Magnificat Anima Mea

0
348 views
Gua Maria Sendang Sriningsih di Jali. (Mathias Hariyadi)

Puncta 22.12.21
Rabu Pekan Khusus Advent
Lukas 1: 46-56

RASANYA teduh dan damai kalau menghadap Bunda Maria di Sriningsih. Terasa nyaman dan “entheng” bisa berdoa di depan Bunda Maria.” demikian syering seorang ibu yang rajin berdoa di bawah pohon beringin yang rindang.

Dia rajin datang walau tidak masa bulan ziarah. Sekedar “sowan” menghadap kepada Sang Bunda.

Tidak harus datang dengan membawa beban masalah, tetapi seringkali justru bersyukur karena banyak pertolongan Bunda Maria.

Bersyukur atas penyertaan dan perlindungan dalam seluruh perjuagan hidup.

Layaknya seorang anak yang merasa nyaman, aman dan tentram dalam pelukan sang ibu, demikian kiranya Maria menjadi bunda yang membawa ketenangan dan kedamaian.

Tangan Maria terbuka menyambut siapa pun yang datang kepadanya. Ia menjadi perantara doa-doa kita kepada Tuhan.

Maria sendiri menjadi model doa dan iman bagi semua orang. Hal ini dapat kita renungkan dalam kidung yang dinyanyikan Maria, Magnificat anima mea Dominum.

Ketika Elisabet menyambut Maria sebagai yang berbahagia, “Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana,” Maria menyahutnya dengan kidung pujian kepada Allah.

Kidung Magnificat Anima Mea menggambarkan pola doa Maria.

Doa adalah ungkapan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Kerendahan hati adalah dasar dari doa.

Kerendahan hati seorang pemungut cukai lebih berkenan daripada kesombongan seorang Farisi yang merasa benar di hadapan Tuhan saat mereka sama-sama berdoa di bait suci.

Maria berkata, “sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.”

Sikap doa yang benar adalah merendahkan diri di hadapan Tuhan. Allah berkenan melihat orang yang rendah hati.

Maka Allah akan menurunkan orang-orang yang berkuasa dan meninggikan orang-orang yang rendah.

Doa Maria ini juga menggambarkan iman kepercayaan yang mendalam akan kuasa dan kehendak Allah.

Maria mempercayakan diri sepenuhnya kepada penyelenggaraan Allah. Ia tak meragukan sedikit pun rencana Allah, kendati tidak sepenuhnya terasa jelas.

Magnificat Anima Mea menjadi contoh doa iman yang sangat kuat. Kita percaya bahwa Allah sendiri yang akan melakukan perbuatan besar.

Kita tinggal taat dan percaya kepada-Nya, seperti Maria.

Dengan mengikuti teladan Maria, merendahkan hati, mempercayakan diri sepenuhnya dan mengasihi Allah dengan sepenuh jiwa raga, kita dapat memuliakan Allah dalam hidup kita.

Mari kita mengikuti jalan suci Maria.

Di atas ada langit berwarna biru.
Burung-burung bernyanyi merdu.
Mengasih Maria kerinduanku.
Menjadi abdi-Nya cita hidupku.

Cawas, ya namamu Maria….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here