Harapan

0
359 views
Ilustrasi - Dokter muda.

Renungan Harian
Selasa, 11 Januari 2022

Bacaan I: 1Sam 1: 9-20
Injil: Mrk. 1: 21b-28
 
“ROMO, saya ini bisa disebut “nyowo balen” (nyawa yang kembali), karena seharusnya saya sudah mati sekian tahun lalu.

Waktu itu awalnya saya merasa masuk angin, badan meriang dan rasanya lemes. Semakin lama nafsu makan saya semakin hilang. Saya tidak merasa lapar, dan melihat makanan menjadi mual.

Saya sudah dikerok dan minum obat yang saya beli di warung, tetapi tidak berkurang. Maka saya periksa ke klinik pengobatan; saya diberi obat dan vitamin.

Namun sampai obat habis saya tidak merasa menjadi sembuh, tetapi semakin lemas meski rasa pusing dan yang lain-lain tidak saya rasakan.
 
Saya dirujuk ke dokter spesialis di rumah sakit. Saya diminta periksa laboratorium lengkap, saya di USG dan beberapa pemeriksaan, kemudian saya diberi obat dan diminta tiga hari lagi kontrol.

Setelah berulang kali kontrol, tetapi saya merasa tidak ada perubahan. Saya semakin lama semakin kurus dan lemas sehingga saya hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidur.

Kalau saya harus berjemur di halaman rumah, saya duduk di kursi roda, karena saya sudah tidak mampu untuk berdiri sendiri.

Dokter belum menemukan apa sesungguhnya yang menyerang tubuh saya.
 
Romo, selain saya berobat ke dokter saya juga berobat alternatif. Saya diberi ramuan herbal yang harus saya minum. Namun sekian lama saya berobat alternatif tidak juga kunjung memberi kesembuhan.

Romo, saat itu saya sudah putus asa sudah tidak mau lagi ke dokter dan minum obat maupun ramuan herbal.

Saya berpikir kalau memang penyakit saya tidak diketahui dan tidak ada obatnya, ya sudah saya mati lebih cepat tidak apa-apa daripada saya merepotkan keluarga dan saya sendiri juga menderita.

Setiap hari saya berdoa agar Tuhan segera memanggil saya.
 
Suatu sore, ada teman menjenguk dan menganjurkan saya berobat ke seorang dokter. Saya sudah tidak mau lagi.

Saya sudah pergi ke berbagai dokter ahli tetapi sampai sekarang saya tidak kunjung sembuh; apalagi dokter yang teman saya sebut adalah dokter umum yang masih muda.

Tetapi teman saya itu membujuk saya agar mau, dia mengatakan bahwa tidak ada salahnya mencoba.

Karena bujukan teman itu saya mau.
 
Saya periksa ke dokter muda itu.

Dokter itu mengatakan pada saya:

“Ibu, saya juga tidak tahu persis penyakit ibu apa, saya juga bukan ahli namun saya akan berjuang untuk membantu ibu. Hal yang paling utama dan penting, mari kita bersama-sama berdoa pada Tuhan, karena Dia adalah penyembuh Agung dan Utama.

Ibu berdoa mohon kesembuhan dan mendoakan saya agar saya yang lemah ini diperkenankan menjadi perantara penyembuhan bagi ibu.

Saya juga akan berdoa untuk kesembuhan ibu dan mohon agar apa yang saya lakukan diberkati dan saya diperkenankan menjadi perantaraa penyembuhan bagi ibu.”
 
Romo, saya tidak tahu apa yang terjadi dalam diri saya, tetapi saya pulang rasanya lega dan bahagia. Saya yakin bahwa saya akan sembuh, dan dokter ini memang dipilih Tuhan untuk menyembuhkan saya.

Sampai di rumah, setelah minum obat yang diberikan dokter, saya merasa lapar dan mau makan. Aneh romo, sejak saat itu saya bisa makan enak, dan tidur nyenyak sehingga berangsur-angsur saya sembuh.

Luar biasa romo, dokter muda itu telah membuat saya sembuh, tetapi yang paling penting saya rasakan bahwa dokter itu telah membuat saya penuh harapan dan percaya pada kekuatan doa,” seorang ibu berkisah.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari sejauh diwartakan dalam Kitab Samuel, iman Hana akan kekuatan doa dan harapan menjadikan dia mendapatkan apa yang selama ini diharapkannya.

“Pergilah dengan selamat, dan semoga Allah Israel memberikan kepadamu apa yang engkau mohon dari pada-Nya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here