SUDAH setahun lalu, Bapak Eupsychius Kusumadmo dipanggil Tuhan; tepatnya pada tanggal 17 Januari 2021.
Namun, suara almarhum via telepon kampus sekitar akhir tahun 1994 masih terngiang di telinga saya.
“Pak Agus harus menyiapkan diri untuk melanjutkan studi S-2. Saat ini, Universitas Atma Jaya Yogyakarta sudah menjalin kerja sama dengan Ateneo de Manila University,” imbau almarhum kepada penulis waktu itu.
Pembicaraan via telepon itulah yang selanjutnya membawa saya ke Loyola School of Theology dari Ateneo de Manila University tahun 1995 sampai 1998 untuk belajar teologi dan mendapatkan gelar Master of Arts.
Pada waktu itu, almarhum Pak Kusumadmo menjabat Pembantu Rektor Bidang Akademik yang mengoordinasi kinerja dan studi dosen-dosen pengampu Mata kuliah Wajib Universitas (MWU).
Beliau juga yang kemudian memberi rekomendasi saya untuk kuliah S-3 di Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS Yogyakarta).
Saya tidak terlalu sering berjumpa secara pribadi dengan Bapak Kusumadmo. Tetapi pada saat-saat tertentu, apabila berjumpa dengan beliau, diskusi dapat panjang lebar ke mana-mana.
Ngobrol sana-sini tentang pelbagai masalah dari soal pendidikan, politik, spiritualitas, dan kaderisasi anak muda.
Menjadi pemimpin sebuah universitas besar pada usia yang sangat muda adalah sebuah prestasi yang luar biasa.
Itulah pencapaian Almarhum Bapak Eupsychius Kusumadmo, Ph.D. yang menjadi Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada usia 40 tahun.
Beliau menjadi rektor UAJY selama dua periode, yaitu kurun waktu tahun 1995-1999 dan 1999-2003. Sepanjang dua periode itulah, beliau melakukan pembaruan-pembaruan strategis demi kemajuan universitas.
Bapak Kusumadmo berhasil mengelola masa-masa emas banyaknya lulusan SMA yang mendaftar ke perguruan tinggi pada tahun 1990-an, di saat tidak semua universitas swasta berhasil mengembangkan diri di masa-masa emas itu.
Bapak Kusumadmo berhasil mengelola masa-masa itu sehingga tiga fakultas baru. Yaitu, Fakultas Biologi, Fakultas Teknologi Industri, dan Fakultus Ilmu Sosial Politk berkembang.
Selain itu, beliau juga berhasil menghadapi masa-masa sulit di akhir Era Orde Baru yang penuh dengan demo-demo mahasiswa.
Visioner
Pak Kusumadmo memiliki visi yang kuat dalam mengelola universitas.
Di awal-awal menjadi rektor, beliau mencari rumusan nilai-nilai dasar yang akan terus diperjuangkan oleh universitas karena pada waktu itu nilai-nilai dasar tersebut belum dirumuskan dengan pasti.
Sebagai universitas awam Katolik, UAJY tidak memiliki warisan nilai-nilai dasar sebagaimana universitas-universitas milik Kongregasi religius atau ordo.
Pada waktu itu, Pak Kusumadmo menawari konsep yang berbunyi “Strive for academic excellence, men and women for others”dan “Preferential option for the poor”.
Banyak kritik bermunculan dari kolega UAJY sendiri bahwa nilai-nilai dasar tersebut tidak otentik karena hanya diadopsi dari nilai-nilai Jesuit yang memang dikagumi oleh Pak Kusumadmo.
Dalam proses yang berkelanjutan barulah dekade terakhir ini nilai-nilai dasar UAJY disarikan dari semangat pendiri UAJY, yaitu unggul, inklusif, humanis, dan berintegritas.
Bapak Kusumadmo mengelola universitas dengan spiritualitas yang mendalam. Latihan Rohani bagi mahasiswa dan karyawan sangat diperhatikan.
Di tengah pelbagai kesibukan universitas, retreat atau penyegaran rohani bagi para pejabat struktural di lingkungan universitas selalu dilakukan setiap tahun dengan instruktur pendamping yang sangat inspiratif.
Di samping itu, selaras dengan tuntutan kampus-kampus Katolik, pada tahun 2002 Pak Kusumadmo membentuk unit Campus Ministry, sebuah unit yang waktu itu terdengar sangat asing, yaitu unit khusus yang bertugas mengelola pengembangan rohani karyawan dan mahasiswa UAJY.
Melihat tuntutan ke depan, Pak Kusumadmo juga membentuk Kantor Pemasaran Universitas, sebuah unit yang juga terdengar sangat aneh dan mendapatkan banyak reaksi karena memasukkan unsur bisnis ke dalam dunia pendidikan.
Barulah terasa peranan penting unit tersebut di tahun-tahun sesudah kepemimpinan beliau.
Universitas dan lembaga pendidikan harus dipromosikan, dipamerkan, dan dipasarkan agar dikenal oleh dunia luas. Saat ini, kantor semacam itu memegang peranan sangat penting untuk membangun jejaring dengan pelbagai perusahaan dan universitas-universitas tingkat dunia.
Pada masa kepemimpinan Pak Kusumadmo pula, UAJY mulai berperan aktif dalam asosiasi perguruan tinggi Katolik, baik di tingkat nasional, Asia, maupun internasional.
Ganti logo
Pembaharuan yang sangat radikal tentu saja pada waktu beliau melakukan pengubahan logo UAJY pada tahun 2003. Dengan bantuan konsep dari arsitek yang hebat dan juga dosen UAJY, Dr. FX. Edy Arinto, logo baru UAJY dibuat keluar dari arus besar logo-logo universitas pada umumnya yang berbentuk bunga teratai.
Logo UAJY berbentuk tangkai bunga yang merupakan stilisasi dari ujung pena, yang secara grafis merupakan silhouette dari burung merpati yang saling berhadapan sebagai lambang kesetaraan sebuah universitas kaum awam.
Bersamaan dengan itu, dibuatlah slogan dalam bahasa Latin, Serviens in Lumine Veritatis (Melayani dalam Cahaya Kebenaran) untuk tetap mempertegas jati diri UAJY sebagai universitas Katolik bahwa seluruh pelayanan UAJY diterangi oleh Sang Cahaya Kebenaran yaitu Kristus.
Suasana kehidupan kampus di tahun-tahun 1990-an sangatlah dinamis. Demonstrasi mahasiswa terjadi di mana-mana termasuk di UAJY. Ungkapan ketidakpuasan terhadap kekangan-kekangan Orde Baru berimbas juga ke dalam bentuk-bentuk protes di kampus.
Pak Kusumadmo berhasil mengelola dinamika kampus itu dengan baik. Beliau memenangkan perjuangannya di dalam memimpin UAJY ke arah kemajuan. Pantaslah dalam pelbagai kesempatan beliau menyebut jajaran rekan kerja di rektorat sebagai The Winning Team. Tim yang menang di dalam mengelola tantangan dan rintangan demi kemajuan.
Saat ini Unika Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) termasuk universitas swasta besar dengan akreditasi A dan manajemen yang bagus.
Itulah antara lain jasa Bapak Kusumadmo yang sewaktu menjadi rektor memiliki visi yang kuat.
Semoga, saat ini pun, beliau sudah menikmati buah-buah karyanya di alam keabadian.
Terima kasih Pak Kusumadmo