilah apa yang dimaksudkan. Diam dan mendengarkan adalah wujud keramahan hati.

Mendengarkan dan percaya atas pengalaman baik pribadi lain membuka celah tumbuhnya kebaikan bersama.

Sebuah perjumpaan yang menyenangkan. Langkah yang menghangatkan persahabatan.

“Mo, tolonglah tengahi ketegangan keluarga kami.”

“Waduh… masalahnya apa?”

“Kami jarang sependapat.”

“Apakah kalian pernah saling mengungkapkan apa yang terbaik?”

“Justru itu. Saya sudah mengungkapkan apa yang terbaik menurut saya. Tetapi pasangan saya tidak mau mendengar.”

“Apakah engkau juga mendengarkan, ketika pasanganmu bicara?”

“Ya kalau masuk akal, saya dengarkan. Kadang perempuan itu kan aneh. Bicara satu hal, tetapi perkaranya terlampau banyak diungkapkan. Tidak jelas.”

“Sudahkah mengatakan itu kepada pasanganmu?”

“Berkali kali. Dan berkali-kali ribut. Saat-saat tertentu, saya diam dan tidak mau bicara.”

“Lalu yang terjadi apa?”

“Malah semakin ribut. Hal sepele dipermasalahkan. Masalahnya apa juga tidak jelas.”

“Oh … masalah relasi mungkin. Kurang siap  dan terbuka mendengarkan dengan baik satu sama lain. Atau gagal menangkap maksud baik yang lain.”

“Ya mungkin itu Romo.”

“Bagaimana kalian berkomunikasi satu sama lain?”

“Yang saya tidak suka. Berkali-kali mencari perkara di hadapan anak. Masalah sepele.”

“Misalnya?”

“Tuh, Papa tidak mau masakan mama. Mama sudah capek belanja, masak membersihkan dapur. Tidak dianggap. Lebih senang makan di luar. Mungkin di warung ada mbak yang cantik.”

“Ih papa jahat. Demikian kata anak-anak.”

“Bukan begitu, papa lagi tidak ada gairah makan.”

“Tuh kan alasan.”

Ya, saya kadang jengkel. Isteri sengaja memprovokasi supaya anak-anak dekat dengan dia. Mencari dukungan.

Nah kalau sampai di sini, saya juga terkadang terpancing emosi.”

“Tuh betul kan kata mama. Papa kayak gitu.”

Anak-anak hanya melirik.

“Sebenarnya masalahnya apa sih?”

“Ya kurang tahu Romo. Mungkin kualitas mendengarkan kami yang kurang baik. Kalau suasana hati saya tidak mood, lalu dia berkata-kata, saya sudah langsung memberi jawaban tanpa mendengarkan lebih dulu sampai ia selesai berbicara.

Demikian juga dari pihak pasangan saya. Dia selalu banyak berkata. Banyak perkara yang dikatakan dalam satu peristiwa. Jadi pembicaraan tidak fokus.

Tidak bisa mengambil keputusan mana yang lebih penting.”

“Di sinilah mungkin letaknya. Apa yang terbaik bagi keluargamu mungkin belum dirumuskan bersama.”

“Bisakah membuat beberapa kesepakatan- kesepakatan dasar bagaimana rumahtanggamu dibangun. Setelah itu katakan juga kepada anak-anak.

Sangat bagus kalau sampai diputuskan bersama siapa bertanggungjawab soal apa.

Mungkin ini lebih berguna untuk melihat, mempertimbangkan sebagai arah mencapai tujuan hidup berkeluarga. Anak dilibatkan sejak awal.”

“Jadi Romo bisakh menengahi ya? Romo saya minta tolong. Saya sayang keluarga. Saya tidak mau ribut untuk hal-hal yang kecil. Capek Mo. Mengurangi kegembiraan dan sukacita berkeluarga.”

“Baiklah nanti diusahakan.”

Dalam Kitab Bilangan tertulis:

“Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; tutur kata orang yang mendengarkan firman Allah, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata yang tersingkap.” ay 3-4. Lih juga ay 15-16.

Tuhan, sempurnakanlah keluarga kami untuk saling memahami dan mencintai lebih lagi. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here