Protes, Pembaruan Dianggap Melawan Tradisi Iman

0
357 views
Ilustrasi: Misa PalingSah bersama Mgr. Ignatius Suharyo tahun 2016 (Mathias Hariyadi)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 11 Januari 2022.

Tema: Menilai zaman.

Bacaan.

  • 1 Sam. 1: 9-20.
  • Mrk. 1: 21b-28.

INI apa-apaan. Saya tidak setuju. Saya ingatkan, ini Gereja Katolik. Ciri khas Gereja Katolik adalah liturgi Latin. Gregorian. Kenapa sampai berani memakai lagu-lagu yang lain. Bahkan memakai alat musik lain, selain organ,” demikian kritik pedas orang yang merasa tahu liturgi.

“Jangan sekali-kali mengulangi. Saya orang lama di paroki. Saya diajari romo-romo Belanda. Saya tahu iman Katolik. Saya dididik secara Katolik. Tidak boleh ada perubahan. Tidak ada tambahan. Tidak ada pembaruan di dalam ekaristi,” tegasnya.

“Ini sesuatu yang sakral dan sudah dipatenkan. Kita hanya melanjutkan, bukan menambah atau mengurangi. Saya sangat tidak setuju,” ungkap bapak itu dengan nada marah.

Sebuah nada protes keras dari seorang umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi kaum muda.

Saya ingat peristiwa itu. Terjadi di saat ada usaha Gereja ingin menyemarakkan dalam Perayaan Ekaristi dengan atmosfir sukacita.

Selain buku Madah Bakti, muncullah Puji Syukur. Bahkan di saat saya masih kecil, masih ada buku panduan misa yang lain.

Yang saya dengar saat itu, mereka menggunakan  beberapa lagu yang bernada kharismatis. Kendati tidak meninggalkan ordinarium. Mereka juga  memakai gitar.

Tidak ada penambahan atau pengurangan dalam Doa Syukur Agung. Perayaan Ekaristi dirayakan dengan kidmat.

Apakah ini ajaran baru? Apakah dengan menambah unsur-unsur lagu dan alat musik yang lain Gereja kehilangan katolisitasnya? Bukan lagi Gereja Katolik?

  • Di mana letak kekhasan, keistimewaan dan keutamaan di dalam liturgi Gereja Katolik?
  • Begitu kakukah sehingga tidak boleh ada pembaharuan?

Pemikiran itu sempat berkecamuk. Namun dalam perjalanan waktu semakin disadari bagaimana menciptakan liturgi yang hidup.

Nilai-nilai dan kekayaan budaya setempat kiranya dapat menjadi unsur pendukung bagaimana ungkapan iman dan Perayaan Ekaristi terasa hidup dan dialami sebagai kasih Tuhan yang mengobarkan hati untuk bersukacita.

Itulah salah satu maksud Konsili Vatikan II.

Jutaan umat merayakan ekaristi sepanjang masa, macam generasi. Ada pula banyak variasi ungkapan iman, pengalaman, dan pengetahuan.

Bukankah Gereja tidak termasuk institusi yang kaku, beku dan tertutup akan pembaharuan dan perubahan-perubahan?

Saya mengalami sendiri bagaimana Gereja berubah. Bukan pada ajarannya, prinsip moralitas dan keyakinannya.

Gereja semakin terbuka akan nilai-nilai budaya setempat dan kemajuan-kemajuan yang terjadi di jagad sekuler.

Namun betul, Gereja mesti hati-hati supaya tradisi iman, tradisi rasuli tetap hidup, berkembang dan kontekstual.

Gereja terbuka karena perutusannya dalam dunia. Konsili Vatikan II merupakan satu langkah bagaimana Gereja bisa hidup di dalam dan di tengah-tengah dunia.

Tidak tenggelam dan terjerat. Tetap menjadi terang dan garam dunia, kendati di luaran sana keadaan tetap suram.

Gereja adalah umat yang berjalan di tengah-tengah dan di dalam kancah pergulatan dunia. Aku hadir, terlibat dan diutus untuk mewarnai dunia sebagai rumah yang lebih ramah dan manusiawi.

Tahun berganti tahun. Gereja tetap utuh. Umat tetap berhimpun dengan sukacita;  menerima pembaruan dan perubahan agar umat  berhimpun dengan bersukacita.

Liturgi Gereja pun tidak kaku, beku, apalagi dingin.

Betapa banyak unsur-unsur, nilai-nilai budaya setempat ikut mewarnai Gereja dan liturginya semakin membumi dan mendarat.

Gereja mengajak kita untuk menghargai budaya setempat dan mengambil nilai-nilai atau unsur-unsur budaya yang bisa memperkaya penghayatan iman kita.

Iman para rasul tetap utuh, namun diperkaya oleh nilai-nilai budaya setempat.

Suara-suara dan protes-protes seperti yang dengar di atas semakin berkurang. Roh penyadaran membimbing kita ke arah yang lebih manusiawi. Rasa diri Super pun semakin ditinggalkan.

Dalam Injil dicatat, “Apakah ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” ay 27b

Tuhan, bukalah hati kami untuk memuji-Mu dalam sukacita surgawi. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here