Bahagianya Pegang Patung Kanak-kanak Yesus

1
614 views
Ilustrasi: Gua kandang Natal. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariaAN.

Kamis, 30 Desember 2021.

Tema: Nalar Si Kecil.

Bacaan

  • 1 Yoh. 2: 12-17.
  • Luk. 2: 36-40.

SEBUAH keluarga sedang asyik berfoto di depan gua Natal. Terkesan senang dan bahagia. Guanya sederhana dan menarik.

Menarik karena tangan-tangan sederhana dari para aktivis umat yang membuatnya pun  gembira.

Saya tahu kisah lengkapnya demikian.

Sebelum membuat gua, mereka terlebih dahulu membaca Kitab Suci, berdoa dan merenungkan. Setelah itu mendiskusikan rancangan gua.

Inilah hasil doa mereka.

Anak kecil masuk ke dalam gua. Ia memegang patung-patung yang ada. Sementara orang dewasa menegur dengan cara mereka sendiri.

Kebetulan saya lewat dan berkata, “Nggak apa-apa. Biarkan dia menikmati. Biarkan dia menyentuh semua yang ada. Sentuhan keingintahuan. Biarkan dia hadir sedekat mungkin.”

Ia makin asyik menyentuh semua. Tiba-tiba, ia berlutut dan mencoba memegang patung Kanak-kanak Yesus.

Orangtuanya mulai menegur, “Hati-hati. Jangan jatuh nanti pecah. Sudah ke sini, keluar. Banyak orang yang ingin foto. Ayo cepat, kita pulang.”

Sementara yang lain hanya diam dengan tatapan tertentu. Saling memandang.

“Biarkanlah saja. Silakan yang lain berfoto. Tidak apa-apa kan kalau dia ikut terfoto. Mereka pun bergerak berfoto bergantian.

Tiba-tiba anak itu berkata, “Mami… mami…Kok ngak ada dokter? Kasihan. Papa… panggil dokter. Kasihan, Pa.”

Anak itu berulang-ulang kali berkata dan pada hadirin tertawa.

Saya membatin kenapa harus tertawa. Lucukah? Atau menertawakan?

Apakah orangtuanya malu? Atau marah dan menyuruhnya diam?

Dan betul. Orangtuanya lalu menarik anak itu dan kemudian menyuruh diam. Jangan ribut. Ini di gereja.

Kebetulan saya mendengar. Saya berkata, “Ke sini, Romo jelasin.”

“Zaman dulu nggak ada dokter. Tetapi ada orang yang bisa membantu seorang ibu melahirkan. Kan orangtua Yesus sedang pulang kampung.

Dalam perjalanan Bunda Maria melahirkan. Kan gak ada di rumah. Adanya gua. Di sanalah Yesus dilahirkan. Gua itu juga tempat binatang peliharaan kadang istirahat.

“Tuh lihat,” kataku. “Ada domba. Ada gembalanya.”

“Kok nggak ada orang lain yang datang?”

“Kan mereka dalam perjalanan pulang kampung. Saudara yang lain belum tahu. Para gembala itu tahu karena diberitahu oleh malaikat. Mereka itu diundang untuk melihat Yesus, Sang Penyelamat sudah lahir.”

Saya tidak tahu apa yang ada di benak anak kecil bernama Yesi ini.

Ia lalu mengelus-ngelus kepala patung domba. Ia terpesona; memegang apa yang ada di dalam gua. Terkesan, ia ingin sedekat mungkin dalam gua Natal.

Ia kelihatan begitu bahagia, gembira dan senang. Sementara yang dewasa hanya berfoto ria.

Mungkin pertanyaannya kenapa gembala yang diundang?

Tidak ada jawaban yang pasti. Saya percaya Allah yang menginginkan demikian.

Saat itu, para gembala termasuk orang yang dicurigai dan disingkirkan.

Mereka adalah orang-orang yang dinilai jauh dari Tuhan, dan dari hal-hal yang agamis. Bahkan perilaku mereka dianggap demikian.

Hidup mereka dinilai jauh dari Tuhan oleh kelompok-kelompok lain. Juga para pemimpin agama saat itu.

Para gembala menyadarkan, waspada dan hati-hati untuk menilai, mencela, syak wasangka bahkan mengutuk kelompok tertentu dalam masyarakat.

Pasti Tuhan tidak berkenan.

Lagi pula cara hidup Yesus selalu menunjukkan perhatian, kasih dan perlindungan bagi yang kecil dari kecaman-kecaman orang lain.

Ia baik dan ramah bagi kelompok atau orang yang dianggap berdosa. Ia menjumpai dan bercakap-cakap dengan semua orang dalam jalinan persahabatan dan persaudaraan.

Betapa tidak kristianinya membuat sebuah penilaian yang terburu-buru atau menyebarkan gosip yang tidak jelas pada sesama. Kebesaran yang benar tidak terletak dari apa yang dimiliki.

Tetapi siapakah dia hadapan Tuhan.

Injil mencatat, “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karena Allah ada pada-Nya.” ay 40.

Tuhan, bawa aku sedekat mungkin pada-Mu.

Amin.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here