Rabu, 29 Desember 2021
- 1Yoh. 2:3-11.
- Mzm.96:1-2a.2b-3.5b-6.
- Luk.2:22-35
KEBAHAGIAAN orangtua adalah ketika melihat anak hidup rukun dan sehat.
Terlebih, jika anaknya bisa membangun hidup yang baik.
Setiap orangtua dalam keluarga dipanggil untuk mendampingi anak-anak sampai dewasa dan mandiri.
“Saya senantiasa bersyukur pada Tuhan, bahwa anak-anak bisa mengambil pelajaran dari kegagalan kami orangtuanya,” kata seorang ayah.
“Kepahitan dalam hidup keluarga biarlah kemi telan sendiri dalam hidup ini,” lanjutnya.
“Saya berharap anak-anak tahu bahwa tidak mudah menjaga keutuhan hidup berkeluarga, namun lebih sulit lagi memperbaiki keretakan dalam hidup berumahtangga,” ujarnya.
“Sebelum terlambat, semoga mereka hati-hati dalam setiap langkahnya,”ujarnya lagi.
“Saya sangat bersyukur bawa mereka hidup bahagia, apalagi jika mereka datang bersama anak-anak mereka. Rasanya sangat bahagia mengendong cucu dan menemani cucu bermaian,” katanya.
“Hati ini selalu terhibur melihat tingkah polah lucu dari cucu,” lanjutnya.
“Harapan dan doa-doa yang baik selalu meluncur dari bibir ini untuk mereka khususnya cucuku,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil kita dengar demikian.
“Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Mempersembahkan anak kepada Tuhan berarti mengakui bahwa Tuhan itu pemilik kehidupan dan pemberi kesuburan.
Maka bagi orangtua yang telah mengalami pahit manisnya hidup perkawinan tidak ada tempat bersandar untuk menyerahkan harapannya untuk keluarga anak-anak mereka kecuali di tangan Tuhan.
Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah menyadarkan kita akan anugerah kehidupan yang lebih besar lagi, yakni panggilan kita menjadi pengikut Kristus.
Bahwa semua kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup berkeluarga tidak pernah terlepas dari cinta dan kasih Kristus kepada kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa bersyukur atas dinamika hidup rumahtanggaku?